Kesamaan Komunitas Indeks Similarity

atau nilai S nya tetap. Sebagai contoh, pada LOA 19811982 vegetasi tingkat semai dengan kelerengan 0-15 memiliki nilai Indeks Keanekaragaman Jenis H’ sebesar 2,95 dengan jumlah S 45 jenis serta N sebanyak 1399. Setelah dilakukan pemanenan kayu nilai Indeks Keanekaragaman Jenis yang dimiliki menjadi 2,96 dengan jumlah S 35 jenis serta N sebanyak 668. Tabel 28. Indeks Keanekaragaman Jenis H’ pada Kondisi Hutan Sebelum Penjaluran dan Hutan Setelah Penjaluran. Kondisi Hutan Kelerengan Tingkatan Vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon Sebelum Penjaluran 0-15 3.33 3.69 3.56 3.37 15-25 2.75 3.50 3.28 3.53 25-45 3.26 3.07 2.86 3.36 Setelah Penjaluran 0-15 3.18 3.60 3.56 3.41 15-25 2.73 3.48 3.28 3.50 25-45 3.25 3.07 2.86 3.36 Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat pada pada kedua kondisi hutan diatas hampir pada semua tingkatan vegetasi memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi kecuali vegetasi tingkat semai sebelum dan setelah penjaluran dengan kelerengan 15-25 serta vegetasi tingkat tiang sebelum dan setelah penjaluran dengan kelerengan 25-45. Secara umum kegiatan penjaluran menyebabkan terjadinya penurunan nilai Indeks Keanekaragaman Jenis H kecuali pada vegetasi tingkat semai dengan kelerengan 0-15. Meskipun mengalami kenaikan nilai H, jumlah jenis yang ditemukan S dan jumlah seluruh jenisnya N mengalami penurunan. Untuk jumlah jenis yang ditemukan mengalami penurunan dari 52 jenis menjadi 48 jenis. Sedangkan untuk jumlah seluruh jenis menurun dari 485 jenis menjadi 391 jenis.

D. Kesamaan Komunitas Indeks Similarity

Salah satu unsur untuk menentukan tipe hutan adalah melakukan perbandingan setiap dua tegakan atau komunitas petak berbeda. Cara mendapatkan nilai perbandingan terbaik dengan menggunakan koefisien kesamaan komunitas Soerianegara dan Indrawan, 1988. Indeks Kesamaan Komunitas IS merupakan suatu besaran yang dapat menunjukkan tingkat kesamaan komposisi jenis dari dua komunitas yang dibandingkan. Nilai koefisien kesamaan IS berkisar antara 0-100, jadi semakin dekat dengan 100 dua tegakan yang dibandingkan mempunyai kesamaan, makin dekat dengan 0 maka dua tegakan yang dibandingkan makin berlainan Soerianegara dan Indrawan, 1988. Sedangkan menurut Kusmana dan Istomo 2005 IS dikatakan berbeda sama sekali apabila nilainya adalah 0 dan umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai IS ≥ 75. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan maka dapat dilihat nilai IS antara dua keadaan yang dibandingkan berdasarkan tingkat vegetasi pada tiap kelerengan. Besarnya nilai Indeks Kesamaan IS dapat dilihat didalam Tabel 29 dan Tabel 30. Tabel 29. Indeks Similarity IS pada LOA 19811982 dan Et+0. Kelerengan Tingkatan Vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon 0-15 73.8 71.9 94.5 93.3 15-25 64.6 66.7 93.4 90.8 25-45 73.1 70.1 94.7 90.5 Dari Tabel 29 dapat dilihat untuk vegetasi tingkat semai dan pancang pada setiap kelerengan memiliki nilai Indeks Similarity IS di bawah 75. Sedangkan untuk vegetasi tingkat tiang dan pohon disetiap kelerengan memiliki nilai Indeks Similarity IS diatas 75. Dengan hasil tersebut berdasarkan Kusmana dan Istomo 2005 maka dua komunitas yang dibandingkan untuk vegetasi tingkat semai dan pancang dikatakan relatif berbeda, sedangkan untuk vegetasi tingkat tiang dan pohon dua komunitas yang dibandingkan dapat dikatakan sama karena memiliki nilai IS ≥ 75. Tabel 30. Indeks Similarity IS pada Kondisi Hutan Sebelum Penjaluran dan Setelah Penjaluran . Kelerengan Tingkatan Vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon 0-15 89.3 82.9 99.7 89.9 15-25 92.8 96.4 100.0 90.7 25-45 94.4 81.0 99.3 89.5 Sedangkan pada Tabel 30 terlihat bahwa semua tingkatan vegetasi disetiap kelerengan tersebut mempunyai nilai Indeks Kesamaan IS diatas 75. Dengan besaran nilai IS pada kedua kondisi hutan atas maka dapat dikatakan bahwa dua komunitas yang dibandingkan sama. Dengan melihat hasil dari besaran nilai Indeks Similarity IS pada kondisi-kondisi hutan diatas maka dapat dilihat bahwa nilai-nilai IS hasil perbandingan hutan sebelum dan setelah penjaluran lebih tinggi daripada nilai-nilai IS hasil perbandingan LOA 19811982 dengan Et+0. Hal ini mengindikasikan bahwa gangguan yang ditimbulkan dari kegiatan penjaluran cenderung lebih kecil daripada kegiatan pemanenan kayu.

E. Struktur Tegakan

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Rehabilitasi Hutan Hujan Rawang Dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. IKANI Kalimantan Timur)

0 13 83

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30