Fre k ue ns i Je nis Kom e r s ial Dite bang
0,00 0,20
0,40 0,60
0,80 1,00
1,20
0-15 15-25 25-45
0-15 15-25 25-45
Sebelum Penjaluran Setelah Penjaluran
Kondis i Hutan Fr
e k
uensi Semai
Pancang Tiang
Pohon
Gambar 5 Frekuensi Jenis Komersial Ditebang pada Plot Pengamatan Penjaluran.
Berdasarkan kriteria TPTI maka hampir semua tingkatan vegetasi memenuhi persyaratan pedoman TPTI kecuali pada vegetasi tingkat tiang. Hal
ini menunjukan permudaan jenis-jenis komersial ditebang yang terdapat pada plot pengamatan tersebar cukup dan merata. Akan tetapi kondisi diatas tidak
memenuhi kriteria Wyatt-Smith karena permudaan jenis-jenis pohon komersil ditebang tersebut tidak tersebar secara merata Nilai F 1.
B. Dominansi Jenis
Dominansi suatu jenis terhadap jenis-jenis lain di dalam tegakan dapat dinyatakan berdasarkan besaran-besaran berikut : Soerianegara dan Indrawan,
1988 a.
Banyaknya individu dan kerapatan Density b.
Persen penutupan dan luas bidang dasar c.
Volume d.
Biomassa e.
Indeks Nilai Penting Importance Value Index Untuk mendapatkan nilai yang lebih representative dan akurat
digunakan Indeks Nilai Penting INP yang merupakan hasil penjumlahan dari kerapatan relatif, luas bidang dasar relatif dan frekuensi relatif. Penetapan
dominansi jenis untuk tingkat pancang dan semai hanya berdasarkan nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif.
Peranan suatu jenis dalam komunitas dapat dilihat dari besarnya Indeks Nilai Penting INP, dimana jenis yang mempunyai nilai INP tertinggi
merupakan jenis yang dominan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis tersebut mempunyai tingkat kesesuaian terhadap lingkungan yang lebih tinggi dari
jenis yang lainnya. Selebihnya Sutisna 1981, juga menyatakan bahwa suatu jenis dapat
dikatakan berperan jika nilai INP pada tingkat semai dan pancang lebih dari 10 , sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon lebih dari 15 .
Pada Tabel 17 dan Tabel 18 dapat dilihat perubahan yang terjadi pada lima jenis pohon yang memiliki Indeks Nilai Penting yang paling tinggi untuk
setiap tingkatan vegetasi disetiap plot pengamatan sebagai akibat dari kegiatan pemanenan kayu dan kegiatan penebangan jalur. Dari tabel terlihat sebagian
besar jenis yang mendominasi pada setiap lokasi paling banyak berasal dari famili Dipterocarpaceae baik itu dari marga Shorea, Dipterocarpus, ataupun
Hopea. Sedangkan jenis famili Non Dipterocarpaceae yang mendominasi hal ini dibuktikan dengan nilai INP yang tinggi adalah jenis Kumpang Diospyros
sp , Medang Litsea firma, Nyatoh Palaquium rostatum, Sawang
dan Ubar Dillenia pulchella.
Tabel 17. Daftar Jenis dengan INP Terbesar pada LOA 19811982 dan Et+0.
Kondisi Hutan Kelerengan
Jenis-Jenis Dominan Semai
INP Pancang
INP Tiang
INP Pohon
INP
LOA 19811982 0-15
Shorea parvifolia 45.4
Litsea firma 34.3
Litsea firma 69.5
Litsea firma 49.5
Litsea firma 32.6
Mizzettia parviflora 29.0
Castanopsis sp 30.0
Dillenia pulchella 25.8
Dillenia pulchella 15.3
Dillenia pulchella 19.4
Dillenia pulchella 26.2
Shorea parvifolia 16.8
Mizzettia parviflora 15.2
Diospyros sp 11.4
Diospyros sp 15.8
Nephelium sp 16.4
Berabakan 7.8 Berabakan 9.4
Sawang 13.1
Castanopsis sp 14.6
15-25 Shorea parvifolia
47.4 Litsea firma
29.4 Litsea firma
73.0 Litsea firma
52.5 Litsea firma
29.4 Dillenia pulchella
17.6 Dillenia pulchella
33.0 Elaterospermum tapos
48.5 Dipterocarpus crinitus
13.7 Mizzettia parviflora
17.0 Diospyros sp
22.9 Shorea parvifolia
27.7 Elaterospermum tapos
11.3 Diospyros sp
10.4 Mizzettia parviflora
19.4 Dillenia pulchella
26.3 Dillenia pulchella
10.3 Castanopsis sp
10.2 Castanopsis sp
15.9 Ochanostachys amentaceae
20.3 25-45
Shorea parvifolia 31.4
Litsea firma 29.4
Litsea firma 54.2
Litsea firma
48.0
Litsea firma 28.4
Mizzettia parviflora 19.5
Mizzettia parviflora 27.0
Dillenia pulchella
20.1
Dipterocarpus crinitus 20.2
Dillenia pulchella 11.5
Dillenia pulchella 20.4
Shorea parvifolia
18.4
Shorea laevifolia 12.0
Shorea parvifolia 9.2
Diospyros sp 17.5
Ochanostachys amentaceae
13.2
Palaquium rostratum 11.9
Castanopsis sp 8.8 Berabakan
17.3 Elaterospermum tapos
13.0
Et+0 0-15
Shorea parvifolia 51.6
Litsea firma 29.5
Litsea firma 70.5
Litsea firma 38.9
Litsea firma 38.1
Mizzettia parviflora 29.5
Castanopsis sp 30.3
Dillenia pulchella 29.9
Dillenia pulchella 16.3
Dillenia pulchella 18.7
Dillenia pulchella 26.4
Nephelium sp 19.5
Mizzettia parviflora 12.3 Berabakan
11.4 Diospyros sp 16.2
Castanopsis sp 17.1
Berabakan 9.4 Diospyros sp
10.7 Kekalik 11.6 Mizzettia parviflora
15.9 15-25
Shorea parvifolia 35.4
Dillenia pulchella 23.7
Litsea firma 75.6
Elaterospermum tapos
57.2
Litsea firma 26.9
Mizzettia parviflora 19.5
Dillenia pulchella 31.2
Litsea firma
53.7
Dipterocarpus crinitus 16.3
Litsea firma 18.6
Diospyros sp 22.4
Dillenia pulchella
32.4
Elaterospermum tapos 13.1
Shorea parvifolia 12.4
Mizzettia parviflora 20.2
Ochanostachys amentaceae
24.9
Palaquium rostratum 12.4
Castanopsis sp 10.6
Castanopsis sp 15.3
Shorea parvifolia
19.0
25-45 Litsea firma
30.8 Litsea firma
28.3 Litsea firma
53.6 Eusideroxylon zwageri
14.6 Shorea parvifolia
27.5 Mizzettia parviflora
22.2 Mizzettia parviflora
25.7 Dillenia pulchella
23.4 Dipterocarpus crinitus
18.9 Dillenia pulchella
12.3 Dillenia pulchella
19.4 Surian 1.3
Shorea laevifolia 14.2
Shorea parvifolia 9.0 Berabakan
18.4 Sindora bruggemanii 1.2
Dillenia pulchella 10.4
Sindora bruggemanii 8.9
Diospyros sp 16.8
Dillenia excelsa 0.8
Tabel 18. Daftar Jenis INP Terbesar pada Hutan Sebelum Penjaluran dan Hutan Setelah Penjaluran.
Kondisi Hutan Kelerengan
Jenis-Jenis Dominan Semai INP
Pancang INP Tiang
INP Pohon
INP
Sebelum Penjaluran
0-15 Shorea parvifolia
18.7 Diospyros sp
15.4 Mizzettia parviflora
29.6 Litsea firma
33.1 Hopea sangal
16.2 Santiria tomentosa
14.1 Santiria tomentosa
20.4 Dillenia pulchella
25.0 Shorea leprosula
12.4 Mizzettia parviflora
9.1 Gluta rengas
18.3 Sawang 24.6
Gluta rengas 9.5
Gluta rengas 9.1
Dillenia pulchella 15.7
Diospyros sp 22.9
Artocarpus anisophyllus 9.0
Dipterocarpus crinitus 8.9
Palaquium rostratum 15.4
Dipterocarpus crinitus 20.2
15-25 Shorea leprosula
34.9 Diospyros sp
18.8 Palaquium rostratum
52.0 Litsea firma
28.1 Shorea parvifolia
34.5 Palaquium rostratum
18.2 Mizzettia parviflora
32.3 Sawang 24.4
Palaquium rostratum 12.4
Mizzettia parviflora 14.0
Blumeodendron sp 14.8
Diospyros sp 21.9
Gluta rengas 10.1 Kengkayas
12.3 Diospyros sp 14.8
Dipterocarpus crinitus 21.1
Diospyros sp 9.0 Berabakan
9.5 Kengkayas 14.1
Shorea leprosula 20.9
25-45 Shorea parvifolia
21.9 Palaquium rostratum
27.0 Palaquium rostratum
56.5 Sawang 37.4
Palaquium rostratum 16.1
Diospyros sp 23.9
Diospyros sp 40.2
Litsea firma 26.3
Macaranga hullettii 13.8
Mizzettia parviflora 20.6
Mizzettia parviflora 36.9
Diospyros sp 26.2
Mizzettia parviflora 12.2
Gluta rengas 11.4
Blumeodendron sp 19.0
Dipterocarpus crinitus 19.0
Lengkuham 10.8 Pentaspadon motleyi
10.3 Dracontomelon mangiferum
15.3 Dillenia pulchella
18.9
Setelah Penjaluran
0-15 Shorea parvifolia
21.0 Diospyros sp
15.8 Mizzettia parviflora
30.2 Litsea firma
32.5 Hopea sangal
16.4 Santiria tomentosa
15.7 Santiria tomentosa
20.5 Dillenia pulchella
22.7 Shorea leprosula
14.5 Dipterocarpus crinitus
10.5 Gluta rengas
17.1 Sawang 22.1
Artocarpus anisophyllus 11.3
Mizzettia parviflora 10.5
Dillenia pulchella 16.2
Dipterocarpus crinitus 20.9
Gluta rengas 11.2
Gluta rengas 8.7
Palaquium rostratum 15.9
Diospyros sp 19.8
15-25 Shorea leprosula
35.6 Diospyros sp
20.3 Palaquium rostratum
51.0 Litsea firma
28.9 Shorea parvifolia
32.3 Palaquium rostratum
17.7 Mizzettia parviflora
31.4 Sawang 25.8
Palaquium rostratum 13.5
Mizzettia parviflora 15.1
Diospyros sp 15.4
Shorea leprosula 24.1
Gluta rengas 10.0 Kengkayas
11.0 Blumeodendron sp 14.6
Dipterocarpus crinitus 22.1
Mizzettia parviflora 8.6
Gluta rengas 9.2 Kengkayas
13.9 Shorea parvifolia
18.5 25-45
Shorea parvifolia 21.2
Palaquium rostratum 29.0
Palaquium rostratum 58.6 Sawang
35.7 Palaquium rostratum
16.1 Diospyros sp
23.9 Diospyros sp
40.5 Litsea firma
25.2 Macaranga hullettii
14.0 Mizzettia parviflora
17.3 Mizzettia parviflora
35.1 Diospyros sp
24.7 Mizzettia parviflora
11.0 Pentaspadon motleyi
11.9 Blumeodendron sp
19.2 Dipterocarpus crinitus
18.0 Lengkuham 9.7
Lengkuham 9.3
Dracontomelon mangiferum 15.5
Dillenia pulchella 17.9
Indeks Nilai Penting INP merupakan indikator yang sesuai untuk melihat pengaruh perubahan jumlah jenis dalam petak sebelum pemanenan,
setelah pemanenan serta setelah pembuatan jalur tanam. Berkurangnya individu dalam satu jenis atau hilangnya jumlah jenis dalam kegiatan tersebut
diatas menyebabkan bergesernya nilai INP jenis tersebut. Perubahan nilai INP ini juga mengakibatkan perubahan INP pada masing-masing jenis. Ada
kalanya terdapat jenis yang menduduki peringkat bawah jenis yang lain, tetapi peringkat kedua jenis tersebut bisa berubah setelah kegiatan pemanenan.
Berdasarkan data dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa pada LOA 19811982 dengan kelerengan 0-15 untuk vegetasi tingkat semai didominasi
oleh jenis Shorea parvifolia, Medang, dan Ubar dengan INP masing-masing 45,4, 32,6 dan 15,3. Untuk vegetasi tingkat pancang didominasi oleh
Medang, Pisang-pisang Mizzetia parviflora dan Ubar dengan INP masing- masing sebesar 34,3, 29 dan 19,4. Sementara itu untuk vegetasi tingkat
tiang didominasi oleh Medang, Sampa Castanopsis sp serta Ubar dengan INP masing-masing 69,5, 30 dan 26,2. Dan untuk tingkat pohon
didominasi oleh Medang, Ubar dan S. parvifolia dengan INP sebesar 49,5, 25,8 dan 16,8.
Jenis-jenis yang mendominasi vegetasi tingkat semai pada LOA 19811982 dengan kelerengan 15-25 antara lain S .parvifolia, Medang, dan
Keruing Dipterocarpus crinitus dengan INP 47,4, 29,4 dan 13,7. Untuk tingkat pancang didominasi oleh Medang, Ubar serta Pisang-pisang
dengan INP masing-masing 29,4, 17,6 dan 17. Sementara untuk tingkat tiang didominasi oleh Medang, Ubar dan Kumpang Diospyros sp dengan
INP sebesar 73, 33 dan 22,9. Medang, Kelampai Elaterospermum tapos
serta S. parvifolia merupakan jenis-jenis yang mendominasi pada vegetasi tingkat pohon dengan INP masing-masing sebesar 52,5, 48,5 dan
27,7. Jenis-jenis yang mendominasi vegetasi tingkat semai pada kelerengan
25-45 antara lain S. parvifolia, Medang, dan Keruing dengan INP sebesar 31,4, 28,4 dan 20,2. Vegetasi tingkat pancang didominasi oleh jenis
Medang, Pisang-pisang, serta Ubar dengan INP 29,4, 19,5 dan 11,5.
Untuk vegetasi tingkat tiang jenis-jenis yang mendominasi hampir sama dengan tingkat pancang dengan INP yang berbeda yaitu sebesar 54,4, 27
dan 20,4. Sedangkan untuk vegetasi tingkat pohon didominasi oleh Medang, Ubar dan S. parvifolia dengan INP berturut-turut sebesar 48,0, 20,1 dan
18,4. Kegiatan pemanenan kayu menyebabkan perubahan peringkat pada
beberapa jenis-jenis yang mendominasi. Sebagai contoh, pada kelerengan 15-25 untuk tingkat pancang, sebelum pemanenan kayu jenis medang
berada pada peringkat pertama dengan INP 29,4. Akan tetapi setelah dilakukan pemanenan kayu, jenis Medang turun ke peringkat ketiga dengan
INP sebesar 18,6. Dan peringkat pertama ditempati oleh Ubar dengan INP 23,7.
Perubahan peringkat INP pada sistem silvikultur TPTI tidak mencolok, penurunan jumlah individu dalam satu jenis dan hilangnya jenis dalam satu
petak tidak banyak, hal ini disebabkan pohon-pohon yang ditebang berdiameter besar. Berbeda dengan sistem silvikultur Tebang Jalur Tanam
Indonesia TJTI dan Tebang Habis Permudaan Buatan THPB yang bersifat monocyclic
siklus tunggal dan intensitas penebangan sangat besar menyebabkan pengurangan jumlah jenis besar bahkan terjadi pergantian jenis
dengan cara permudaan buatan Sularso, 1996. Sedangkan berdasarkan Tabel 18
dapat dilihat bahwa pada kondisi hutan sebelum penjaluran dengan kelerengan 0-15 untuk vegetasi tingkat
semai didominasi oleh jenis S. parvifolia, Emang Hopea sangal dan Pengerawan Shorea leprosula dengan INP 18,7, 16,2 dan 12,4. Untuk
vegetasi tingkat pancang didominasi oleh Kumpang, Jamay Santiria tomentosa
serta Pisang-pisang dengan INP masing-masing 15,4, 14,1 dan 9,1. Jenis Pisang-pisang, Jamay, dan Rengas Gluta rengas merupakan
jenis-jenis yang mendominasi vegetasi tingkat tiang dengan INP 29,6, 20,4 dan 18,3. Dan untuk vegetasi tingkat pohon didominasi oleh
Medang, Ubar dan Sawang dengan INP 33,1, 25 dan 24,6. Jenis-jenis yang mendominasi pada kondisi hutan sebelum penjaluran
dengan kelerengan 15-25 untuk vegetasi tingkat semai antara lain
Pengerawan, S. parvifolia serta Nyatoh dengan INP berturut-turut sebesar 34,9, 34,5 dan 12,4. Sedangkan Kumpang, Nyatoh serta Pisang-pisang
mendominasi vegetasi tingkat pancang dengan INP masing-masing 18,8, 18,2 dan 41. Pada vegetasi tingkat tiang INP tertinggi dimiliki oleh
Nyatoh, Pisang-pisang, Sibau Blumeodendron sp dengan INP 52, 32,3, 14,8. Dan untuk vegetasi tingkat pohon didominasi oleh Medang, Sawang,
Kumpang dengan INP sebesar 28,1, 24,4 dan 21,9. Sedangkan pada kelerengan 25-45 vegetasi tingkat semai didominasi
oleh S. parvifolia, Nyatoh, Purang dengan INP 21,9 16,1, 13,8. Jenis Nyatoh, Kumpang, Pisang-pisang mendominasi vegetasi tingkat pancang
dengan INP 27, 23,9 dan 20,6. Untuk vegetasi tingkat tiang didominasi oleh jenis-jenis yang mendominasi vegetasi tingkat pancang dengan nilai INP
yang berbeda yaitu sebesar 56,5, 40,2 dan 36,9. Dan untuk vegetasi tingkat pohon didominasi oleh Sawang serta Kumpang dengan nilai INP
37,4 dan 26,3. Kegiatan penjaluran juga menyebabkan perubahan peringkat pada
beberapa jenis yang mendominasi. Sebagai contoh, pada kelerengan 0-15 untuk vegetasi tingkat pohon, sebelum kegiatan penjaluran jenis keruing
berada pada peringkat kelima dengan INP 20,2. Dan setelah dilakukan penebangan jalur, jenis keruing naik ke peringkat ke empat dengan INP
sebesar 20,9. Bergesernya kedudukan ini disebabkan terdapat jumlah individu dalam suatu jenis yang berkurang atau beberapa jenis mengalami
menghilang. Hilangnya jenis-jenis karena pemanenan kayu mempengaruhi
komposisi dan struktur serta keseimbangan tegakan berhubungan dengan besarnya kerusakan tegakan tinggal. Untuk mencapai keseimbangan baru
diperlukan waktu yang panjang dengan terbentuknya suksesi sekunder yang akan dipenuhi jenis-jenis pioneer atau pengembara seperti Macaranga sp,
Anthocephalus sp , dan Dillania sp Wiradinata et. al, 1985.
Dari uraian diatas terlihat bahwa jenis-jenis yang mendominasi merupakan jenis-jenis komersial seperti Shorea parvifolia, Medang Litsea
firma , Keruing Dipterocarpus crinitus, Nyatoh Palaquium rostratum, dll.
Selain itu ada juga jenis non komersial yang mendominasi pada beberapa tingkat permudaan seperti jenis Kumpang Diospyros sp dan Kelampai
Elaterospermum tapos. Jenis-jenis yang ditemukan diatas, dapat juga dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok besar yaitu jenis komersial ditebang KT, komersial tidak ditebang KTT, dan non komersial NK. Tingkat dominasi kelompok jenis
tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 20.
Tabel 19. Indeks Nilai Penting Kelompok Jenis pada LOA 19811982 dan Et+0.
Kondisi Hutan
Kelerengan Kelompok
Jenis Tingkatan Vegetasi
Semai Pancang Tiang Pohon
LOA 19811982
0-15 KT 109.2 57.9 104.1
100.5 KTT 63.7 93.8 124.1
116.8 NK 27.1 48.3 71.8 82.7
15-25 KT 117.2 68.2 106.4
111.7 KTT 50.1 85.7 135.4
107.0 NK 32.7 46.0 58.2 81.3
25-45 KT 115.1 68.0 91.2
107.7 KTT 67.9 92.0 143.4
121.4 NK 16.9 40.0 65.4 70.9
Et+0 0-15
KT 114.5 54.3 102.9 71.3
KTT 61.2 97.0 122.8 132.7
NK 24.2 48.7 74.2 96.0 15-25
KT 110.1 63.4 109.5 85.4
KTT 54.7 91.7 131.7 118.0
NK 35.2 44.9 58.8 96.5 25-45
KT 113.3 67.7 92.0 82.7 KTT 67.6 90.8 142.7
136.4 NK 19.1 41.5 65.3 80.9
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa pada LOA 19811982 kelompok jenis komersial tidak ditebang lebih mendominasi terutama pada vegetasi
tingkat pancang, tiang dan pohon kecuali tingkat pohon pada kelerengan 15- 25. Sedangkan pada kondisi Et+0 kelompok jenis komersial tidak ditebang
juga mendominasi pada vegetasi tingkat pencang, tiang dan pohon. Kelompok jenis komersial ditebang baik itu pada kondisi LOA 19811982 ataupun Et+0,
hanya mendominasi pada vegetasi tingkat semai saja.
Tabel 20. Indeks Nilai Penting Kelompok Jenis pada Kondisi Hutan Sebelum
Penjaluran dan Hutan Setelah Penjaluran
.
Kondisi Hutan
Kelerengan Kelompok
Jenis Tingkatan Vegetasi
Semai Pancang Tiang Pohon
Sebelum Penjaluran
0-15 KT 85.5 49.3 65.4
121.0 KTT 63.4 83.1 149.2 92.4
NK 51.1 67.6 85.4 85.1 15-25
KT 111.9 39.2 102.3 118.0
KTT 37.6 62.7 97.4 99.7 NK 50.5 98.1 100.3
82.3 25-45
KT 67.9 40.4 78.9 93.7 KTT 58.0 65.5 94.7 78.1
NK 74.1 94.1 126.4 128.2
Setelah Penjaluran
0-15 KT 86.3 50.9 65.7
123.4 KTT 63.7 80.4 150.1 92.0
NK 50.0 68.8 84.2 84.6 15-25
KT 112.5 38.7 101.1 98.9
KTT 38.7 61.7 98.4 99.0 NK 48.8 99.6 100.5
102.1 25-45
KT 69.7 45.3 81.2 112.4
KTT 54.6 57.0 91.3 67.4 NK 75.6 97.7 127.5
120.2
Dari Tabel 20 terlihat bahwa baik pada kondisi hutan sebelum penjaluran atau setelah penjaluran, tidak ada satu kelompok jenis yang benar-
benar mendominasi. Pada kelerengan 0-15 pada kedua kondisi hutan diatas kelompok jenis komersial ditebang mendominasi pada vegetasi tingkat semai
dan pohon, sedangkan kelompok jenis komersial tidak ditebang mendominasi pada vegetasi tingkat pancang dan tiang.
Pada kondisi hutan sebelum penjaluran dengan kelerengan 15-25 kelompok jenis komersial ditebang mendominasi pada vegetasi tingkat semai,
tiang dan pohon. Sementara vegetasi tingkat pancang didominasi oleh kelompok jenis non komersial. Kegiatan penebangan jalur menimbulkan
perubahan terutama pada vegetasi tingkat pohon. Untuk vegetasi tingkat pohon setelah penjaluran didominasi oleh kelompok jenis non komersial.
Sedangkan pada kondisi hutan sebelum penjaluran dan setelah penjaluran dengan kelerengan 25-45, kelompok jenis yang mendominasi
ialah kelompok jenis non komersial. Kegiatan penebangan jalur tidak terlalu menimbulkan perubahan terhadap jenis-jenis yang mendominasi.
Besarnya nilai INP suatu jenis memperlihatkan peranan suatu jenis dalam komunitas. Suatu jenis yang mempunyai nilai lebih besar dibanding
dengan jenis lainnya menandakan bahwa suatu jenis tersebut paa suatu komunitas bisa dikatakan menguasai ruang atau mendominasi suatu
komunitas. Hal ini dimungkinkan karena jenis tersebut mempunyai kesesuaian tempat tumbuh yang baik serta mempunyai daya tahan hidup yang lebih baik
jika dibanding dengan jenis yang lain.
C. Keanekaragaman Jenis