3. Pengukuran Kerusakan Tegakan Akibat Kegiatan Pemanenan Kayu
dan Penjaluran
Kerusakan tegakan tinggal adalah kerusakan tegakan hutan akibat pemanenan kayu dan penjaluran terutama yang diakibatkan oleh kegiatan
penebangan, penyaradan serta pembuatan jalur bersih. Pengukuran kerusakan tegakan tinggal dilakukan setelah pemanenan kayu dan setelah
penjaluran. Parameter yang dicatat dan diukur adalah jenis pohon yang rusak, diameter, tipe dan ukurantingkat kerusakan.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan pohon inti dan tingkat permudaan serta untuk melihat keberadaan pohon
inti dan permudaan. Dalam melakukan pengukuran, kriteria kerusakan tegakan tinggal yang digunakan ialah berdasarkan sistem TPTI, dimana
pohon inti digolongkan rusak apabila mengalami salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut Departemen Kehutanan, 1993 :
a. Tajuk rusak lebih dari 30 atau cabang pohondahan patah.
b. Luka batang mencapai bagian kayu yang berukuran lebih dari 14
keliling batang dengan panjang lebih dari 1,5 m. c.
Perakaran terpotong atau 13 banirnya rusak. Menurut Elias 1993 dalam Sularso 1996, berdasarkan populasi
pohon dalam petak, kerusakan tegakan tinggal dapat dikelompokkan sebagai berikut: tingkat kerusakan ringan 25, tingkat kerusakan
sedang 25-50 dan tingkat kerusakan berat 50. Beberapa tingkat kerusakan yang terjadi pada indivudu pohon
yaitu: 4.
Tingkat kerusakan berat a.
Patah batang. b.
Pecah batang. c.
Roboh, tumbang atau miring sudut 45o dengan permukaan tanah. d.
Rusak tajuk 50 rusak tajuk, juga didasarkan atas banyaknya cabang pembentuk tajuk patah.
e. Luka batangrusak kulit 12 keliling pohon atau 300-600 cm kulit
mengalami kerusakan.
f. Rusak banirakar 12 banir atau perakaran rusakterpotong.
5. Tingkat kerusakan sedang
e. Rusak tajuk 30-50 tajuk rusak atau 16 bagian tajuk mengalami
kerusakan. f.
Luka batangrusak kulit 14-12 keliling pohon rusak atau 150-300 cm kulit rusak.
g. Rusak banirakar 13-12 banirakar rusak atau terpotong.
h. Condong atau miring pohon miring membentuk sudut 45
o
dengan tanah. 6.
Tingkat kerusakan ringan d.
Rusak tajuk 30 tajuk rusak e.
Luka batangrusak kulit 14-12 keliling dan panjang luka 1,5 m atau kerusakan sampai kambium dengan lebar lebih dari 5 cm,
lebih kurang sepanjang garis sejajar sumbu longitudinal dari batang.
f. Rusak banirakar 14 banir rusak atau perakaran terpotong.
Menurut pedoman TPTI maka harus tersedia minimal 400 batanghektar untuk tingkat semai, 200 batanghektar untuk tingkat
pancang dan 75 batanghektar untuk tingkat tiang dan 25 pohon hektar jenis komersial dan sehat. Dengan demikian maka dapat diasumsikan
bahwa dalam setiap petak pengamatan minimal harus terdapat 1 pohon, 3 tiang, 8 pancang dan 16 semai.
Tabel 6. Tally Sheet Pengukuran Kerusakan Tegakan Akibat Pemanenan Kayu dan Penjaluran.
No Jenis
Pohon Diameter
cm Tipe Kerusakan
Tajuk Kulit Patah Pecah Batang RobohCondong BanirAkar
1 2
3
4. Pengukuran Keterbukaan Lahan Bekas Tebangan
Keterbukaan lahan hutan dapat disebabkan terutama oleh kegiatan penebangan dan penyaradan. Kegiatan penebangan itu sendiri terbagi dua
yaitu penebangan produksi dan penebangan jalur. Keterbukaan lahan akibat penebangan merupakan luas daerah yang terbuka akibat