f. Koefisien Kesamaan Komunitas
Untuk mengetahui kesamaan komunitas dari dua komunitas yang dibandingkan dapat digunakan rumus Sorensen sebagai berikut
Costing, 1956; Bray dan Curtis, 1957; Greigh-Smith, 1964 dalam Soerianegara dan Indrawan, 1988 :
2W C IS = x 100
a + b dimana
: CIS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan
komunitas W
= Jumlah nilai yang sama atau terendah ≤ dari dua
jenis-jenis yang terdapat dalam dua tegakan yang dibandingkan
a = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang
terdapat dalam dua tegakan yang dibandingkan b
= Jumlah nilai kuantitatif semua jenis yang terdapat pada tegakan kedua
Dari nilai kesamaan komunitas IS dapat ditentukan koefisien ketidaksamaan komunitas ID yang besarnya 100 – IS.
2. Analisa Kerusakan Pohon Akibat Penebangan Satu Pohon
Kerusakan pohon akibat penebangan dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pohon yang rusak akibat penebangan dengan
hasil pengurangan antara jumlah pohon sebelum penebangan dan jumlah pohon yang dipanen dalam satu petak contoh.
R K
p
= x 100 P – 1
dimana : K
p
= Kerusakan pohon akibat penebangan satu pohon R = Jumlah pohon yang mengalami kerusakan akibat
penebangan satu pohon P = Jumlah pohon sebelum penebangan di plot pengamatan
Perhitungan persentase kerusakan pohon akibat penebangan dirinci menurut kelas diameternya.
3. Analisa Kerusakan Tegakan Akibat Kegiatan Pemanenan Kayu dan
Penjaluran
Kerusakan tegakan akibat kegiatan pemanenan kayu dan penjaluran dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pohon yang
rusakhilang akibat kegiatan pemanenan kayu penebangan dan penyaradan serta penjaluran dengan jumlah pohon sebelum penebangan
dikurangi jumlah pohon yang ditebang. R
Ks = x 100
P – n dimana : Ks = Persentase kerusakan akibat kegiatan pemanenan kayu atau
penjaluran R
= Jumlah pohon yang rusak akibat kegiatan pemanenan kayu atau penjaluran
P = Jumlah pohon sebelum penebangan
n = Jumlah pohon yang ditebang
4. Analisa Keterbukaan Lahan Bekas Tebangan
Persen keterbukaan lahan akibat penebanganpenyaradan dihitung berdasarkan perbandingan antara luas lahan yang terbuka akibat kegiatan
penebanganpenyaradan dengan luas petak pengamatan. L
K =
x 100 10000 m
2
dimana : K = Persentase keterbukaan lahan akibat penebanganpenyaradan L = Luas lahan terbuka akibat penebanganpenyaradan
Keterbukaan lahan per hektar dapat ditentukan dari hasil penjumlahan antara keterbukaan lahan akibat kegiatan penebangan dan
keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan.
5. Pengukuran Sifat Fisik Tanah
Pengukuran kepadatan tanah merupakan pengukuran berat isi tanah. Berat isi adalah berat suatu volume tanah dalam keadaan utuh
undisturbed, dinyatakan dalam gcc Lembaga Penelitian Tanah, 1979. Penetapan berat isi tanah ditentukan dengan rumus:
Berat isi tanah keadaan lapang gcc = a – c V
d
Berat isi tanah keadaan kering oven gcc = b – c V
d
Pengukuran kandungan air tanah menggunakan rumus : Kandungan air = a – c – b – c
b – c dimana : a = Berat contoh tanah dalam tabung sebelum di oven
b = Berat contoh tanah dalam tabung setelah di oven c = Berat tabung ring tanah
V
d
= Volume tabung bagian dalam
6. Pengukuran Sifat Kimia Tanah