Selain kebijakan redistribusi pendapatan yang menghasilkan dampak negatif terhadap output sektoral, kebijakan lain yang dampaknya kurang efektif meningkatkan
output sektoral adalah kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah ke agroindustri makanan sebesar sepuluh persen. Kebijakan ini hanya akan meningkatkan output
sektoral berkisar antara 0.006 persen sampai 0.3 persen. Kebijakan tunggal maupun kombinasi peningkatan investasi ke agroindustri prioritas
SK10, SK11 dan SK12 secara nyata akan meningkatkan pendapatan sektoral dan agroindustri prioritas, yaitu
agroindustri makanan sektor tanaman pangan, sektor perikanan, sektor perkebunan, agroindustri kayu lapis, barang dari kayu dan rotan serta agroindustri karet remah dan
karet asap. Kebijakan lain yang juga menghasilkan dampak perubahan pendapatan sektoral yang relatif besar adalah kebijakan peningkatan investasi ke agroindustri non
makanan SK9 dan kebijakan pemberian insentif pajak ke agroindustri non makanan SK10.
Dari Tabel 31 terlihat pula bahwa kebijakan investasi, ekspor dan insentif pajak yang ditujukan ke agroindustri non makanan akan menghasilkan peningkatan output
sektoral yang lebih besar dibandingkan jika kebijakan tersebut ditujukan ke agroindustri makanan.
6.2. Pendapatan Tenaga Kerja
Perubahan pendapatan tenaga kerja sebagai dampak dari kebijakan ekonomi di sektor agroindustri disajikan pada Tabel 32.
Secara umum kebijakan di sektor agroindustri akan menghasilkan peningkatan pendapatan tenaga kerja pertanian di desa
dan di kota dibandingkan peningkatan pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja non pertanian.
Mengingat kebutuhan tenaga kerja pertanian akan dipenuhi oleh rumah tangga buruh tani dan petani maka hasil analisis ini konsisten dengan hasil sebelumnya
dimana kebijakan agroindustri akan menghasilkan peningkatan pendapatan terhadap
rumah tangga buruh tani dan petani yang paling besar dibandingkan rumah tangga lainnya.
Tabel 32. Dampak Kebijakan Agroindustri terhadap Pendapatan Tenaga Kerja Tahun 2003, Tahun 2003
DAMPAK THD PENDAPATAN TENAGA KERJA
1
SIMULASI KEBIJAKAN Pertanian
di desa Pertanian di
kota Non Pert di
Desa Non Pert di
Kota DASAR
2
Milyar Rp 218 894.3
31 238.45 262 223.4
610 144.7
PENGELUARAN PEMERINTAH
SK1 Primer
0.14 0.14
0.04 0.04
SK2 Mak
0.03 0.02
0.02 0.01
SK3 Non mak
0.02 0.02
0.02 0.02
EKSPOR
SK4 Mak
0.65 0.62
0.32 0.30
SK5 Non mak
0.47 0.47
0.45 0.45
SK6 SK4+SK1
0.78 0.76
0.37 0.34
SK7 SK5+SK1
0.61 0.61
0.49 0.49
INVESTASI
SK8 Mak
0.76 0.73
0.39 0.36
SK9 Non mak
0.49 0.49
0.45 0.45
SK10 Prioritas
1.58 1.52
1.05 1.01
SK11 SK10+G prm-prior
1.72 1.67
1.09 1.06
SK12 SK10+X prioritas
2.63 2.54
1.77 1.71
INSENTIF PAJAK
SK13 Mak
0.44 0.42
0.23 0.21
SK14 Non mak
0.68 0.67
0.64 0.65
REDISTRIBUSI PENDAP
SK15
0.00 0.00
-0.02 -0.03
1
Nilai pendapatan tenaga kerja menurut Skenario adalah nilai perubahan antara pendapatan simulasi
Dasar dengan pendapatan masing -masing Skenario.
2
Nilai total pendapatan tenaga kerja masing-masing golongan sebelum dilakukan simulasi dari data SNSE 2003.
Seperti halnya dampak kebijakan terhadap output sektoral, kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan akan menghasilkan peningkatan pendapatan
tenaga kerja pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan ke agroindustri non makanan.
Sebaliknya kebijakan ke agroindustri non makanan akan menghasilkan peningkatan pendapatan tenaga kerja non pertanian yang lebih besar. Dalam hal ini
kebijakan tunggal di sektor agroindustri yang menghasilkan dampak lebih besar secara berurutan adalah kebijakan investasi ke agroindustri prioritas maupun agroindustri
lainnya, kebijakan ekspor, kebijakanan insentif pajak dan pengeluaran pemerintah. Konsisten pula dengan dampak kebijakan terhadap output sektoral, kebijakan
yang terkait dengan peningkatan investasi di sektor agroindustri prioritas SK10, SK11 dan SK12 akan menghasilkan peningkatan pendapatan tenaga kerja yang paling besar.
Sebaliknya kebijakan redistribusi pendapatan dari rumah tangga golongan atas ke rumah tangga golongan rendah Skenario 15 akan menghasilkan dampak peningkatan
pendapatan terkecil, bahkan untuk tenaga kerja non pertanian di desa maupun di kota akan mengalami pengurangan pendapatan. Sementara kebijakan tersebut hanya
menghasilkan persentase peningkatan pendapatan tenaga kerja pertanian di desa dan di kota yang relatif kecil.
6.3. Pendapatan Rumah Tangga