Kesalahan dalam Hukum Pidana

Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia

BAB IV INDIKATOR PENGELOLA PERDAGANGAN ONLINE YANG

MELAKUKAN PEMBIARAN

4.1. Pertanggungjawaban

4.1.1. Kesalahan dalam Hukum Pidana

Kesalahan adalah unsur yang mengenai keadaan batin pelaku menghubungkan antara perbuatan dan akibat serta sifat melawan hukum perbuatan dengan si pelaku. Hanya dengan adanya hubungan antara hal-hal tersebut dengan keadaan batin pembuatnya inilah, pertanggungjawaban dapat dibebankan pada seseorang. 616 Istilah kesalahan schuld adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertian harafiah: fout. Kesalahan dalam hukum pidana berhubungan dengan pertanggungan jawab atau mengandung beban pertanggungan jawab. Kesalahan dalam hukum pidana dibagi menjadi dua yaitu: 617 1 Kesengajaan Undang-undang tidak memberikan pengertian mengenai kesengajaan. Dalam MvT WvS Belanda ada sedikit keterangan mengenai kesengajaan ini yang menyatakan “pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barangsiapa melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki willens dan dikehendaki wetens ”. Singkatnya dapat disebut bahwa kesengajaan itu adalah orang yang menghendaki dan orang yang mengetahui. Dalam doktrin hukum pidana, dikenal tiga gradasi kesengajaan yaitu: 618 a. Kesengajaan sebagai maksudtujuan opzet als oogmerk Kesengajaan sebagai maksudtujuan berarti terjadinya suatu tindakan atau akibat tertentu yang sesuai dengan perumusan undang-undang hukum pidana adalah betul-betul sebagai perwujudan dari maksud atau tujuan dan pengetahuan dari pelaku. 616 Adami Chazawi, op.cit., hal 90. 617 Ibid ., hal 91. 618 Ibid ., hal 96. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Misalnya untuk membunuh seseorang, maka sebilah pisau digunakan untuk menikam korban sampai mati. Disini perbuatan menikam itu dikehendaki, demikian juga akibat tikaman berupa matinya seseorang. b. Kesengajaan sebagai kepastian opzet bij zekerheidsbewustzijn Pada gradasi kesengajaan ini, yang menjadi patokan adalah seberapa jauh pengetahuan atau kesadaran pelaku tentang tindakan dan akibat dan merupakan salah satu unsur pada suatu delik yang terjadi. Dalam hal ini termasuk tindakan atau akibat-akibat lainnya yang pasti atau harus terjadi. Contohnya jika seorang penerbang mengebom tanggul suatu waduk, ia pasti harus mengetahui bahwa tanggul tersebut akan hancur dan akan mengakibatkan banjir bagi wilayah di sekitarnya. c. Kesengajaan sebagai kesadaran kemungkinan opzet bij mogelijkheidsbewustzijn Kesengajaan sebagai kesadaran kemungkinan disebut juga dengan dolus eventualis . Kesengajaan ini memiliki gradasi terendah. Patokan dari gradasi kesengajaan ini adalah sejauh mana pengetahuan atau kesadaran pelaku tentang tindakan dan akibat dan akibat terlarang beserta tindakan atau akibat lainnya yang mungkin akan terjadi. Termasuk pula dalam gradasi kesengajaan ini adalah kesadaran pelaku mengenai kemungkinan terjadinya suatu tindakan dan akibat setelah melalui beberapa syarat-syarat tertentu. Contoh kesengajaan ini yaitu seorang pemburu yang sangat bernafsu menembak sasaran melalui teman-teman pemburu. Membedakan dolus eventualis dengan kealpaan tidaklah mudah. Pada dolus eventualis disyaratkan adanya kesadaran akan adanya kemungkinan dan walaupun ia masih bisa berbuat hal lain, ia lebih memilih melakukan tindakan tersebut. 2 Kealpaan Kealpaan yang juga sering disebut sebagai kelalaian ini merupakan lawan dari kesengajaan. Kealpaan dalam undang-undang tidak Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia ditentukan artinya, akan tetapi dari pengetahuan hukum pidana diketahui bahwa inti, sifat-sifat, dan ciri-cirinya adalah: 619 a. Sengaja melakukan suatu tindakan yang ternyata salah, karena menggunakan ingatanotaknya secara salah Seharusnya pelaku menggunakan ingatannya sebaik-baiknya tetapi ternyata tidak ia gunakan. Dengan kata lain ia telah melakukan suatu tindakan aktif atau pasif dengan kurang kewaspadaan yang dibutuhkan b. Pelaku dapat memperkirakan akibat yang akan terjadi, tetapi merasa dapat mencegahnya Sekiranya akibat itu pasti akan terjadi, dia lebih memilih untuk tidak melakukan tindakan yang akan menimbulkan akibat tersebut. Kealpaan bila dilihat dari sudut kecerdasan atau kekuatan ingatan pelaku maka gradasi kealpaan bisa dibedakan menjadi: 620 a. Kealpaan yang berat culpa lata b. Kealpaan yang ringan culpa levis Untuk mengetahui adanya culpa lata atau tidak disyaratkan adanya kekurangwaspadaan onvoorzichtigheid. Untuk membedakan adanya culpa levis atau culpa lata, disyaratkan perbandingan: 621 a. Tindakan pelaku terhadap tindakan orang lain dari golongan pelaku de gemiddelde mens van e group, waartoe de dader behoort b. Tindakan pelaku terhadap tindakan orang lain yang terpandai dalam golongan pelaku de meest bekwame, versandiste mens van de groep van de dader Apabila dalam situasi dan kondisi yang sama, tindakan orang yang sekategorisatu golongan dengan seseorang yang dinilai tindakannya tersebut sama maka tindakan tersebut dinyatakan berhati-hati. Sebaliknya apabila tindakan orang tersebut berbeda, maka orang 619 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, op. cit., hal 192. 620 Ibid ., hal 194. 621 Ibid . Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia tersebut termasuk kategori tidak berhati-hati dan termasuk ke dalam gradasi kealpaan berat culpa lata. 622 Bila dilihat dari sudut kesadaran bewustheid, gradasi kealpaan dibedakan menjadi: a. Kealpaan yang disadari bewuste schuld Pada kealpaan ini, pelaku dapat membayangkan atau memperkirakan timbulnya suatu akibat. Tetapi ketika ia melakukan tindakannya dengan upaya pencegahan supaya akibat tersebut tidak timbul, akibat tersebut tetap timbul b. Kealpaan yang tidak disadari onbewuste schuld Pada kealpaan ini, pelaku tidak dapat memperkirakan akan timbul, tetapi seharusnya menurut perhitungan yang umumlayak, pelaku dapar membayangkannya

4.1.2. Kemampuan Bertanggungjawab