Konsep Kemiskinan KERANGKA TEORI

103

3.8. Konsep Kemiskinan

Dengan menggunakan kerangka SNSE, akan dapat dilakukan perbandingan pendapatan antar golongan rumah tangga dan akan dapat diketahui golongan rumah tangga mana yang menerima pendapatan paling rendah. Dengan kata lain, kerangka SNSE akan menggambarkan distribusi pendapatan rumah tangga, namun model tersebut tidak dapat menggambarkan berapa jumlah rumah tangga miskin di Indonesia, apa yang terjadi pada rumah tangga miskin di Indonesia apabila misalnya terjadi perubahan pendapatan rumah tangga yang diakibatkan oleh adanya pengaruh eksternal. Untuk mengkaji tentang kondisi kemiskinan di Indonesia, akan digunakan formulasi Foster-Greer-Thorbecke FGT poverty index. Ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan, yaitu: 1 incidence of poverty, 2 depth of poverty , dan 3 severity of poverty. Incidence of poverty adalah persentase populasi dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Indeks incidence of poverty disebut headcount index. Depth of poverty menggambarkan tingkat kedalaman kemiskinan di suatu wilayah yang diukur melalui poverty gap index. Sedangkan severity of poverty menunjukkan kepelikan kemiskinan di suatu wilayah. Selain dapat diukur dari nilai poverty gap index, indikator ini juga memperhitungkan jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan serta memperhitungkan tingkat ketimpangan diantara orang miskin. Menurut Sen 1976 head-count ratio tidak dapat menjelaskan secara lebih mendalam kondisi kemiskinan tersebut. Head-count index hanya dapat memberikan informasi tentang jumlah atau proporsi populasi yang berada dibawah garis kemiskinan. Tetapi ukuran tersebut tidak dapat menjelaskan bagaimana kondisi kemiskinan tersebut karena proporsi populasi miskin tidak akan berubah jika sebagian dari populasi miskin tersebut keadannya menjadi semakin miskin Sedangkan ukuran kemiskinan seharusnya meningkat manakala standar hidup rumah tangga miskin mengalami penurunan. 104 Indikator-indikator kemiskinan diatas menunjukkan bahwa ukuran kemiskinan tidak semata-mata hanya ditunjukkan melalui kemiskinan absolut, namun harus mempertimbangkan juga distribusi pendapatan penduduk miskin. Salah satu ukuran yang dapat menunjukkan pergeseran derajad kemiskinan diantara populasi miskin adalah indeks kesenjangan kemiskinan poverty gap index. Poverty gap mengukur rata-rata kesenjangan antara pendapatan populasi miskin yang berada dibawah garis kemiskinan dengan batas kemiskinan, yang dinyatakan sebagai rasio terhadap garis kemiskinan Indeks tersebut dapat menggambarkan tingkat kedalaman kemiskinan, tetapi tidak sensitif terhadap distribusi pendapatan populasi miskin tersebut, dengan demikian tidak dapat mengungkapkan lebih mendalam tingkat keseriusan kondisi kemiskinan tersebut. Indeks yang dapat mengukur indikator tersebut adalah severity index. Dalam hal ini Indeks yang dapat menggambarkan baik poverty gap dan severity index adalah FGT index. Indeks FGT banyak digunakan untuk membandingkan distribusi pendapatan yang berhubungan dengan kemiskinan Decaluwe et al., 1998; 1999; Kakwani, 2000. Formula FGT dinyatakan sebagai: P α =         q i i z y z n 1 1 , dimana α ≥ 0 ......................................................... 47 dimana P adalah ukuran kemiskinan, y i adalah rata-rata nilai konsumsi per kapita individu ke i dalam rumah tangga yang sudah diranking berdasarkan tingkat konsumsi, z adalah garis kemiskinan sehingga poverty gap masing-masing individu adalah z-y i dan poverty gap ratio adalah z – y i z, total populasi dinyatakan sebagai n dan jumlah populasi miskin adalah q. Formula FGT memiliki parameter α poverty aversion parameter, dimana semakin besar α semakin sensitif ukuran tersebut terhadap kesejahteraan orang yang paling miskin atau dapat dikatakan semakin besar α maka poverty gap antara orang yang miskin dengan orang yang lebih miskin semakin meningkat Ravallion, 1994. 105 Ada 3 nilai ά yang biasa digunakan, yaitu α =   2 , 1 , . Jika nilai α = 0, maka P = head-count ratio, dan formula 47 menjadi : P = 1 1        q i i z y z n ..................................................................................... 48 atau P = n q = H ............................................................................................. 49 Head-count ratio menunjukkan proporsi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, yang dihitung sebagai persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk, tetapi tidak dapat menunjukkan kedalaman kemiskinan. Jika nilai ά = 1, maka P 1 = poverty gap index, diperoleh dengan mengalikan head- count ratio dengan income gap ratio atau        z y z i , atau formula 48 menjadi: P 1 = 1 1 1        q i i z y z n ...................................................................................... 50 Indeks ini mengukur kekurangan pendapatan rata-rata terhadap garis kemiskinan, dimana nilainya tergantung dari jarak antara pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Jika ά = 2, maka P 2 = severity poverty index, atau indeks yang sensitif terhadap distribusi pendapatan penduduk miskin. Formula 48 menjadi: P 2 = 2 1 1        q i i z y z n ...................................................................................... 51 Properti FGT poverty index dengan ά =   2 , 1 , tersebut memenuhi tiga axioma. Pertama, s aat ά 0, ukuran kemiskinan tersebut memenuhi aksioma monotonicity Sen Sen’s axioma monotonicity, yang menyatakan, penurunan pendapatan rumah tangga miskin akan meningkatkan ukuran kemiskinan Sen, 1976. Kedua, saat ά 1, ukuran kemiskinan tersebut memenuhi aksioma transfer Sen Sen’s transfer axioma, yaitu transfer pendapatan dari rumah tangga miskin ke rumah tangga lain yang lebih kaya akan 106 meningkatkan ukuran kemiskinan. Ketiga, saat ά 2, ukuran kemiskinan tersebut memenuhi aksioma sensitivitas transfer Kakwani Kakwani’s transfer sensitivity axioma. Aksioma ini menyatakan bahwa jika terjadi transfer pendapatan sejumlah t 0 dari rumah tangga miskin dengan pendapatn y i ke rumah tangga miskin dengan pendapatan y i + d d 0, maka besaran peningkatan kemiskinan akan lebih kecil dari y i Kakwani, 1980. Tiga ukuran kemiskinan Pά dapat dijelaskan melalui hubungan antara pendapatan individu dengan garis kemiskinan pada nilai ά yang berbeda, seperti pada Gambar 9. Untuk ά = 0, hubungan P dengan pendapatan bersifat konstan. Ukuran kemiskinan tersebut memilki pembobot yang sama untuk penduduk miskin yang paling kaya maupun yang paling miskin. Oleh karena itu penjumlahan ukuran kemiskinan masing-masing individu P merupakan head-count ratio. Ukuran kedua, yaitu P 1 = 1, yang menyatakan poverty gap index , hubungan dengan pendapatan bersifat linier menurun. Dengan bertambah lebarnya jurang pendapatan perbedaan antara pendapatan dengan garis kemiskinan, maka kelompok yang paling miskin adalah kelompok yang paling terpengaruh. Sedangkan untuk P 2 severity poverty index, hubungan dengan pendapatan bersifat conveks, yang menunjukkan bahwa ukuran kemiskinan yang disebabkan oleh menurunnya srandard hidup akan lebih besar pada penduduk miskin. P P 1 P 2 Gambar 9. Ukuran Kemiskinan Individu Sumber: Ravallion 1994. P  Garis kemiskinan Pendapatan 107

3.9. Hipotesis