Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016
Universitas Indonesia
yang disebut dengan euthanasia pasif diatur dalam Pasal 304 KUHP yang berbunyi
“
barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara,padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan,perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu,diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rup
iah”.
Berdasarkan rumusan pasal 304 KUHP dapat dikatakan bahwa seseorang tidak diperbolehkan melakukan pembunuhan terhadap orang lain, walaupun
pembunuhan itu dilakukan dengan alasan membiarkan Pasal 304. mempercepat kematian dengan cara menolak memberikanmengambil tindakan
pertolongan biasa, atau menghentikan pertolongan biasa yang sedang berlangsung Dari beberapa kasus dan yurisprudensi diatas, suatu pembiaran memiliki
unsur mengetahui dan tidak berbuat. Dalam pembiaran, pelaku mengetahui adanya suatu tindakan yang dilakukan orang lain. Pelaku pembiaran, yang
mengetahui tindakan tersebut, tidak melakukan apa-apa walaupun hal tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum yang ada padanya. Pelaku juga memilih
untuk tidak melakukan apa-apa padahal ia memiliki kuasa, baik kewenangan maupun kemampuan untuk menghentikan suatu tindakan.
Berdasarkan paparan mengenai doktrin dan yurisprudensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu pembiaran dapat dipidana apabila:
1 Pembiaran tersebut diatur dalam suatu ketentuan peraturan perundang- undangan asas legalitas
2 Seseorang tidak melakukan kewajiban hukum
4.3. Analisis Pasal 10 jo. 115 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
Pengaturan tentang pembiaran yang dilakukan oleh pengelola tempat perdagangan diatura dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta yang berbunyi: Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan danatau
penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta danatau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya
Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016
Universitas Indonesia
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta adalah sebagai berikut:
1 Pengelola tempat perdagangan 2 Membiarkan
3 Penjualan danatau penggandaan 4 Barang hasil pelanggaran hak cipta danatau hak terkait
Barang-barang ini misalnya DVD bajakan,VCD bajakan, CD berisi musik dalam format mp3, external hard disk yang sudah diisi dengan
film, dan lain-lain 5 Di tempat perdagangan yang dikelolanya
Sedangkan sanksi pidana tentang pembiaran tersebut ada di Pasal 115 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbunyi:
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan danatau
penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta danatau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah
Adapun unsur-unsur Pasal 115 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta tersebut adalah:
1 Pengelola tempat perdagangan perdagangan dalam segala bentuknya 2 Sengaja
3 Mengetahui membiarkan Mengetahui berarti memaklumi, menyaksikan, menyadari, dan
menginsafi.
651
4 Penjualan danatau penggandaan 5 Barang hasil pelanggaran hak cipta danatau hak terkait
6 Di tempat perdagangan yang dikelolanya Pasal 10 dan 115 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta mengatur mengenai tindak pidana yang sifatnya negatif karena pelaku tidak berbuat. Apabila dikaitkan dengan kesengajaan, maka pasal ini mengatur tentang
kesengajaan. Hal ini disebabkan karena dengan melakukan pembiaran terhadap
651
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal 924.
Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016
Universitas Indonesia
penjualan barang-barang hasil pelanggaran hak cipta, seseorang telah melakukan kesengajaan sebagai kesadaran kemungkinan opzet bij mogelijkheidsbewustzijn
dalam pelanggaran hak cipta. Patokan dari gradasi kesengajaan dalam pasal ini adalah sejauh mana pengetahuan atau kesadaran pelaku tentang tindakan dan
akibat dan akibat terlarang beserta tindakan atau akibat lainnya yang mungkin akan terjadi. Pasal ini mensyaratkan adanya kesadaran akan adanya kemungkinan
dan walaupun ia masih bisa berbuat hal lain, ia lebih memilih melakukan tindakan tersebut. Dengan demikian, pengelola perdagangan online yang melakukan
pembiaran memiliki kesadaran kemungkinan akan adanya pelanggaran hak cipta yang terjadi di tempat perdagangan online yang dikelolanya, dan walaupun ia bisa
saja menghapus konten yang melanggar hak cipta namun ia tetap membiarkan penjualan tersebut.
4.4. Indikator Pengelola Tempat Perdagangan Online yang Melakukan