Industri Prioritas pada Sektor Agroindustri

pengembangan sektor pertanian dan agroindustri. Modal yang terbatas, informasi pasar yang terbatas, ketrampilan dan pendidikan sumberdaya manusia yang terbatas menjadi salah satu sebab rumah tangga petani dan buruh tani sebagai kelompok yang tertinggal dalam mengambil manfaat kemajuan teknologi dan pengembangan sektor pertanian dan agroindustri. Hal ini berimplikasi bahwa pembangunan agroindustri tidak bisa dilakukan sepihak melalui pengembangan dari sisi industrinya saja melainkan harus dilakukan simultan melalui pembangunan sektor pertanian primer, baik pembangunan fisik, pembangunan sumberdaya manusia, maupun kelembagaan sehingga sektor pertanian primer dapat menjamin tuntutan kualitas dan kontinuitas pasokan yang dibutuhkan bagi pengembangan sektor agroindustri dan manfaat pengembangan sektor agroindustri dapat mengalir lebih banyak ke rumah tangga buruh tani dan petani. Pembangunan agroindustri tidak akan menghasilkan dampak optimal tanpa didukung oleh sektor pertanian yang berkualitas.

5.4. Industri Prioritas pada Sektor Agroindustri

Suatu sektor yang paling efektif berperan sebagai mesin penggerak pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional disebut sebagai sektor kunci key sector atau sering pula disebut sebagai sektor unggulan, sektor andalan atau sektor prioritas. Dalam konteks penelitian ini sektor yang dimaksud diistilahkan sebagai sektor prioritas. Untuk menentukan sektor kunci atau sektor prioritas, masing-masing kajian bisa menggunakan metoda atau kriteria berbeda tergantung dari tujuan penelitian. Dalam kerangka Input-Output, metoda Rasmussen digunakan untuk menentukan sektor kunci dengan menggunakan kriteria ganda dual criterion, yaitu dari sisi permintaan input demand side yaitu melalui keterkaitan ke belakang backward linkage dan sisi output supply side melalui keterkaitan ke depan forward linkage. Metoda Rasmussen digunakan oleh Cochrane 1990 dan Daryanto 1992 untuk menentukan sektor kunci pada sektor pertanian dan oleh Ginting 2006 untuk menentukan sektor unggulan dalam perekonomian di Sumatera Utara. Namun metode Rasmussen terbatas digunakan untuk menentukan sektor kunci dari sisi produksi. Oleh karena itu selain menggunakan metoda Rasmussen, Cochrane dan Daryanto juga mengkombinasikan kriteria pengganda output, tenaga kerja dan pendapatan untuk meranking sektor-sektor yang berada pada urutan sepuluh terbesar. Simatupang 2000 menggunakan lima kriteria untuk menguji sektor pertanian sebagai sektor andalan dalam perekonomian, yaitu: 1 kontributif, 2 artikulatif, 3 progresif, 4 tangguh, dan 5 fasilitatif. Kontributif dilihat dari kontribusi yang cukup besar dalam keragaan ekonomi makro seperti PDB yang secara operasional diukur dari pangsa kontribusi atau koefisien pengganda. Sifat artikulatif dilihat dari kemampuan besar sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam perekonomian dengan spektrum yang luas yang secara operasional diukur melalui koefisien pengganda dan indeks penyebaran dispersion index. Progresif berarti dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan laju yang cukup cepat yang secara operasional diukur dari laju pertumbuhannya. Sifat tangguh berarti unggul dalam persaingan dan tahan menghadapi gejolak ekonomi. Terakhir, sifat fasilitatif berarti mampu menciptakan tatanan lingkungan yang baik bagi perekonomian yang secara operasional dilihat dari kemampuannya mengendalikan inflasi, stabilitas nilai rupiah dan kontribusi dalam ketahanan pangan. Dalam kajian ini, kerangka strategi Agricultural-Demand-Led Industrialization ADLI digunakan sebagai kerangka kerja dalam menentukan agroindustri yang dapat disebut sebagai agroindustri prioritas. Sesuai dengan penjabaran strategi ADLI, sektor pertanian primer dan sektor agroindustri merupakan sektor andalan strategi ADLI. Strategi ADLI merupakan strategi yang mengutamakan peningkatan produktivitas sektor pertanian sebagai sarana mencapai industrialisasi. Penekanan strategi ADLI adalah peningkatan produktivitas sektor pertanian primer, terutama pertanian skala kecil dan menengah, sebagai sarana mencapai industrialisasi. Adelman juga menyatakan bahwa kunci sukses keberhasilan strategi ADLI adalah keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian primer. Dengan memfokuskan pada keterkaitan produksi, pendapatan dan konsumsi secara bersama-sama, strategi ADLI bertujuan untuk meningkatkan ekonomi berpendapatan rendah menuju jalur pertumbuhan yang lebih merata dan berkelanjutan. Dengan demikian kriteria agroindustri prioritas dalam penelitian ini bukan hanya dilihat dari kemampuannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan output dan penyerapan tenaga kerja namun juga kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan rendah serta memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian primer yang kuat. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi diharapkan akan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga golongan rendah dan pada akhirnya akan memperkecil kesenjangan pendapatan masyarakat dan lebih lanjut mengurangi kemiskinan, sesuai dengan triple track strategy: pro growth, pro employment and pro poor 7 Berdasarkan beberapa kriteria di atas, maka agroindustri prioritas adalah agroindustri yang memiliki peran tinggi dalam meningkatkan output nasional, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan sektor lainnya, khususnya sektor pertanian primer sebagai penyedia input serta perannya dalam menciptakan peningkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah. Dengan demikian indikator yang digunakan untuk menentukan agroindustri prioritas adalah berdasarkan pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor khususnya kaitan ke belakang dan pengganda pendapatan rumah tangga golongan rendah. Dengan menggabungkan empat indikator pengganda tersebut dan melakukan ranking akhir, dapat ditentukan agroindustri yang berada pada ranking teratas. Cara 7 www.presidenri.go.id penggabungan ranking secara sederhana untuk menentukan sektor prioritas dalam penelitian ini mengadopsi cara yang dilakukan oleh Cochrane 1990 dan Daryanto 1992 yang mengkombinasikan beberapa pengganda untuk menentukan sektor kunci dalam kebijakan pembangunan yang mencakup tiga tujuan bersama-sama, disebut ‘output, income and employment maximization’ . Nilai dan ranking pengganda output, tenaga kerja dan keterkaitan sektor pada sektor agroindustri disajikan pada Tabel 10. Hasil ranking pengganda output menunjukkan industri yang berada di urutan lima teratas berturut-turut adalah industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri kertas, karet, kulit dan kapuk. Tabel 10. Nilai dan Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja dan Keterkaitan Sektor Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003 Pengganda Output Tenaga Kerja Keterkaitan Sektor AGROINDUSTRI Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank Agroindustri Makanan Sektor peternakan 6.09 10 1.53 7 5.05 10 Sektor tanaman pangan 6.24 8 1.58 4 5.10 9 Sektor perikanan 6.34 7 1.55 6 5.25 7 Sektor perkebunan 5.96 11 1.46 8 4.36 11 Minuman 6.22 9 1.67 3 5.19 8 Rokok 6.34 6 1.85 1 5.32 6 Agroindustri Non Makanan Kapuk 6.57 5 1.44 9 5.57 5 Kulit samakan, olahan 6.66 4 1.42 10 5.65 3 Kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan 7.02 1 1.56 5 5.89 1 Bubur kertas 6.78 2 1.41 11 5.72 2 Karet remah dan karet asap 6.67 3 1.85 2 5.60 4 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas nilai pengganda terbesar Artinya apabila tujuan pembangunan difokuskan untuk meningkatkan output nasional, maka simulus ekonomi yang diberikan ke industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri kertas, industri karet, industri kulit dan industri kapuk akan meningkatkan output nasional lebih besar dibanding agroindustri lainnya. Industri-industri tersebut sekaligus juga berada di urutan teratas berdasarkan pengganda keterkaitan antar sektor. Sedangkan industri yang berada di lima urutan teratas berdasarkan nilai pengganda tenaga kerja adalah industri rokok, karet, minuman, industri makanan sektor tanaman pangan dan industri kayu. Hal ini berarti peran industri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih banyak melalui penyerapan tenaga kerja. Dilihat dari kriteria pengganda pendapatan rumah tangga golongan rendah Tabel 11, industri yang berada di urutan lima teratas berturut-turut adalah industri karet, industri kayu, industri rokok, industri makanan dari sektor perikanan, dan industri minuman. besar dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga golongan rendah. Tabel 11. Nilai dan Ranking Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003 Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Buruh tani Petani kecil Non pert gol rendah desa Non pert gol rendah kota AGROINDUSTRI Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank Agroindustri Makanan Sektor peternakan 0.18 7 0.22 4 0.48 9 0.74 10 Sektor tanaman pangan 0.18 5 0.22 2 0.50 5 0.77 8 Sektor perikanan 0.18 1 0.23 1 0.50 6 0.75 9 Sektor perkebunan 0.17 8 0.21 5 0.47 11 0.71 11 Minuman 0.18 4 0.22 3 0.52 4 0.82 7 Rokok 0.18 3 0.20 6 0.56 2 0.94 3 Agroindustri Non Makanan Kapuk 0.16 11 0.17 11 0.48 10 0.84 6 Kulit samakan, olahan 0.16 9 0.18 9 0.49 7 0.86 4 Kayu lapis, barang dr kayu, bambu dan rotan 0.18 6 0.19 8 0.53 3 0.94 2 Bubur kertas 0.16 10 0.18 10 0.49 8 0.86 5 Karet remah, karet asap 0.18 2 0.20 7 0.57 1 1.05 1 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas nilai pengganda terbesar. Pengembangan industri-industri tersebut akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi rumah tangga golongan rendah. Industri pengolahan makanan dari sektor perikanan memberikan kontribusi lebih besar terutama untuk peningkatan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani kecil. Sedangkan industri karet lebih banyak berperan meningkatkan pendapatan rumah tangga pertanian golongan rendah di desa maupun di kota. Artinya bila terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri makanan sektor perikanan, golongan rumah tangga yang memperoleh pendapatan paling besar adalah rumah tangga buruh tani dan petani kecil. Sedangkan industri karet lebih banyak berperan dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di desa maupun di kota. Dengan menggabungkan empat indikator di atas secara sederhana dan melakukan ranking akhir dapat diketahui agroindustri yang berada pada lima urutan teratas adalah industri karet, kayu lapis bambu dan rotan, rokok, industri pengolahan makanan dari sektor perikanan dan industri minuman, seperti disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan kriteria pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor dan pendapatan rumah tangga golongan rendah, lima dari 11 agroindustri tersebut berada pada ranking teratas dan memiliki potensi Tabel 12. Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja, Keterkaitan Sektor dan Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003 RANKING PENGGANDA Total AGROINDUSTRI Output TK Keterkaitan Sektor Pendap RT Gol Rendah Nilai Rank Agroindustri Makanan Makanan sektor peternakan 10 7 10 8 35 10 Makanan sektor tan pangan 8 4 9 6 27 8 Makanan sektor perikanan 7 6 7 3 23 4 Makanan sektor perkebunan 11 8 11 10 40 11 Minuman 9 3 8 4 24 5 Rokok 6 1 6 2 15 3 Agroindustri Non Makanan Kapuk 5 9 5 11 30 9 Kulit samakan dan olahan 4 10 3 7 24 6 Kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan 1 5 1 5 12 2 Bubur kertas 2 11 2 9 24 7 Karet remah dan karet asap 3 2 4 1 10 1 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas nilai pengganda terbesar Industri-industri yang berada pada ranking teratas pada dasarnya hanya memiliki potensi untuk menjadi industri prioritas. Hirschman 1958, Bulmer-Thomas 1982 dan Panchamukti 1975 yang dikutip oleh Daryanto 1992 menyebutkan bahwa tidak ada jaminan stimulus yang diukur melalui nilai-nilai pengganda tersebut akan terwujud ke dalam pertumbuhan aktual kecuali memenuhi kondisi tertentu. Kondisi tersebut terkait dengan pertimbangan politik dan kelembagaan political and institutional consideration. Realisasi stimulus akan tergantung pada sarana input pelengkap seperti lingkungan yang mendukung dan kelembagaan yang ada serta kebijakan pemerintah yang konsisten dengan ranking sektor tersebut. Faktor terpenting lainnya adalah bahwa pemerintah memainkan peran yang sangat strategis dalam mengalokasikan sumberdaya melalui kebijakan fiskal, moneter maupun kebijakan investasi. Sebagai contoh pemerintah bisa melakukan proteksi untuk menghambat perusahaan dalam merespon stimulus tertentu. Terkait dengan ranking agroindustri yang dihasilkan pada Tabel 12, industri- industri yang berada pada ranking teratas, yaitu industri karet, industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri rokok, industri minuman dan industri makanan sektor perikanan pada dasarnya memiliki potensi dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Namun kepentingan melakukan ranking agroindustri dalam kajian ini adalah untuk menentukan agroindustri apa yang layak untuk dijadikan prioritas pengembangan melalui berbagai kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu apa yang dinyatakan oleh Hirschman, Bulmer-Thomas dan Panchamukti tentang perlunya pertimbangan politik maupun kelembagaan serta pertimbangan non ekonomi lain perlu disertakan dalam menetapkan agroindustri prioritas dan bukan semata-mata berdasarkan angka-angka pengganda saja agar tidak menimbulkan misleading . Agroindustri makanan sektor perkebunan tidak termasuk dalam ranking teratas pada struktur agroindustri makanan. Padahal sektor perkebunan primer memiliki peran yang besar dalam menyumbang PDB nasional. Jika sektor primernya memiliki potensi yang besar dalam menyumbang pendapatan nasional, diharapkan industri hilirnya pun berada pada posisi yang kuat. Apabila diperhatikan, kontribusi agroindustri makanan sektor perkebunan dalam pembentukan output, PDB diproxy dari nilai tambah tenaga kerja dan modal atas dasar biaya faktor, dan penyerapan tenaga kerja diproxy dari nilai tambah tenaga kerja di sektor agroindustri, memiliki pangsa output sebesar 40.3 persen, PDB sebesar 33 persen dan pangsa tenaga kerja sebesar 31 persen terhadap total output, PDB dan penyerapan tenaga kerja di sektor agroindustri Lampiran 7. Selain itu dilihat perkembangan output tahun 1998 ke tahun 2003 sektor agroindustri perkebunan menunjukkan peningkatan lima kali lipat Lampiran 8. Hal ini menunjukkan besarnya peran sektor agroindustri perkebunan dalam memperkuat sektor agroindustri di Indonesia. Namun dilihat dari nilai pengganda, agroindustri makanan sektor perkebunan memiliki pengganda yang lebih kecil dibandingkan dengan agroindustri lainnya. Hal ini bisa terjadi karena dengan nilai awal yang sudah demikian besar, maka pengembangan agroindustri makanan sektor perkebunan tidak akan menghasilkan incremental growth sebesar pengembangan pada sektor lain yang masih berada pada tahap pertumbuhan. Dengan demikian agroindustri makanan sektor perkebunan sesungguhnya memiliki peran yang penting dalam memperkokoh struktur agroindustri di Indonesia sehingga perlu memperoleh prioritas pengembangan. Dari sisi kebijakan pemerintah, agroindustri perkebunan kelapa sawit saat ini merupakan salah satu fokus pengembangan agroindustri melalui strategi Klaster Cluster Industri Prioritas Departemen Perindustrian, 2005. Industri rokok berada pada urutan ketiga menurut ranking sektor agroindustri dan perannnya terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja serta pendapatan rumah tangga golongan rendah melalui lapangan kerja yang disediakan untuk buruh-buruh pabrik. Industri rokok juga penghasil pajak terbesar bagi pemerintah. Namun pengembangan industri rokok akan menghasilkan biaya imbangan yang besar melalui pencemaran lingkungan asap rokok dan bahaya kesehatan penyakit kanker paru-paru dan penyakit lainnya. Dewasa ini pun perkembangan preferensi konsumen terhadap barang-barang yang dikonsumsi sudah lebih mengarah pada komoditi yang berkualitas dan dapat meningkatkan kesehatan. Pemerintah pun menerapkan aturan yang ketat bagi masyarakat untuk tidak merokok di area publik. Dengan demikian kebijakan mengembangkan industri rokok akan paradoks dengan norma yang berkembang di masyarakat secara umum. Dilihat dari sisi bisnis, industri rokok juga tergolong sebagai sunset industry yang perspektif ke depan demand masyarakat terhadap rokok maupun investasi industri rokok cenderung menurun. Industri minuman berada pada posisi ranking kelima dari 11 agroindustri dan perannya terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan bawah. Namun apabila diperhatikan industri-industri yang tergabung ke dalam industri minuman Lampiran 4 adalah industri minuman keras, anggur dan sejenisnya, malt dan minuman yang mengandung malt, sirop serta minuman ringan. Komoditas-komoditas tersebut dapat dikatakan kurang berperan dalam mendukung ketahanan pangan dan bahkan minuman keras merupakan komoditas yang peredarannnya di masyarakat dilarang oleh pemerintah dan berlawanan dengan norma mayarakat dan agama. Industri minuman juga kurang berperan dalam mendorong peningkatan produksi sektor pertanian primer sebagai penyedia bahan baku kecuali untuk industri tertentu yang termasuk dalam minuman ringan. Oleh karena itu meskipun industri minuman memiliki potensi yang cukup tinggi dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah, namun dari berbagai pertimbangan seperti diuraikan kurang memiliki prospek yang baik untuk dijadikan prioritas pengembangan agroindustri. Agroindustri non makanan pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan agroindustri makanan. Agroindustri non makanan pada umumnya adalah industri berskala menengah ke atas, padat kapital dan menggunakan komponen input impor yang lebih tinggi dibanding agroindustri makanan. Dengan karakteristik tersebut maka agroindustri yang lebih sesuai dengan strategi industrialisasi pertanian yang berorientasi pada pertanian skala kecil dan menengah, teknologi padat karya dan mendukung program ketahanan pangan seperti pada konsep strategi ADLI adalah agroindustri makanan. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, dilakukan beberapa penyesuaian dalam menentukan agroindustri prioritas sebagai berikut. Agroindustri rokok dan minuman dikeluarkan dari kelompok agroindustri makanan dan selanjutnya dengan menggunakan empat indikator sama dengan yang digunakan sebelumnya dilakukan ranking ulang. Dari empat indikator tersebut diambil dua agroindustri yang berada pada urutan teratas. Demikian pula pada pada kelompok agroindustri non makanan secara terpisah dilakukan ranking ulang dan diambil dua agroindustri yang berada pada urutan teratas. Selanjutnya empat industri dari kelompok agroindustri makanan dan non makanan yang berada pada ranking teratas berdasarkan pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor dan pendapatan rumah tangga golongan rendah ditambah dengan agroindustri makanan sektor perkebunan, ditetapkan sebagai agroindustri prioritas Tabel 13. Dengan demikian agroindustri prioritas adalah industri makanan sektor tanaman pangan, industri makanan sektor perikanan, industri makanan sektor perkebunan dan industri kayu lapis, bambu dan rotan serta industri karet remah dan karet asap. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan lima agroindustri tersebut diharapkan akan menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, memperkuat sektor pertanian primer dan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih baik bagi rumah tangga golongan rendah yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Kelima agroindustri prioritas tersebut juga sesuai dengan fokus pengembangan agroindustri yang dilakukan oleh pemerintah melalui Klaster Industri Prioritas, yaitu: 1 industri makanan secara umum, 2 industri pengolahan hasil laut, 3 industri kelapa sawit, 4 industri barang kayu termasuk bambu dan rotan, 5 industri karet dan barang dari karet, dan 6 industri pulp dan kertas. Tabel 13. Penentuan Agroindustri Prioritas pada Sektor Agroindustri, Tahun 2003 RANKING PENGGANDA Total AGROINDUSTRI Output TK Keterkaitan Sektor Pendap RT Gol Rendah Nilai Rank Agroindustri Makanan Sektor peternakan 4 4 4 4 16 3 Sektor tanaman pangan 3 2 3 3 11 2 Sektor perikanan 1 3 2 2 8 1 Sektor perkebunan 5 5 5 5 20 4 Agroindustri Non Makanan Kapuk 5 3 5 4 17 5 Kulit samakan dan olahan 4 4 3 3 14 4 Kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan 1 2 1 2 6 1 Bubur kertas 2 5 2 3 12 3 Karet remah dan karet asap 3 1 4 1 9 2 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas nilai pengganda terbesar 5.5. Tahapan Transmisi Pengaruh dari Sektor Agroindustri 5.5.1. Agroindustri Makanan