Analisis Perbandingan dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28

Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia bahwa tempat perdagangan dalam Pasal 10 Undang-Undang Hak Cipta berarti tempat dimana dilakukannya transaksi barang danatau jasa di dalamluar negeri dengan tujuan pengalihan hak atas barang danatau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. Sedangkan untuk menentukan apakah tempat perdagangan yang dimaksud dalam Pasal 10 termasuk tempat perdagangan online atau tidak masih diperlukan penemuan hukum.

2.11. Analisis Perbandingan dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Hal yang paling jelas terlihat terkait pengaturan tanggung jawab pengelola perdagangan online di India dan Indonesia adalah pengaturan tersebut ada pada Undang-Undang Informasi Teknologi 2008 ICT Act 2008 serta The Information Technology Intermediary Guidelines Rules 2011, dan bukan diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta India Tahun 2012. Memang terdapat ketentuan mengenai hak menyimpan ciptaan the right to store the work yang tidak melanggar hak cipta dalam Undang-Undang Hak Cipta India Tahun 2012 namun tidak terlalu pengaturannya tidak terlalu jelas. 337 Hal ini disebabkan karena ruang lingkup sementara transient dan insidental sampai sekarang masih ambigu dan perlu dijabarkan dengan lebih spesifik. 338 Sedangkan di Indonesia pengaturan mengenai tanggungjawab pengelola perdagangan diatur dalam Pasal 10 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, walaupun masih perlu dilakukan penafsiran hukum lebih lanjut terhadap pasal tersebut. Dalam Pasal 79 ICT Act 2008 India secara jelas diatur bahwa perantara intermediary, termasuk tempat perdagangan online bertanggungjawab atas 337 Pasal 52 ayat 1 huruf b Undang-Undang Hak Cipta India Tahun 2012 berbunyi: ”the following acts shall not constitute an infringement of copyright, namely: […] b the transient or incidental storage of a work or performance purely in the technical process of electronic transmission or communication to the public; dan c transient or incidental storage of a work or performance for the purpose of providing electronic links, access or integration, where such links, access or integration has not been expressly prohibited by the right holder, unless the person responsible is aware or has reasonable grounds for believing that such storage is of an infringing copy ”. Dengan kata lain, Undang-Undang Hak Cipta India Tahun 2012 hanya menyatakan bahwa penyimpanan sementara pada sebuah sistem elektronik bukanlah sebuah pelanggaran hak cipta, kecuali dalam hal penanggungjawab sadar atau menduga bahwa data tersebut melanggar hak cipta. Selain itu tidak terdapat ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab intermediary, dalam hal ini tempat perdagangan online 338 Kajal Tandon dan Akshat Pande, loc.cit. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia informasi. Tempat perdagangan online bertanggungjawab atas informasi dan data yang melanggar hak cipta apabila tempat perdagangan online: 1 Mengetahui adanya data yang melanggar hak cipta namun tidak bertindak dengan menghapusmemblokir data tersebut 2 Turut serta dalam bentuk menganjurkanmembujuk adanya pelanggaran hak cipta 3 Tidak melakukan uji kelayakan due dilligence Tidak terdapat pengaturan lebih lanjut mengenai prosedur yang harus dilakukan apabila terdapat data yang melanggar hak cipta dalam ICT Act 2008. Pengaturan mengenai hal-hal yang harus dilakukan apabila terdapat data yang melanggar hak cipta terdapat dalam The Information Technology Intermediary Guidelines Rules 2011. Dalam Pasal 3 yang mengatur mengenai uji kelayakan, tempat perdagangan online harus mengumumkan syarat dan ketentuan yang membuat bahwa penjual tidak boleh menjual hal-hal yang melanggar hak cipta. Apabila setelah pengumuman ini penjual masih menjual barang yang melanggar hak cipta, maka: 1 Tempat perdagangan online harus bertindak dalam 36 jam untuk menghapus barangdata yang melanggar hak cipta. Apabila memungkinkan, tempat perdagangan bekerja bersama penggunapemilik barang yang melanggar hak cipta untuk menghapus barang tersebut. Tempat perdagangan juga harus menyimpan informasi tersebut dalam jangka waktu setidaknya 90 hari untuk tujuan penyidikan 2 Tempat perdagangan online harus menginformasikan pada pengguna bahwa dalam hal terdapat ketidakpatuhan pengguna terhadap syarat dan ketentuan tempat perdagangan online, tempat perdagangan online berhak untuk memutuskan akses pengguna dan menghapus barang yang melanggar hak cipta 3 Apabila dibutuhkan dalam penegakan hukum, tempat perdagangan online harus memberikan informasi atau bantuan sejenis pada lembaga pemerintahan yang berwenang untuk melakukan investigasi dan proteksi terhadap aktivitas keamanan siber cyber security activity. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia Informasi yang diberikan akan digunakan untuk tujuan verifikasi identitas. Hal ini berbeda dengan Indonesia. Seperti yang telah disebutkan diatas, jangkauan tempat perdagangan online perlu mendapatkan penemuan hukum akan tetapi ancaman pidana bagi pengelola perdagangan yang membiarkan adanya perdagangan dan penggandaan barang yang melanggar hak cipta diatur dalam Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pasal tersebut menyatakan bahwa pengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan danatau penggandaan barang basil pelanggaran hak cipta danatau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya diancam dengan pidana denda paling banyak seratus juta rupiah. Singkatnya, di Indonesia ketentuan mengenai sanksi pengelola tempat perdagangan langsung diatur dalam peraturan perundang-undangan yang sama yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Sedangkan ICT Act 2008 India tidak mengatur mengenai sanksi bagi pengelola perdagangan online, namun pada The Information Technology Intermediary Guidelines Rules 2011 dinyatakan kondisi-kondisi bilamana pengelola perdagangan online dapat bertanggungjawab dalam hal terdapat barang-barang yang melanggar hak cipta. Dalam Intermediary Guidelines 2011 juga diatur mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pengelola tempat perdagangan online dalam hal terdapat barang yang melanggar hak cipta atau paten. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang mencolok dengan pengaturan terhadap pengelola perdagangan online di Indonesia dan India. Pasal 10 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta hanya menyebutkan kata pengelola tempat perdagangan tanpa penjelasan lebih jauh. Apabila merujuk pada Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, hanya disebutkan tempat perdagangan dalam segala bentuknya, lagi-lagi tanpa penjelasan. Hal ini jauh berbeda dengan ketentuan India yang secara gamblang menyebutkan online marketplaces sebagai bagian dari intermediary. Jangkauan intermediary di India memang sempat tidak jelas, namun dengan adanya ICT Act 2008 yang, jangkauan menjadi jelas dan tidak menimbulkan Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia kesulitan dalam penafsiran. Singkatnya, India dengan jelas menyatakan bahwa tempat perdagangan online bertanggungjawab apabila terjadi penjualan barang yang melanggar hak cipta pada tempat yang dikelolanya, sedangkan pada ketentuan di Indonesia masih memerlukan penemuan hukum lebih lanjut yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. Tanggung Jawab Pengelola , Kanina Cakreswara, FH UI, 2016 Universitas Indonesia

BAB III ANALISIS YURIDIS TERHADAP TEMPAT PERDAGANGAN ONLINE