sebagai tempat tumbuh pohon-pohon, erosi, menurunnya keragaman jenis biodiversity terjadinya limbah pemanenan kayu logging waste yang besar.
1. Penebangan
Penebangan adalah pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari batas diameter
yang ditetapkan Departemen Kehutanan, 1993. Menurut Suparto 1979 dalam Budiaman 2003, penebangan
merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan
efisien. Maksud kegiatan penebangan melaksanakan pemanfaatan kayu secara
optimal dari blok tebangan yang sudah disahkan atas pohon-pohon yang berdiameter lebih besar dari batas diameter yang ditetapkan dan
meminimalkan kerusakan terhadap tegakan tinggal Departemen Kehutanan, 1993.
Kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan dan
pengangkutan kayu bulat dari Tempat Pengumpulan TPn, ke Tempat Penimbunan Kayu TPK Departemen Kehutanan, 1993. Tetapi pada
dasarnya kegiatan penebangan pohon terdiri dari 3 kegiatan, yaitu: persiapan penebangan, penentuan arah rebah, pembuatan takik rebah dan balas
Budiaman, 2003.
Asas-asas penebangan pohon dalam sistem TPTI Sutisna, 2001 adalah:
a. Menebang pohon besar yang telah mencapai ukuran siap panen untuk
dijual agar perusahaan memperoleh keuntungan finansial, dan memberikan ruang tumbuhnya kepada permudaan yang menghasilkan riap
kayu lebih besar daripada pohon-pohon tua. b.
Pemanfaatan potensi hutan per satuan luas seoptimal mungkin dengan meminimalkan limbah pembalakan.
c. Penebangan pohon dalam tegakan menggunakan arah rebah menuju
pangkal jalan sarad agar kerusakan dan tegakan tinggal dapat diminimalkan.
d. Penomoran kayu bulat secara konsisten berdasarkan nomor pohon berdiri
yang dibuat dan dipetakan dalam kegiatan ITSP. Teknik penebangan yang benar menurut Sinaga, et.al. 1984 dalam
Putra 2003 adalah: 1.
Menyingkirkan rintangan, yaitu untuk memudahkan pekerjaan dan mencegah kecelakaan.
2. Menentukan arah rabah pohon. Penentuan arah rebah pohon yang cermat
sangat penting untuk menghindari kerusakan kayu, antara lain menghindari rebahnya pohon di atas parit, batu, tunggak dan masuk
jurang. 3.
Membuat takik rebah dan takik balas. Untuk mengurangi kerusakan pangkal pohon yang ditebang berupa serat kayu tercabut barber chair
juga untuk mengarahkan rebah pohon sesuai dengan arah rebah yang telah ditentukan terlebih dahulu.
4. Penebangan. Untuk pohon yang tidak berbanir, penebangan dilakukan
serendah mungkin yaitu sepertiga diameter pohon dari atas tanah, sedangkan pada pohon berbanir penebangan dilakukan di atas banir.
5. Pembagian dan pemotongan batang. Pekerjaan ini mencakup perataan
takik rebah dan takik balas, membagi atau memotong batang menurut panjang sortimen yang dikehendaki.
Wyatt-Smith 1963 menyatakan bahwa permudaan dianggap cukup apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Terdapat paling sedikit 40 stocking permudaan semai jenis komersial
aatau 400 petak ukur mili acre per acre 1000 petak ukur acre per hektar. b.
Terdapat paling sedikit 60 stocking permudaan pancang jenis komersial atau 96 petak ukur per acre 240 petak ukur per hektar.
c. Terdapat paling sedikit 75 stocking permudaan tingkat tiang jenis
komersial atau 30 petak ukur per acre 75 petak ukur per hektar.
2. Penyaradan