Sifat Fisik Tanah Analisa Tanah

tinggi pula Hadjowigeno, 2003. Dari Tabel 38 diatas dapat dilihat bahwa kenaikan dari nilai pH tanah diikuti oleh kenaikan nilai kejenuhan basanya. Nilai kejenuhan basa pada areal plot pengamatan berkisar antara 5,76 - 13,43. Nilai kejenuhan basa tertinggi didapat di areal Et+0 pada kedalaman 20-40 cm. Phosfor P dan kalium K merupakan unsur hara makro selain nitrogen N yang dibutuhkan oleh tumbuhan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Phosfor merupakan unsur yang reaktif terhadap koloid tanah sehingga keberadaannya selalu dalam keadaan terfiksasi dan sulit diambil oleh tanaman. Phosfor juga berperan penting dalam proses fotosintesis. Sedangkan kalium umumnya berupa senyawa yang mudah diambil oleh tanaman. Kalium berfungsi sebagai katalisator, mengatur proses fisiologis dan metabolisme di dalam sel dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara Pritchett, 1979. Kandungan P yang tersedia pada plot pengamatan berkisar antara 2,81 - 3,43 ppm termasuk kategori rendah. Kandungan P terbesar terdapat di Et+0 kedalaman 20-40 cm sebesar 3,43 ppm. Untuk kandungan K pada plot pengamatan termasuk kategori rendah berkisar antara 0,21 - 0,38 ppm. Basa-basa yang dapat ditukarkan dalam tanah berfungsi sebagai unsur hara dan pengatur kemasaman tanah. Basa-basa yang dapat dipertukarkan selain dari kalium antara lain kalsium, magnesium dan natrium. Kandungan Ca pada plot pengamatan berkisar antara 0,72 - 1,27 me100g, kandungan ini termasuk rendah. Untuk kandungan Mg pada plot pengamatan termasuk rendah berkisar antara 0,18 - 0,77 me100g. Sedangkan untuk kandungan Na pada plot pengamatan berkisar 0,23 - 0,31 me100g, dan kandungan ini termasuk rendah. Asam-asam yang dapat dipertukarkan exchange acidity terdiri dari H + dan Al 3+ , keduanya terdapat pada tanah masam. Exchange acidity sebenarnya hampir seluruhnya disebabkan oleh Al, meskipun exchangeable hydrogen sering diinginkan sebagai padanan untuk exchange acidity . Exchnge acidity bertambah dengan bertambahnya pencucian dan pelapukan tanah terutama di daerah humid. Dan bila Al yang dapat dipertukarkan lebih dari 60 KTK, maka merupakan racun bagi tanaman Hardjowigeno, 2003. Kandungan Al pada plot pengamatan berkisar 1,98 - 2,07 me100g. Kandungan Al terbesar terdapat di Et+0 pada kedalaman 20-40 cm. Berdasarkan kondisi dari beberapa parameter sifat kimia tanah tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa status kesuburan tanah di areal plot pengamatan tergolong rendah. Rendahnya status kesuburan tanah tersebut disebabkan karena rendahnya kandungan hara-hara primer. Keadaan iklim yang basah karena curah hujan yang tinggi dibarengi suhu yang panas sepanjang tahun menyebabkan kegiatan jasad renik sangat aktif. Akibatnya proses pembusukan serasah hutan berlangsung sangat cepat dan proses humifikasi segera dilanjutkan dengan proses mineralisasi. Akibat hujan yang banyak, pencucian hara mineral berjalan intensif terutama di tempat-tempat terbuka seperti bekas jalan sarad dan bekas tebangan.

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Rehabilitasi Hutan Hujan Rawang Dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. IKANI Kalimantan Timur)

0 13 83

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30