berlebihan, kebakaran dan bencana lain, menciptakan kelompok-kelompok yang tidak seumur.
d. Tipe hutan.
Tipe hutan ialah istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan jenis dan
perkembangannya. Tipe hutan diberi nama menurut satu atau lebih jenis pohon yang dominan.
C. Stratifikasi Tajuk
Kanopi dari hutan hujan tropika sering kali terdiri dari beberapa lapisan atau stratifikasi dan formasi hutan yang berbeda memiliki tingkatan
strata yang berbeda pula. Strata lapisan terkadang terlihat mudah di hutan atau pada diagram profil, tetapi terkadang juga tidak. Pertentangan pendapat
tentang konsep ini cukup hebat. Oleh sebab itu amat perlu ditinjau ciri-ciri yang terlibat dengan teliti Whitmore, 1986.
Dalam suatu masyarakat tumbuhan akan terjadi suatu persaingan antara individu-individu dari suatu jenis atau berbagai jenis, jika tumbuhan-
tumbuhan tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang sama dalam hal hara mineral, tanah, air, cahaya, dan ruangan. Sebagai akibat adanya
persaingan ini, mengakibatkan jenis-jenis tertentu akan lebih menguasai dominan daripada yang lain, maka akan terjadi stratifikasi tumbuhan di
dalam hutan. Pohon-pohon yang tinggi dari stratum teratas menguasai pohon- pohon yang lebih rendah dan merupakan jenis-jenis yang mencirikan
masyarakat hutan yang bersangkutan Soerianegara dan Indrawan, 1988. Richards 1966 menyatakan bahwa struktur hutan hujan tropika paling
jelas dinyatakan dengan penampakan arsitekturnya, stratifikasi tajuk pohon- pohonnya, semak dan tumbuhan bawah.
Menurut Ewusie 1990, hutan hujan tropika terkenal karena adanya perlapisan atau stratifikasi. Ini berarti bahwa populasi campuran didalamnya
disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara tak-sinambung. Meskipun ada beberapa keragaman yang perlu diperhatikan kemudian, hutan
menampilkan tiga lapisan pohon. Lapisan pohon ini dan lapisan lainnya yang terdiri dari belukar serta tumbuhan terna di uraikan sebagai berikut:
a. Lapisan paling atas tingkat A terdiri dari pepohonan setinggi 30-45 m.
Pepohonan yang muncul keluar ini mencuat tinggi, bertajuk lebar; dan umumnya tersebar sedemikian rupa sehingga tidak saling bersentuhan
membentuk lapisan yang berkesinambungan. Bentuk khas tajuknya sering dipakai untuk mengenali spesies itu dalam suatu wilayah. Pepohonan yang
mencuat ini sering berakar, agak dangkal dan berbanir. b.
Lapisan pepohonan kedua tingkat B di bawah yang mecuat tadi, terdiri dari pepohonan dengan tinggi sekitar 18-27 m. Pepohonan ini tumbuh
lebih berdekatan. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar seperti pohon yang mencuat.
c. Lapisan pepohonan ketiga tingkat C, terdiri dari pepohonan dengan
tinggi sekitar 8-14 m. Pepohonan di sini sering mempunyai bentuk yang agak beraneka tetapi cenderung membentuk lapisan yang rapat, terutama
di tempat yang lapisan keduanya tidak demikian. d.
Selain lapisan pepohonan tersebut, terdapat lapisan belukar yang terdiri dari spesies dengan ketinggiannya kurang dari 10 m.
e. Dan yang terakhir adalah lapisan terna yang terdiri dari tumbuhan yang
lebih kecil yang merupakan kecambah dari pepohonan yang lebih besar dari bagian atas, atau spesies terna.
Sedangkan menurut Soerianegara dan Indrawan 1988, stratifikasi tajuk hutan hujan tropika misalnya sebagai berikut:
a. Stratum A: Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya
30 m keatas. Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang clear bole tinggi. Jenis-jenis pohon dari
stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai hingga sapihan seedling sampai sapling, perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan
selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak. b.
Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20-30 m, tajuknya kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang
tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan toleran.
c. Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20 m, tajuknya
kontinyu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak bercabang.
Disamping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-tumbuhan penutup tanah, yaitu :
d. Stratum D: Lapisan perdu dan semak, tingginya 1-4 m.
e. Stratum E: Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah ground cover,
tingginya 0-1 m. Richards 1966 mengemukakan bahwa hutan primer dengan struktur
yang teratur akan menjadi kelompok hutan-hutan sekunder yang tidak teratur setelah penebangan pohon yang terseleksi. Keadaan tegakan yang
ditinggalkan akan menentukan struktur dan komposisi pohon selanjutnya.
D. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI