Kerusakan Tegakan Akibat Pemanenan Kayu dan Penjaluran

H. Analisa Tanah

Untuk mengetahui nilai-nilai sifat fisik dan kimia tanah perlu dilakukan analisis laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil dari lapangan. Sifat fisik dan kimia tanah yang diambil dari dua kedalaman tanah yang berbeda yaitu 0-20 cm dan 20-40 cm.

1. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah merupakan sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, ketersediaan air dan zat terlarut melalui tanah. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar, retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman hutan. Poerwowidodo 2000 menyatakan bahwa perkembangan akar tanaman dapat terkendala oleh adanya hambatan fisik atau kimia. Hambatan fisik terutama disebabkan oleh keadaan tanah yang padat, sebagai akibat kandungan lempung yang tinggi atau karena adanya pemadatan. Tabel 36. Pengukuran Sifat Fisik Tanah . Kelerengan Kedalaman cm Tekstur Struktur Bobot Isi grcm 3 Kadar air 0-15 0-20 Lempung Liat Berpasir Butiran 1.25 29.81 20-40 Lempung Liat Berpasir Butiran 1.31 31.57 15-25 0-20 Lempung Liat Berpasir Butiran 1.23 28.65 20-40 Lempung Liat Berpasir Butiran 1.26 29.03 25-45 0-20 Lempung Liat Berpasir Butiran 1.17 28.26 20-40 Lempung Liat Berpasir Butiran 1.24 27.24 Dari data diatas dapat dilihat bahwa tekstur tanah pada Et+0 semuanya bertekstur lempung liat berpasir. Sedangkan untuk struktur tanahnya adalah butiran dengan kelas halus sampai dengan sedang. Pengukuran bobot isi tanah berkisar antara 1,17 - 1,29 grcm 3 yang berarti pada kondisi tegakan hutan tersebut tanahnya termasuk kategori tanah longgar dan tanah normal. Dari hasil diatas juga dapat dilihat bahwa bobot isi tanah pada kedalaman 20-40 cm lebih tinggi daripada bobot isi tanah pada kedalaman 0-20 cm. Hal ini dapat terjadi karena pada kedalaman 0-20 cm kondisi tanahnya relatif lebih gembur dengan kandungan bahan organik seperti serasah yang lebih banyak. Sedangkan pada pengukuran kadar air berkisar antara 31,57 - 27,24. Dari hasil diatas juga dapat dilihat bahwa kadar air pada kelerengan 0-15 lebih tinggi daripada kadar air pada kelerengan 15-25 dan 25-45. Hal ini terjadi karena semakin curam kemiringan suatu areal dapat menyebabkan run off yang lebih besar.

2. Sifat Kimia Tanah

Tanah sebagai media tumbuh bagi tumbuhan harus mampu mendukung tumbuh dan berkembangnya tumbuhan tersebut. Tanah yang demikian disebut dengan tanah yang subur yang secara tidak langsung berhubungan dengan sifat kimia tanah dan mineral-mineral anorganik primer. Kemasaman tanah ditunjukkan oleh pH H 2 O dan KCl yang mencirikan reaksi yang terjadi, pH ini dapat menentukan ketersediaan unsur hara, kelarutan racun, serta mempengaruhi kehidupan organisme di dalam tanah. Tanah-tanah yang mempunyai kandungan unsur hara tinggi, dicirikan oleh pH tanah yang relatif besar. Pengukuran pH dengan 1 N KCl pHs sering dilakukan terutama untuk dibandingkan dengan pH air. Bila pH KCl lebih kecil setengah unit atau lebih dari pH air untuk pH kurang dari enam menunjukkan bahwa sejumlah Al dapat ditukar ditemukan. Menurunnya pH dengan KCl, karena akibat hidrolisis dari Al digabti oleh K Hardjowigeno, 2003. Tanah podsolik merah kuning merupakan tanah yang sangat tercuci, lapisan atas berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah merah atau kuning, dengan pH antara 4,2 - 4,8 Hardjowigeno, 2003. Data pengukuran pH terhadap tanah dari lokasi plot pengamatan dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Pengukuran pH Tanah. Kondisi Hutan Kedalaman cm pH H 2 O KCl LOA 19811982 0-20 4.2 3.1 20-40 4.4 3.3 Et+0 0-20 4.5 3.6 20-40 4.8 3.7 Berdasarkan hasil analisis diatas terlihat bahwa pH pada kedalaman 0-20 cm lebih rendah daripada kedalaman 20-40 cm. Nilai pH yang diperoleh berkisar antara 4,2 - 4,8 sehingga termasuk kedalam kategori sangat masam dan masam. Pada kisaran nilai tersebut terdapat cukup banyak Al yang dapat ditukar sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan kejenuhan basa rendah. Reaksi tanah yang sangat masam disebabkan oleh merajainya kation-kation pengasam tanah Fe, Al, H. Hal ini diakibatkan karena tingginya kation asam yang terkandung di dalam tanah, sedangkan kation basa yang terdapat di dalam tanah kandungannya rendah sehingga mengurangi kapasitas akar menyerap air, gas dan hara. Dan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1991, curah hujan yang sangat besar dan jauh melebihi kebutuhan tanah dan tanaman evapotranspirasi juga dapat mengakibatkan tanah permukaan menjadi agak masam atau masam sedangkan lapisan dalam mungkin netral karena terangkutnya sejumlah garam terlarut, hasil pelapukan mineral dan sejumlah basa-basa. Kegiatan analisis kimia tanah juga dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur hara yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan tanaman sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah dari areal plot pengamatan. Analisis kimia tanahnya sendiri dilakukan di laboratorium Departemen Tanah Fakultas Pertanian IPB. Untuk hasil analisis kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Pengukuran Sifat Kimia Tanah dan Penetapan Tingkat Kesuburan Tanah. Kondisi Hutan Kedalaman cm BO. Tanah C-org P2O5 ppm K ppm KTK me100g KB Status Kesuburan LOA 19811982 0-20 3.79 S 2.20 S 2.81 R 0.21 R 23.26 S 5.76 R Rendah 20-40 2.60 R 1.51 R 2.97R 0.27 R 21.17 S 7.51 R Rendah Et+0 0-20 2.79 R 1.62 R 3.21 R 0.34 R 21.85 S 10.39 R Rendah 20-40 1.78 R 1.03 R 3.43 R 0.38 R 20.33 S 13.43 R Rendah Tabel 38. Pengukuran Sifat Kimia Tanah dan Penetapan Tingkat Kesuburan Tanah Lanjutan. Kondisi Hutan Kedalaman cm Ca me100g Mg me100g Na me100g Al me100g Fe ppm LOA 19811982 0-20 0.72 0.18 0.23 1.98 203 20-40 0.80 0.27 0.25 2.01 171 Et+0 0-20 1.12 0.51 0.29 1.87 421 20-40 1.27 0.77 0.31 2.07 377 Dari Tabel 38 diatas dapat dilihat bahwa status kesuburan tanah pada areal plot pengamatan termasuk kategori rendah. Hal ini disebabkan rendahnya kandungan bahan organik tanah, C-org, P 2 O 5, K serta kejenuhan basanya. Hanya nilai dari KTK yang termasuk kategori sedang. Kandungan C-org pada LOA 19811982 kedalaman 0-20 cm termasuk kategori sedang dengan nilai sebesar 2,20. Sedangkan kandungan C-org pada LOA 19811982 kedalaman 20-40 cm, Et+0 0-20 cm dan 20-40 cm termasuk kategori rendah dengan nilai berturut-turut sebesar 1,51, 1,62 dan 1,03. Bahan organik merupakan bahan yang sangat menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Unsur ini memberikan respon yang cepat terhadap pertumbuhan tanaman. Kandungan bahan organik pada masing- masing horison merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda. Kandungan bahan organik tanah pada areal plot pengamatan berkisar antara 1,78 - 3,79. Bahan organik pada LOA 19811982 dengan kedalaman 0-20 sebesar 3,79 termasuk kategori sedang. Sedangkan pada LOA 19811982 dengan kedalaman 20- 40 cm, Et+0 0-20 cm serta 20-40 cm memiliki kandungan bahan organik berturut-turut sebesar 2,60, 2,79 dan 1,78 termasuk kategori rendah. Kapasitas Tukar Kation KTK menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut Hardjowigeno, 2003. Pengaruh bahan organik terhadap KTK tanah sangat nyata karena selain daya jerap bahan organik yang sangat besar, bahan organik juga dapat menghasilkan humus yang mempunyai KTK jauh lebih tinggi daripada mineral liat. Oleh karena itu semakin tinggi kandungan bahan organik tanah semakin tinggi pula nilai KTK-nya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991. Besaran nilai KTK pada areal plot pengamatan termasuk kategori sedang dengan kisaran antara 20,33 - 23,26. Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedangkan tanah-tanah dengan pH tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula Hadjowigeno, 2003. Dari Tabel 38 diatas dapat dilihat bahwa kenaikan dari nilai pH tanah diikuti oleh kenaikan nilai kejenuhan basanya. Nilai kejenuhan basa pada areal plot pengamatan berkisar antara 5,76 - 13,43. Nilai kejenuhan basa tertinggi didapat di areal Et+0 pada kedalaman 20-40 cm. Phosfor P dan kalium K merupakan unsur hara makro selain nitrogen N yang dibutuhkan oleh tumbuhan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Phosfor merupakan unsur yang reaktif terhadap koloid tanah sehingga keberadaannya selalu dalam keadaan terfiksasi dan sulit diambil oleh tanaman. Phosfor juga berperan penting dalam proses fotosintesis. Sedangkan kalium umumnya berupa senyawa yang mudah diambil oleh tanaman. Kalium berfungsi sebagai katalisator, mengatur proses fisiologis dan metabolisme di dalam sel dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara Pritchett, 1979. Kandungan P yang tersedia pada plot pengamatan berkisar antara 2,81 - 3,43 ppm termasuk kategori rendah. Kandungan P terbesar terdapat di Et+0 kedalaman 20-40 cm sebesar 3,43 ppm. Untuk kandungan K pada plot pengamatan termasuk kategori rendah berkisar antara 0,21 - 0,38 ppm. Basa-basa yang dapat ditukarkan dalam tanah berfungsi sebagai unsur hara dan pengatur kemasaman tanah. Basa-basa yang dapat dipertukarkan selain dari kalium antara lain kalsium, magnesium dan natrium. Kandungan Ca pada plot pengamatan berkisar antara 0,72 - 1,27 me100g, kandungan ini termasuk rendah. Untuk kandungan Mg pada plot pengamatan termasuk rendah berkisar antara 0,18 - 0,77 me100g. Sedangkan untuk kandungan Na pada plot pengamatan berkisar 0,23 - 0,31 me100g, dan kandungan ini termasuk rendah. Asam-asam yang dapat dipertukarkan exchange acidity terdiri dari H + dan Al 3+ , keduanya terdapat pada tanah masam. Exchange acidity sebenarnya hampir seluruhnya disebabkan oleh Al, meskipun exchangeable hydrogen sering diinginkan sebagai padanan untuk exchange acidity . Exchnge acidity bertambah dengan bertambahnya pencucian dan pelapukan tanah terutama di daerah humid. Dan bila Al

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Rehabilitasi Hutan Hujan Rawang Dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. IKANI Kalimantan Timur)

0 13 83

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30