Hak-Hak yang Terkandung dalam Hak Cipta

Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Hal ini tentu berbeda dengan konsep copyright yang dianut oleh negara- negara Common Law. Pada tradisi hukum Common Law, terdapat suatu konsep yang disebut functionalist justification sebagai sistem insentif bahwa perlindungan hak cipta adalah instrumen ekonomi untuk meningkatkan pengetahuan dan mendukung perkembangan sosial ekonomi. Titik tolak perlindungan diberikan pada objeknya, yaitu ciptaan copyrighted work. 172 Untuk itu disyaratkan ciptaan harus selalu memiliki perwujudan fixation, sedangkan unsur keaslian originality 173 dan kreativitas creativity yang tidak terlalu tinggi. 174 Dengan demikian, hanya terdapat hak ekonomi pada hak cipta dalam Common Law.

2.3. Hak-Hak yang Terkandung dalam Hak Cipta

Seperti yang telah disinggung dalam subbab sebelumnya, hak cipta di Indonesia mengandung dua jenis hak yaitu hak moral moral rights dan ekonomi economic rights. Dua jenis hak ini juga secara eksplisit disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Hak cipta tidak dapat terlepas dari masalah moral, karena di dalam hak cipta itu melekat hak moral selama perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul karena sudah sepantasnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Setiap orang tidak boleh secara sembarangan 172 Konsep copyright diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Konsep ini memang menekankan perlindungan hak-hak penerbit dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah karena para penerbitlah bukan pengarang yang mulanya meminta perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin, lihat Peter Drahos, A Philosophy of Intellectual Property, Sydney: Dart, 1996, hal 23. 173 Dalam konsep originality atau orisinalitas pada hak cipta, suatu karya harus merupakan karya asli. Dengan kata lain, karya tersebut haruslah dihasilkan oleh orang yang mengakui karya tersebut sebagai karangan atau ciptaannya. Karya tersebut tidak boleh dikopi atau direproduksi dari karya lain. Jika seorang pencipta atau pengarang telah menerapkan tingkat pengetahuan, keahlian dan penilaian yang cukup tinggi dalam proses penciptaan karyanya, maka hal ini dianggap cukup memenuhi keaslian guna memperoleh perlindungan hak cipta, lihat Tim Linsey dkk., op.cit., hal 106. Keaslian dalam arti originality berbeda d engan genuinity, karena konsep keaslian yang mengacu pada istilah genuinity genuine yaitu dalam hal suatu barang benar-benar asli, maksudnya tidak palsu, bukan imitasi. Sementara itu, keaslian yang dimaksudkan dalam konsep originality mempermasalahkan pencipta barang tersebut, karena originalitas dalam hak cipta berarti bahwa ciptaan tersebut memang berasal dari pencipta originate from the author, lihat Desrezka Gunti Larasati, Penentuan Originalitas Ciptaan Berupa Karya Lagu: Tinjauan Hukum Hak Cipta , skripsi pada progam sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009, hal 25 174 Ibid. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia mengambil ataupun mengubah karya ciptaan orang lain menjadi atas namanya sendiri, apalagi sampai merusak hasil karya danatau penciptanya. Hak moral adalah suatu ketentuan yang tercantum dalam Konvensi Berne, yaitu tercantum dalam Pasal 6 bis yang mendefinisikan hak moral sebagai the right to claim authorship of the work and to object to any distortion, mutilation or other modification of, or other derogatory action ” . 175 Hak Cipta sesuai dengan Konvensi Berne selain di rujuk di Indonesia juga dirujuk oleh negara lainnya seperti negara Australia yang memberikan pengertian Hak Cipta dalam Commonwealth Copyright Act 1968 Copyright Act sebagaimana dikutip oleh Jill McKeough dan Andre Stewart yaitu copyright is the basic principle behind copyright protection int the concept that an outhor for artist, musicion, play wrigth or film maker, should have the right to exploit their work without other being allowed to copy that creative output. 176 Hak-hak yang termasuk dalam hak moral dapat dijabarkan sebagai berikut: 177 1 Hak untuk diakui sebagai pencipta authorship right atau paternity right Apabila karya dari seorang pencipta diperbanyak, diumumkan atau dipamerkan dihadapan publik, maka nama pencipta harus tercantum pada karya tersebut. 2 Hak keutuhan karya The Right to Protect The Integrity of The Work Hak untuk tidak melakukan perubahan pada ciptaan atau penemuan tanpa persetujuan pencipta, penemu, atau ahli warisnya. Perubahan tersebut dapat berupa: pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, dan penggantian yang berhubungan dengan karya cipta. 175 Pasal 6 bis ayat 1 Konvensi Berne berbunyi independently of the authors economic rights, and even after the transfer of the said rights, the author shall have the right to claim authorship of the work and to object to any distortion, mutilation or other modification of, or other derogatory action in relation to, the said work, which would be prejudicial to his honor or reputation 176 Jill McKeough dan Andrew Stewart, Intellectual Property In Australia, Sydney: Butterworths, 1997, hal 119. 177 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001, hal 21. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia 3 Hak pencipta atau penemu untuk mengandakan perubahan pada ciptaan atau penemuan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, hak moral merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri pencipta untuk: 178 1 Tetap atau tidak mencantumkan namanya pada salinan yang sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum; 2 Menggunakan nama alias atau samarannya; 3 Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; 4 Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan 5 Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hak yang bersifat merugikan reputasinya Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain. 179 Apabila terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis. 180 Oleh karena itu, untuk melindungi hak moral, pencipta dapat memiliki hal-hal yang dilarang untuk dihilangkan, diubah, atau dirusak, yaitu: 181182 1 Informasi manajemen hak cipta, meliputi informasi tentang metode atau sistem yang dapat mengidentifikasi orisinalitas substansi ciptaan dan penciptanya, serta kode informasi dan kode akses; dan 2 Informasi elektronik hak cipta, meliputi informasi tentang suatu ciptaan yang muncul dan melekat secara elektronik dalam hubungan dengan kegiatan pengumuman ciptaan, nama pencipta dan nama samarannya, pencipta sebagai pemegang hak cipta, masa dan penggunaan kondisi ciptaan, nomor dan kode informasi 178 Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 179 Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 180 Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 181 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 182 Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, Jakarta: Visimedia, 2015, hal 3. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Dengan demikian, kepemilikan atas hak cipta dapat dipindahkan kepada pihak lain tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki sang pencipta atas hasil ciptaannya, dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. 183 Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal tetap atau tidak mencantumkan namanya pada salinan yang sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum, menggunakan nama alias atau samarannya, serta mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan reputasinya. Sementara itu, hak moral pencipta untuk mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat serta mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan. 184 Ketentuan hak moral pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 memberikan gambaran bahwa Indonesia telah menekankan hak moral secara jelas dibandingkan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku di Negara yang menganut sistem common law. 185 Selain hak moral, dalam hak cipta juga terkandung hak ekonomi economic rights. Hak ekonomi diartikan sebagai hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk dari hak terkait. Menurut Djumhana dan R. Djubaedillah, hak ekonomi di setiap negara meliputi jenis hak: 186 1 Hak reproduksi atau penggandaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan danatau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara dan film. 2 Hak adaptasi 183 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit., hal 74. 184 Tim Visi Yustisia, op.cit., hal 17. 185 Andi Kurnia, op.cit., hal 17. 186 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit., hal 72. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Adaptasi dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yaitu mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi bentuk lain. Hak ini dapat berupa penerjemahan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan non fiksi, atau sebaliknya. Hak adaptasi diatur baik dalam Konvensi Berne maupun Universal Copyright Convention. 3 Hak distribusi Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berbentuk penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat. 4 Hak penampilan atau performance right Merupakan hak penyajian kuliah, pidato, khotbah, baik melalui visual atau presentasi suata, juga menyangkut penyiaran film dan rekaman suara pada media televisi, radio, dan tempat lain yang mnenyajikan tampilan tersebut. Setiap orang atau badan yang menampilkan atau mempertunjukkan suatu karya cipta harus meminta izin terlebih dahulu dari pemilik hak performing tersebut. Karena keadaan ini terasa menyulitkan bagi pihak yang akan meminta izin pertunjukan, maka diadakan suatu lembaga yang mengurus hak pertunjukan yang dikenal sebagai performing right society. 5 Hak penyiaran atau broadcasting right Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel. Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan mentransmisikan ulang. Ketentuan ini telah diatur dalam Konvensi Berne maupun Universal Copyright Convention, serta konvensi tersendiri seperti Konvensi Roma 1961 dan Konvensi Brussel 1974 tentang Relating on The Distribution Programme Carrying Signals Transmitted by Satellite . Pada beberapa negara, hak penyiaran ini masih merupakan cakupan dari hak pertunjukan. 6 Hak program kabel Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan melalui kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai suatu radio tertentu, dan dari sana disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat pelanggan. Dengan demikian, siaran sudah pasti bersifat komersial. 7 Hak pinjam masyarakat atau public lending right Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, yaitu ia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. 187 Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi terhadap ciptaannya untuk melakukan hal-hal yang mencakup: 188 1 Penerbitan ciptaan 2 Penggandaan ciptaan dalam segaal bentuknya Perbuatan yang termasuk penggandaan misalnya perekaman menggunakan kamera video camcorder di dalam gedung bioskop dan tempat pertunjukan langsung live performance 189 3 Penerjemahan ciptaan 4 pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan 5 Pendistribusian ciptaan atau salinannya 6 Pertunjukan ciptaan 7 Pengumuman ciptaan 8 Komunikasi ciptaan; dan 9 Penyewaan ciptaan Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta. 190 Sementara itu, setiap orang yang tanpa izin 187 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 188 Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 189 Penjelasan Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia pencipta atau pemegang hak cipta melaksanakan hak ekonomi dari suatu ciptaan, dilarang melakukan penggandaan atau penggunaan ciptaan tersebut secara komersial. 191 Masa berlaku hak ekonomi tergantung kepada jenis ciptaannya. Jenis ciptaan tersebut dapat dimasukkan kedalam lima kelompok, yaitu: 192 1 Kelompok I Jenis ciptaan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah a buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya; b ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya; c alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d lagu atau alat musik dengan atau tanpa teks; e drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f karya seni rupa dalam segala bentuk, seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g karya arsitektur; h peta; dan i karya seni batik atau seni lainnya. 193 Masa berlaku kelompok I ini adalah: a Selama hidup pencipta ditambah tujuh puluh tahun, setelah pencipta meninggal dunia terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya b Apabila ciptaan tersebut dimiliki oleh dua orang atau lebih, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir tambah tujuh puluh tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya c Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang badan hukum, masa berlakunya selama lima puluh tahun, sejak pertama kali dilakukan pengumuman 2 Kelompok II Jenis ciptaan yang termasuk ke dalam kelompok kedua adalah a karya fotografi; b potret; c karya sinematografi; d permainan 190 Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 191 Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 192 Tim Visi Yustisia, op.cit., hal 18 193 Pasal 58 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia video; e program komputer; f perwajahan karya tulis; g terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi; h terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; i kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer maupun media lainnya; serta j kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli. 194 Masa berlaku kelompok II adalah: a Selama 50 tahun, sejak pertama kali dilakukan pengumuman b Perlindungan hak cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku 25 tahun, sejak pertama kali dilakukan pengumuman 3 Kelompok III Jenis ciptaan yang masuk dalam kelompok III adalah semua ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara. Masa berlaku jenis ciptaan ini adalah tanpa batas waktu. 195 4 Kelompok IV Ciptaan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu semua ciptaan yang penciptanya tidak diketahui, yang dipegang oleh negara. Masa berlaku jenis ciptaan ini adalah selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman. 196 5 Kelompok V Jenis ciptaan yang termasuk kelompok V adalah semua ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pengumuman. Masa berlaku jenis ciptaan ini adalah selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman. 197 Selain hak cipta dan hak moral, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga melindungi hak orang yang mempertunjukkan atau dengan cara lain menyebarkan suatu ciptaan pada masyarakat luas. Hak ini dilekatkan pada siapa 194 Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 195 Pasal 60 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 196 Pasal 60 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 197 Pasal 60 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia saja yang memainkan peranan yang penting dalam penyebaran sebuah karya kepada masyarakat luas. 198 Hak ini disebut juga dengan hak terkait. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa hak terkait meliputi: 199 1 Hak moral pelaku pertunjukan 2 Hak ekonomi pelaku pertunjukan 3 Hak ekonomi produser fonogram 4 Hak ekonomi lembaga penyiaran Pelaku pertunjukan merupakan seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan suatu ciptaan. 200 Pelaku pertunjukan ini antara lain aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya. Pelaku pertunjukan mempunyai hak eksklusif untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukan. Sedangkan yang dimaksud dengan produser fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara atau bunyi lain. 201 Produser fonogram berhak untuk memproduksi, memperbanyak, atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya. Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan. 202 Lembaga penyiaran berhak untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh dari tempat transmisi berasal. Seperti hak cipta, hak terkait juga diakui secara otomatis tanpa adanya prosedur tertentu. Hak terkait juga dilindungi oleh berbagai konvensi internasional seperti Konvensi Internasional tentang Perlindungan Pelaku Pertunjukan, 198 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit., hal 25. 199 Pasal 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 200 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 201 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 202 Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Produser Rekaman, dan Lembaga Penyiaran International Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonograms, and Broadcasting Organization serta Konvensi tentang Perlindungan Produser Rekaman Suara terhadap Perbanyakan Rekaman Suara Tanpa Izin Convention for The Protection of Producers of Phonogram Against Unauthorized Duplication of Their Phonograms . Hak cipta dan hak terkait dilindungi sendiri-sendiri, dan oleh karena itu perlu mendapatkan izin terpisah untuk penggunaan masing-masing hak. Misalnya dalam hal memperbanyak rekaman suara, kita harus meminta izin tidak hanya dari pelaku pertunjukan dan produser rekaman suara hak terkait namun juga pengarang dan penulis lirik hak cipta. 203

2.4. Ciptaan yang Dilindungi oleh Hak Cipta