Konsep Hak Kekayaan Intelektual

Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TERHADAP HAK CIPTA

2.1. Konsep Hak Kekayaan Intelektual

Untuk dapat memahami hak kekayaan intelektual, perlu dipahami terlebih dahulu sejarah dan teori yang melandasinya. Apabila dilihat dari segi sejarah, perlindungan terhadap kekayaan intelektual sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman dahulu kala. Salah satu temuan yang tertua mengenai perlindungan Hak Kekayaan Intelektual terjadi sekitar 3200 tahun Sebelum Masehi, masyarakat Yunani dan beberapa negara Eropa lainnya seperti Italia dan Turki memberi tanda pada keramik untuk menunjukkan identitas pembuat keramik. Selanjutnya pada 500 tahun Sebelum Masehi terdapat monopoli yang diberikan oleh raja kepada para tukang masak di Sybaris --koloni masyarakat Yunani di Italia bagian selatan yang terkenal dengan kemewahan pola hidup mereka-- selama satu tahun untuk mempersiapkan jenis resep masakan hasil penemuannya yang dianggap memiliki cita rasa luar biasa. 114 Sedangkan konsep hak cipta telah ada sejak zaman Yunani kuno kurang lebih 2500 tahun yang lalu. Aristophanes dari Byzantium berhasil menemukan dan menggunakan tanda titik . dan koma , ke dalam tulisan. Penemuan ini merupakan suatu hal yang sangat berarti dan tak ternilai dalam dunia literatur dan pembacaan atas tulisan tersebut. Tanda titik dan koma menjadi sangat berguna untuk berhenti dan bernafas seusai membaca suatu tulisan atau pemberitaan. Apulus sebagai anak, dan oleh karena itu menjadi ahli waris dari Pehriad mendapatkan penghargaan dan didaftarkan, sehingga pada setiap pemakaian dan pengumuman dari manfaat tanda titik dan koma tersebut ia mendapatkan honorarium. 115 Ditinjau dari aspek filosofis, konsep dan teori Hak Kekayaan Intelektual baru ada pada abad ke-18. Teori hak kekayaan intelektual berkaitan erat dengan 114 Ove Granstrand, The Economics and Management of Intellectual Property: Towards Intellectual Capitalism , Michigan: University of Michigan, 1999, hal 28. 115 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Seminar Hak Cipta, Bandung: Penerbit Binacipta, 1976, hal 29. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia teori properti. Hukum alam the law of nature dimulai pada zaman Yunani. Filsafat Yunani melahirkan standar yang absolut mengenai hak dan keadilan. Hal ini didasarkan pada kepercayaan pada berlakunya kekuasaan supernatural atas hukum, dimana manusia seharusnya mematuhinya. Hukum manusia dikatakan mendapat tempatnya dalam tatanan benda-benda berdasarkan atas kekuatan yang mengontrol segala hal. Menurut hukum alam, isi dari hukum adalah moral. Hukum tidak semata- mata merupakan suatu peraturan tentang tindakan-tindakan hukum itu berisi nilai- nilai, hukum itu adalah indikasi, apakah yang baik dan yang buruk. Selanjutnya yang baik dan yang buruk itu adalah syarat-syarat dari kewajiban hukum. Penganut hukum alam menganggap bahwa hukum tidak semata-mata merupakan perintah tetapi juga seperangkat nilai-nilai tertentu. Filsuf Inggris yang merupakan salah satu penganut hukum alam, John Locke, dalam bukunya yang berjudul Second Treatise on Government berpendapat bahwa Tuhan memberikan hak-hak yang sama bagi manusia. Hak yang bisa dituntut dan membedakan satu manusia dengan manusia lainnya adalah hak atas hasil kerja labor karena telah melakukan pengorbanan dalam bentuk menemukan, mengolah, dan menambahkan suatu kepribadian. 116 Locke menyatakan bahwa atas milik pribadi bermula dari kerja manusia, dan dengan kerja inilah manusia memperbaiki dunia ini demi kehidupan yang layak tidak hanya untuk dirinya melainkan juga untuk orang lain. Hak milik manusia terhadap benda yang dihasilkannya telah ada sejak manusia lahir. Benda tidak hanya benda berwujud saja, namun juga benda abstrak yang merupakan hasil dari intelektualitas manusia. Meskipun demikian, Locke tidak menyetujui kepemilikan yang berlebihan terhadap suatu karena akan merugikan kepentingan orang lain, yang pada akhirnya malah bertentangan dengan hukum alam. Oleh karena itu, Locke berpendapat sesuatu dapat dijadikan sebagai hak milik sepanjang syarat “ enough 116 John Locke menyatakan bahwa […] every man has a “property” in his own ‘person’. This nobody has any right to but himself. The ‘labour’ of his body and the ‘work’ of hi s hands, we may say, are properly his. Whatsoever, then, he removes out of the state that Nature hath provided and left it in, he hath mixed his labour with it, and joined to it something that is his own, and thereby makes it his property . Lihat John Locke, op.cit., hal 209 Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia and as good left in common for others ” terpenuhi. 117 Syarat yang diungkapkan oleh Locke ini dianggap memiliki relevansi yang kuat dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Dalam pembahasan mengenai Hak Kekayaan Intelektual, konsep yang dikemukakan Locke ini kemudian dikenal sebagai Labour Theory. 118 Selanjutnya unsur “ k epribadian” sebagaimana dikemukakan oleh Locke tersebut di atas kemudian dikembangkan menjadi sebuah teori yang disebut Personality Theory. Personality Theory ini dicetuskan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Hegel berpendapat bahwa “the individual’s will is the core of the individual’s existence […] constantly seeking actuality [… ] and effectiveness in the world .” Personality Theory dianggap sebagai refleksi paham kebebasan yang menurut Hegel harus diwujudkan dalam bentuk suatu karya cipta agar menjadi terlihat jelas. Dalam kehidupannya, manusia pada tahap awal “mengambil” segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Namun, kemudian, manusia memiliki keinginan will untuk menyikapi apa yang telah diperolehnya tersebut berdasarkan kehendak pribadinya. Penyikapan tersebut dalam bentuk suatu karya cipta, kemudian menjadi milik manusia yang bersangkutan, karena merupakan ekspresi keinginan dimaksud. Jika kemudian hal tersebut diakui oleh masyarakat, maka teori bahwa suatu karya cipta merupakan ekspresi jati diri penciptanya menjadi sah secara hukum sebagai hak milik. 119 Di samping itu, walaupun bukan merupakan hasil karya secara fisik, citra personal seseorang – termasuk bentuk fisik, cara berbicara dan bergerak, dan sejarah kehidupannya – merupakan “pembangkit personalitas”. Oleh karena itu, citra personal harus dilindungi secara hukum karena merupakan hak milik seseorang. 120 Hege l melihat kekayaan intelektual sebagai “ ongoing expression of its creator, not as a free, abandonable cultural object ”. Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini diterjemahkan bahwa pembayaran yang dilakukan oleh seseorang untuk membeli hasil karya pencipta dianggap sebagai tindakan pengakuan terhadap pencipta sebagai manusia yang mempunyai harkat dan martabat. Hal yang sama berlaku pula dalam hal Hak Kekayaan Intelektual si pencipta dibeli 117 Justin Hughes, The Philosophy of Intellectual Property, Georgetown Law Journal, 77 Geo Law Journal 287, 1988, hal 24 118 Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, op.cit., hal 6 119 John Hughes, op.cit., hal 28. 120 Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, loc.cit. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia oleh pihak lain. Konsep inilah yang kemudian di dalam hukum HKI dikenal sebagai Hak Moral, yaitu hak pencipta untuk melarang ciptaannya diubah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 121 Selain itu, dikatakan pula bahwa hukum HKI dapat menciptakan suasana yang kondusif dari segi ekonomi dan sosial bagi penciptaan karya-karya intelektual, yang pada akhirnya sangat penting bagi perkembangan diri manusia. Dari kalangan gereja, Thomas Aquinas memiliki pandangan bahwa hak milik pribadi atas sesuatu diperlukan karena: “ ...people tend to take better care of what they own. Also, if everyone were responsible for everything, confusion and inefficiency would quickly ensue. Private ownership, on the other hand, encourages personal responsibility and accountability ”. Dengan demikian, Aquinas tidak mendasarkan masalah hak milik tersebut kepada prinsip bahwa seseorang telah mengeluarkan tenaganya untuk menciptakan atau mengolah sesuatu, melainkan bahwa seseorang dianggap akan lebih bertanggung jawab memelihara sesuatu yang menjadi miliknya. Selain itu, hak milik pribadi sangat penting untuk mewujudkan kemandirian. Hak milik bersama atas sesuatu dianggap justru menyebabkan: “[…] a lack of freedom with a constant need for bureaucratic intervention ”. Masih dari kalangan gereja, Paus Yohannes Paulus II berpendapat bahwa manusia memiliki hak inisiatif di bidang ekonomi. Hak tersebut sangat penting untuk menghindarkan manusia dari sifat ketergantungan, pasif, dan menyerah kepada birokrasi. Namun, hak ini akan menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan perlindungan terhadap hak milik, karena kondisi tersebut akan mengurangi semangat berinisiatif. 122 Seiring dengan perkembangan zaman, aliran Hukum Alam ini kehilangan pengaruhnya karena kemunculan teori baru bernama Utilitarian Theory. Pengertian paham tersebut dapat diketahui dari pandangan salah satu tokoh aliran utilitarian, Jeremy Bentham, dalam hubungannya dengan tujuan penegakan hukum, yaitu bahwa: The general object which all laws have, or ought to have, in common, is to augment the total happiness of the community; and therefore, in the first place, 121 John Hughes, op.cit., hal 40 122 Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, op.cit., hal 8 Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia to exclude, as far as may be, every thing that tends to substract from that happiness: in other words, to exclude mischief. But all punishment is mischief: all punishment in itself is evil. Upon the principle of utility, if it ought to be admitted, it ought only to be admitted in as far as it promises to exclude some greater evil 123 Oleh karena itu, pendukung aliran Utilitarian berpendapat bahwa Hak Kekayaan Intelektual diciptakan oleh masyarakat untuk tujuan menjamin kepentingan ekonomi anggota masyarakat yang lebih luas. Menurut aliran utilitarian, perlindungan HKI bukanlah tujuan utama, melainkan hanyalah alat untuk tujuan akhir yang lebih besar yaitu kemajuan progress. Hal inilah yang menyebabkan suatu karya pada suatu saat akan menjadi public domain untuk mendorong setiap orang menciptakan karya baru. Aliran utilitarian ini mengalami perkembangan pesat di Amerika Serikat yang akhirnya sangat menjadi corak konsep dan rezim perlindungan hak kekayaan intelektual karena cocok dengan kebutuhan perkembangan industrialisasi. 124 Setelah mengetahui tentang konsep hak kekayaan intelektual, selanjutnya akan dijabarkan tentang definisi dan hakekat hak kekayaan intelektual. Hak kekayaan intelektual atau yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Intellectual Property Right dan Intellectuelle Eigensdomsrecht dalam Bahasa Belanda 125 pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada subyek kreatif atas hasil keativitasnya. Pemberian apresiasi ini dituangkan dalam bentuk hak 126 kepada subyek kreatif untuk mengambil manfaat ekonomi dari karya kreatif yang dihasilkan dan pengakuan atas karya yang dihasilkan berupa hak moral. 127 123 Jeremy Bentham, The Works of Jeremy Bentham, Now First Collected: Under the Superintendence of His Executor John Bowring , hal 83 124 Ove Granstrand, op.cit., hal 24 125 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, op.cit., hal 1. 126 Sudikno Mertokusumo mendefinisikan hak sebagai kepentingan yang dilindungi hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya, lihat Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2005, hal 43. Sedangkan dalam Blacks Law Dictionary hak atau right adalah a power, privilege, or immunity secured to a person by law dan a legally enforceable claim that another will do or will not do a given act; a recognized and protected interest the violation of which is a wrong , lihat Bryan A. Garner, Blacks Law Dictionary Ninth Edition, Minnesota: West Publishing, 2009, hal 1436. 127 Oentoeng Soeropati, Hukum Kekayaan Intelektual dan Alih Teknologi, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1999, hal 10. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Sebagai hak, maka terhadap subyek diberikan jaminan perlidungan hukum 128 dan pemilik hak diberikan keistimewaan dalam melaksanakan haknya. 129 Menurut Blacks Law Dictionary, Intellectual Property RightHak Kekayaan Intelektual adalah sebagai berikut: a category of intangible rights protecting commercially valuable products of the human intellect. The category comprises primarily trademark, copyright, and patent rights, but also includes trade-secret rights, publicity rights, moral rights, and rights against unfair competition . 130 WIPO World Intellectual Property Organization, 131 sebuah lembaga internasional di bawah PBB yang menangani masalah Hak Kekayaan Intelektual mendefinisikan HKI sebagai kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia creation of mind yang meliputi: invensi, karya sastra, simbol, nama, citra dan desain yang digunakan di dalam perdagangan. 132133 Definisi serupa dikemukakan oleh Organisasi Perdagangan Dunia World Trade OrganizationWTO yang mengartikan hak kekayaan intelektual sebagai hak-hak eksklusif yang diberikan pada seseorang karena kreasi pikiran manusia, dimana hak tersebut memiliki jangka waktu perlindungan. 134 Definisi yang lebih umum dikemukakan oleh United Nations Conference on Trade and Development UNCTAD – International Center for Trade and Sustainable Development ICTSD sebagaimana dikutip oleh Tomi Suryo Utomo yaitu hasil-hasil usaha manusia kreatif yang dilindungi oleh hukum. 135 128 Sudikno Mertokusumo, loc.cit. 129 Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hal 95-96. 130 Bryan A. Garner, op.cit., hal 881. 131 WIPO pada mulanya didirikan sebagai BIRPI Bureaux Internationaux Réunis pour la Protection de la Propriété Intellectuelle , atau Kantor Internasional Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual pada tahun 1893 dan baru menjadi badan PBB pada tahun 1974, lihat Andrew Gowers, Gowers Review of Intellectual Property , Norwich: Her Majesty’s Stationary Office, 2006, hal 11 132 World Intellectual Property Organization, “What Is Intellectual Property?”, http:www.wipo.intabout-ipen , diunduh pada 4 Januari 2016 pukul 11.00 133 WIPO juga menjelaskan bahwa Hak Kekayaan Intelektual tidak terbatas hanya yang disebutkan disinisaat ini, namun dapat pula berarti jenis-jenis yang belum pernah ada atau dikenal sebelumnya, lihat World Intellectual Property Organization, Intellectual Property Needs and Expectations of Traditional Knowledge Holders: WIPO Reports on Fact-Finding Missions on Intellectual Property and Traditional Knowledge 1998-1999 , Geneva: WIPO Publishing, 2001, hal 32. 134 World Trade Organization, What are Intellectual Property Rights? , https:www.wto.orgenglishtratop_etrips_eintel1_e.htm , diunduh pada 4 Januari 2016 pukul 11.00 135 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual HKI di Era Global: Sebuah Kajian Kontemporer , Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal 1. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Menurut Andrew Gowers, hak kekayaan intelektual merupakan: Intellectual Property IP is a bundle of rights that protects applications of ideas and information that have commercial value. IP rights give creators exclusive rights over the knowledge and information they create e.g. the text of a book to prevent others using it without permission 136 Charlotte Waelde dan kawan-kawan juga mendefinisikan hak kekayaan intelektual dengan hal yang serupa yaitu: Intellectual Property is frequently referred to as the novel products of human intellectual endeavour. Yet, the use of the term property to describe intellectual product implies the existence of rights and, perhaps more importantly, remedies in respect of the property and any unwarranted interference with it. A property paradigm, in turn, implies a system of control to be exercised by the right holder, that is, control of the subject matter of his property right 137 Selanjutnya menurut Profesor Schwabach, hak kekayaan intelektual adalah sebagai berikut: Intellectual property is the intangible but legally recognized right to property in the product of one’s intellect. Intellectual property rights allow the originator of certain ideas, inventions, and expressions to exclude others from using those ideas, inventions, and expressions without permission 138 Dari dalam negeri, Rachmadi Usman mendefinisikan hak kekayaan intelektual sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 139 Menurut Abdulkadir Muhammad, HKI pada dasarnya merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspressikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya yang yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia dan memiliki manfaat ekonomi yang berbentuk nyata biasanya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. 140 Sementara itu, Ismail Saleh mendefinisikan HKI sebagai pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan 136 Andrew Gowers, op.cit, hal 11. 137 Charlotte Waelde, dkk, Contemporary Intellectual Property: Law and Policy Third Edition , Oxford: Oxford University Press, 2011, hal 7. 138 Aaron Schwabach, Intellectual Property: A Reference Handbook, California: ABC- CLIO, 2007, hal 1. 139 Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia , Bandung: Alumni, 2003, hal 2. 140 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001, hal 15-16. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia karya intelektual mereka dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka baik yang bersifat sosial maupun ekonomis. 141 Selanjutnya Direktoral Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di dalam buku panduan Hak Kekayaan Intelektual menjelaskan bahwa Hak Kekayaan Intelektual atau yang disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights IPR, yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya Hak Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas intelektual. Objek yang diatur dalam Hak Kekayaan Intelektual adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. 142 Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa hak kekayaan intelektual memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1 hak kebendaan immateriil, 2 didapatkan dari hasil kerja otak manusia 3 bersifat eksklusif, 4 bernilai ekonomis, dan 5 memiliki batasan tertentu. Esensi hak kekayaan intelektual adalah memberikan perlindungan terhadap hasil kemampuan intelektual manusia, karena tidak semua orang dapat dan mampu mempekerjakan otak secara maksimal. Hak kekayaan intelektual merupakan hak kebendaan yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio, hasil kerja nalar. 143 Hasil kerja otak tersebut diwujudkan dengan benda immateriil, seperti lagu. 144 Untuk menciptakan alunan nada dalam sebuah lagu, diperlukan suatu kerja otak. Otak seseorang harus menggunakan fungsi nonverbal, intuitif, 141 Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990, hal 45. 142 Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia, 2006, hal 1. 143 Kemampuan bernalar sangat erat kaitannya dengan bagaimana manusia dapat mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari pernyataan langsung maupun tidak langsung. Penalaran sendiri diartikan oleh Prof. Daldiyono sebagai proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan, lihat Daldiyono Hardjodisastro, Menuju Seni Ilmu Kedokteran: Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja , Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal 135. 144 OK Saidin revisi hal 10 Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia dan imajinatifnya untuk menciptakan sebuah lagu. 145 Ketika lagu tersebut tercipta berdasarkan hasil kerja otak, lagu itu dilindungi oleh hak kekayaan intelektual. 146 Orang yang optimal dalam menggunakan kerja otak disebut orang yang terpelajar karena mampu menggunakan rasio, berpikir secara rasional dengan logika. Oleh karena itu, hasil pemikirannya disebut rasional atau logis. Orang yang termasuk dalam kelompok ini disebut kaum intelektual. 147 Selain hasil kerja otak berupa karya seni misalnya lagu, ada juga hasil inteltektualitas manusia dalam bentuk penelitian atau temuan di bidang teknologi yang juga dilindungi oleh hak kekayaan intelektual. Kemampuan otak untuk menyusun kata-kata, berhitung, mengingat fakta, dan menggabungkan berbagai fakta tersebut menghasilkan IPTEK. Hasil kerja dalam bentuk penelitian atau temuan di bidang teknologi dilindungi oleh hak kekayaan intelektual karena memerlukan kerja otak dalam mengerjakan fungsi preposisi verbal linguistis, logis, dan analitis. 148 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua orang dapat mempekerjakan otak secara maksimal. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat mendapatkan perlindungan hak kekayaan intelektual. Hanya orang yang mampu mempekerjakan otaknya secara maksimal yang dapat memiliki hak kebendaan berupa hak kekayaan intelektual. Hal itu pula yang menyebabkan hasil kerja otak yang membuahkan hak kekayaan intelektual bersifat eksklusif yaitu hanya orang tertentu saja yang mampu menghasilnya. 149 Menurut Abdulkadir Muhammad, karya yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia dapat digolongkan menjadi tiga jenis: 150 145 Ibid , hal 11. 146 Hal ini berbeda dengan hasil kerja fisik dalam hal petani mencangkul, menanam, dan menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan hasil kerja fisik petani juga merupakan hak milik petani tersebut, namun berupa hak milik materiil hak milik atas benda berwujud, Ibid. 147 Kaum intelektual disebut juga kaum cendekiawan. Pengertian cendekiawan menurut Julien Beda sebagaiman dikutip oleh Departemen Perdagangan RI adalah orang yang perhatian utamanya mencari keputusan dalam mengolah seni dan ilmu pengetahuan [...] Mereka adalah para ilmuwan, filsuf, seniman, ahli metafisika yang menemukan kepuasan dalam penerapan ilmu , lihat Departemen Perdagangan Republik Indonesia, op.cit., hal 54. 148 OK Saidin, loc.cit. 149 Ibid ., 12 150 Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, hal 111. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia 1 Ciptaan Ciptaan yaitu hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apa pun dalam lapangan ilmu, seni, dan sastra. Hak yang melekat pada ciptaan adalah hak cipta. 2 Penemuan Penemuan merupakan kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi. Hak yang melekat pada penemuan disebut hak paten. 3 Merek Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut, yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa. Hak yang melekat pada merk disebut hak atas merk. Hak Kekayaan Intelektual secara umum dapat digolongkan ke dalam dua kategori utama, yaitu: 151 1 Hak cipta atau copyright Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Sesuai dengan judul karya tulis ini, maka yang akan dibahas secara mendalam adalah hak kekayaan intelektual berupa hak cipta. 2 Hak atas kekayaan industri, yang terdiri dari: a Hak paten Objek pengaturan hak paten adalah penemuan di bidang teknologi. Penemuan di bidang teknologi ini misalnya dapat berbentuk penemuan inventions, pengetahuan secara ilmiah atau varietas tumbuhan. Hak paten telah diatur dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2001. Undang-undang tersebut menegaskan pengertian paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada 151 Sentosa Sembiring, Hak Kekayaan Intelektual Dalam Berbagai Peraturan Perundang- undangan, Bandung: CV Yrama Widya, 2002, hal 14. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 152 Sementara itu, invensi sendiri diartikan sebagai ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dan dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. 153 b Hak merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, merek merupakan tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. 154 Secara umum, merek dibedakan menjadi dua yaitu merek dagang dan merek jasa. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya, sedangkan merek jasa ialah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan. Dengan demikian, hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Tujuan pemberian Hak atas Merek adalah membangun reputasi atau nama baik good will perusahaan terhadap konsumen. c Desain industri Dalam undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 dijelaskan bahwa desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau 152 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten 153 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten 154 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Merek Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. 155 Sedangkan pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri. Hak desain industri sendiri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya selama waktu tertentu, dilaksanakan sendiri oleh penemunya maupun memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya, dan melarang orang lain untuk membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, danatau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri tanpa izin dari pemegang haknya. d Desain tata letak sirkuit terpadu Desain tata letak sirkuit terpadu DTLST diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik 156 . Selanjutnya, desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam 155 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri 156 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pemuatan Sirkuit Terpadu. 157 Hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu, melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. e Rahasia dagang Dalam memahami konsep hak rahasia dagang, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian rahasia dagang dan hak rahasia dagang. Undang-undang yang mengatur Rahasia Dagang adalah Undang-Undang No. 30 Tahun 2000. Undang-Undang tersebut menyebutkan rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi danatau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. 158 Kemudian yang dimaksud dengan hak rahasia dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Ruang Lingkup rahasia dagang yang dilindungi meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi danatau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Suatu informasi dianggap memiliki nilai ekonomi jika sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial dan dapat meningakatkan keuntungan secara ekonomi. f Varietas tanaman Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui 157 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu 158 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Rahasia Dagang Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia kegiatan pemuliaan tanaman. Sedangkan Hak perlindungan varietas tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia danatau pemegang hak perlindungan varietas tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu. Undang-undang menjelaskan di dalam pasal 6 bahwa, Pemegang hak perlindungan varietas tanaman memiliki hak untuk menggunakan sendiri haknya, dan memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk menggunakannya. Hak tersebut mencakup kegiatan antara lain: 1 memproduksi atau memperbanyak benih, 2 menyiapkan untuk tujuan propaganda, 3 mengiklankan, 4 menawarkan, 5 menjual atau memperdagangkan, 6 mengekspor, 7 mengimpor, dan 8 mencadangkan. Setelah mengetahui tentang konsep hak kekayaan intelektual, pada subbab-subbab selanjutnya dalam penelitian ini akan dibahas salah satu hak kekayaan intelektual yaitu hak cipta secara rinci.

2.2. Definisi Hak Cipta