Perkembangan Hutan Bekas Tebangan

5,64. Sedangkan akibat penyaradan kayu urutan tipe kerusakan adalah sebagai berikut: kerusakan roboh 50,80, patah batang 19,57, patah tajuk 10,26, patah cabangranting 7,15, terkelupas kulitpecah banir 6,75 dan condong 5,47. Hasil percobaan minimalisasi kerusakan akibat pemanenan kayu menunjukkan bahwa penerapan cara pemanenan kayu berwawasan lingkungan dapat mengurangi kerusakan tegakan tinggal sampai 50 dan limbah pemanenan kayu 10-30. Kenaikan biaya produksipemanenan kayu hanya 1,27 Elias, 1997.

H. Perkembangan Hutan Bekas Tebangan

Suksesi ialah rangkaian perubahan kondisi pada komunitas tanaman bersamaan dengan perubahan habitatnya Baker, 1950. Sedangkan Ewusie 1990 menyatakan bahwa suksesi merupakan hasil dari tumbuhan itu sendiri, dalam arti bahwa tumbuhan yang berada dalam daerah tersebut pada suatu waktu tertentu mengubah lingkungannnya, yang terdiri dari tanah, tumbuhan dan iklim mikro yang berada di atasnya, sedemikian rupa sehingga membuatnya lebih cocok untuk spesies yang lain daripada bagi tumbuhan itu sendiri. Richards 1966 membedakan suksesi atas dua bagian berdasarkan awal terjadinya, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer merupakan perkembangan vegetasi mulai dari yang tidak bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil. Sedangkan suksesi sekunder terjadi apabila klimaks atau suksesi normal terganggu, seperti terjadinya kebakaran, perladangan dan pembalakan. Soerianegara dan Indrawan 1988 mengemukakan bahwa selama proses suksesi berlangsung hingga tercapainya stabilitas atau keseimbangan dinamis dengan lingkungan, terjadi pergantian masyarakat tumbuhan hingga terbentuk masyarakat yang disebut vegetasi klimaks. Whitmore 1986 berpendapat bahwa siklus pertumbuhan dalam rangka regenerasi pohon di hutan hujan tropika dapat di bedakan dalam tiga tahapan, yaitu fase celah, fase pengembangan, dan fase tua. Fase-fase ini tidak dapat dianggap sebagai fase-fase terpidah satu sama lainnya, melainkan berhubungan melalui kesinambungan pertumbuhan. Fase celah berisi permudaan ukuran semai dan pancang, fase pengembangan berisi tingkat tiang atau pohon muda, sedangkan fase tua terdiri dari pohon-pohon besar dan tua. Richards 1966 menyatakan menyatakan bahwa apabila pohon yang besar mati, pohon tersebut akan meninggalkan suatu celah gap atau opening bukaan di dalam stratum pohon tersebut. Pembentukan suatu celah gap menyebabkan perkembangan tumbuhan bawah yang cepat, karena dirangsang pertambahan penyinaran dan mungkin oleh berkurangnya persaingan akar setempat, jenis pohon muda yang intoleran yang terdapat di sekitar tumbuhan bawah itu akan lebih cepat tumbuh daripada jenis yang toleran.

I. Hubungan antara Tanah dengan Tegakan

Tanah adalah kumpulan bahan-bahan alami yang terdapat di permukaan bumi, tempat berpijak pohon-pohon, yang mempunyai ciri-ciri yang terjadi karena pengaruh iklim dan kehidupan pada bahan induk tergantung pula pada bentuk relief dan waktu Loekito, D dan R. Hardjono, 1970. Dengan demikian faktor-faktor pembentuk tanah ialah iklim, organisme, relief, bahan induk dan waktu. Sementara Buckman dan Brady 1989 menyatakan bahwa tanah merupakan suatu tubuh alam, disintesakan dalam bentuk penampang dari berbagai campuran hancuran mineral dan bahan organik, bila mengandung cukup air dan udara akan menjadi tunjungan mekanik dan makanan bagi tumbuhan. Lebih lanjut lagi Buckman menyatakan bahwa larutan tanah mengandung garam-garam yang larut dan sebagian besar merupakan hara esensial bagi tumbuhan. Antara bagian pada tanah dengan larutan tanah terjadi pertukaran hara dan selanjutnya antara larutan tanah dengan tanaman. Pertukaran ini hingga batas-batas tertentu ditentukan oleh jumlah di dalam tanah dan kadar garam dalam larutan tanah. Tanah terdiri dari berbagai ukuran bahan mineral seperti: pasir, debu dan liaat, yang dihasilkan oleh stratum geologis, bahan organik dari

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Rehabilitasi Hutan Hujan Rawang Dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. IKANI Kalimantan Timur)

0 13 83

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30