a. Hutan hujan tropika terdiri dari berjenis-jenis tumbuhan berkayu dan
umumnya kaya akan jenis-jenis dengan ukuran tinggi dan diameter yang besar.
b. Mempunyai banyak jenis-jenis kodominan, tetapi dapat juga hanya terdiri
dari beberapa jenis saja. Jenis-jenis memperlihatkan gambaran umum yang sama, yaitu batangnya berbanir, lurus dan dekat tajuknya tidak
bercabang. c.
Pada umumnya susunan tajuknya terdiri dari dua sampai tiga lapisan, sedangkan tumbuhan bawah terdiri dari perdu, dan permudaan atau tunas-
tunas dari jenis-jenis pohon lapisan bawah. d.
Selain jenis pokok, pada umumnya mempunyai banyak jenis-jenis efifit, tumbuhan pemanjat, palma dan pandan.
e. Merupakan susunan vegetasi klimaks di daerah khatulistiwa, masing-
masing jenis tumbuh-tumbuhan di dalamnya mempunyai sifat-sifat hidup yang berbeda, tetapi dengan kondisi-kondisi edafis dan klimatologis
tertentu mereka membentuk suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang seimbang.
B. Klasifikasi Hutan
Menurut Departemen Kehutanan 1992, hutan dapat digolongkan bagi tujuan pengelolaan hutan menurut hal-hal berikut:
a. Susunan jenis.
Hutan murni adalah hutan yang hampir semua atau seluruhnya dari jenis yang sama. Hutan campuran ialah hutan yang terdiri dari atas dua atau
lebih jenis pohon. Baik hutan murni atau campuran dapat berupa seumur, tidak seumur atau segala umur.
b. Kerapatan tegakan.
Pada umumnya, hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah pohon dan volume per hektar, luas bidang dasar dan kriteria lain. Perbedaan antara sebuah
tegakan yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat dengan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas
bidang dasar, dan jumlah batang per hektar, dapat diketahui melalui
pengukuran. Untuk keperluan praktis, tiga kelas kerapatan telah dibuat, yaitu:
1. Rapat, bila terdapat lebih dari 70 penutupan tajuk.
2. Cukup, bila terdapat 40-70 penutupan tajuk.
3. Jarang, bila terdapat kurang dari 40 penutupan tajuk.
Hutan yang terlalu rapat, pertumbuhannya akan lambat karena persaingan yang keras terhadap sinar matahari, air, dan zat hara mineral. Kemacetan
pertumbuhan akan terjadi. Tetapi tidak lama, karena persaingan diantara pohon-pohon akan mematikan yang lemah dan penguasaan oleh yang kuat.
Sebaliknya, hutan yang terlalu jarang, terbuka atau hutan rawang, akan menghasilkan pohon-pohon dengan tajuk besar dan bercabang banyak,
dengan yang pendek. Suatu hutan yang dikelola baik ialah hutan yang kerapatannya dipelihara
pada tingkat optimum, sehingga pohon-pohonnya dapat dengan penuh memanfaatkan air, sinar matahari, dan zat hara mineral dalam tanah.
Dengan demikian hutan yang tajuknya kurang rapat berfungsi kurang efisien kecuali bila celah terbuka yang ada, di isi dengan permudaan hutan
atau pohon-pohon muda. Tempat-tempat terbuka tersebut biasanya ditumbuhi gulma yang mengganggu pertumbuhan jenis-jenis pohon utama
atau tanaman pokok. c.
Komposisi umur. Suatu lahan hutan disebut seumur, bila ditanam pada waktu bersamaan.
Meskipun demikian, ukurannya dapat berlainan, karena laju pertumbuhan yang berbeda. Hutan segala umur terdiri dari pohon-pohon berukuran besar
hingga tingkatan semai. Jadi meliputi berbagai umur maupun ukuran. Sedangkan hutan tidak seumur ialah hutan yang hanya mempunyai dua
atau tiga kelompok umur atau ukuran. Misalnya hutan yang terdiri atas pohon-pohon yang sudah masak tebang, miskin riap, dan ukuran pancang
saja. Hutan segala umur biasanya penyebaran ukurannya lebih beragam dan
jenisnya umumnya lebih toleran terhadap naungan. Sementara hutan seumur umumnya terdiri dari jenis intoleran. Angin topan, penebangan
berlebihan, kebakaran dan bencana lain, menciptakan kelompok-kelompok yang tidak seumur.
d. Tipe hutan.
Tipe hutan ialah istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan jenis dan
perkembangannya. Tipe hutan diberi nama menurut satu atau lebih jenis pohon yang dominan.
C. Stratifikasi Tajuk