Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagan

(1)

TANGGUNG JAWAB PENGELOLA

TEMPAT PERDAGANGAN ONLINE

ATAS PELANGGARAN HAK CIPTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum

KANINA CAKRESWARA

1306341184

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

KEKHUSUSAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

JAKARTA


(2)

(3)

iii

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Kanina Cakreswara

NPM : 1306341184

Tanda Tangan :


(4)

iv

Tesis ini diajukan oleh:

Nama : Kanina Cakreswara

NPM : 1306341184

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul : Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Online atas Pelanggaran Hak Cipta

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Hukum (MH)

pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia

TIM PENGUJI

Pembimbing : Brian Ami Prastyo, S.H, M.LI. (……….)


(5)

v

Penguji : Parulian P. Aritonang, S.H., LL.M. (……….)

Penguji : Henny Marlyna, S.H., M.H., LL.M. (………)

Ditetapkan di : Jakarta


(6)

vi

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesisyang berjudul “Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Online atas Pelanggaran Hak Cipta” dapat penulis selesaikan sebagai tugas akhir dalam menempuh studi

program magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Uniersitas Indonesia.

Selesainya tesis ini juga tidak terlepas dari keterlibatan dan peran pihak-pihak lain yang telah memberi dukungan moril dan materiil. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Brian Ami Prastyo, SH, M.Li selaku pembimbing penulis yang dengan segala ketulusan dan kearifan telah berkenan meluangkan waktu untuk mengkoreksi, memberi kritik dan masukan, mengarahkan, dan membimbing dalam penulisan tesis ini sampai selesai

2. Seluruh staf pengajar Hak Kekayaan Intelektual di Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah membagikan ilmu kepada penulis

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah bersedia memberikan bekal ilmu yang berguna bagi masa depan penulis

4. Kedua orang tua penulis yang dengan segala kesabaran tak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan materiil dan kerepotan menemani penulis berkeliling Jakarta untuk mencari bahan kepustakaan

5. Semua kerabat dari orang tua penulis yang telah mendoakan terselesaikannya tesis ini 6. Bapak Andi Kurniawan dari Seksi Pertimbangan Hukum Ditjen Kekayaan Intelektual

Kementerian Hukum dan HAM yang telah bersedia memberikan waktunya untuk diwawancarai

7. Teman-teman Program Studi Magister Ilmu Hukum angkatan 2013 khususnya di Program Hak Kekayaan Intelektual yang telah menjadi teman seperjuangan sehingga proses perkuliahan menjadi berwarna

8. Teman-teman Subbag Rumah Tangga dan Bagian Hukormas yang telah menjadi rekan yang baik dan selalu membuat penulis terhibur setiap hari


(7)

vii

kesibukan kantor

10. Pihak-pihak lain yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini, yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Jakarta, 20 Desember 2016


(8)

viii

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kanina Cakreswara

NPM : 1306341184

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Online atas Pelanggaran Hak Cipta Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengambil alih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Desember 2016 Yang menyatakan,


(9)

ix

Nama : Kanina Cakreswara

Judul : Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Online atas

Pelanggaran Hak Cipta

Terdapat hal baru dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yaitu Pasal 10 yang melarang pengelola tempat perdagangan membiarkan penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta. Meskipun telah terdapat aturan baru ini, pembajakan masih akan marak terjadi apabila definisi tempat perdagangan dalam Pasal 10 diartikan secara sempit yaitu tempat berdagang secara secara fisik (brick and mortar). Pada kenyataannya di Indonesia saat ini sudah banyak sekali tempat perdagangan yang sifatnya online. Tempat perdagangan online tersebut menjadi lahan subur bagi jual beli barang hasil pelanggaran hak cipta seperti pembajakan karya sinematografi dalam bentuk DVD, VCD bajakan dan lain-lain. Berangkat dari permasalahan tersebut, tesis ini membahas mengenai pengaturan tanggungjawab pengelola tempat perdagangan online di negara lain serta interpretasi terhadap Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Penelitian ini adalah penelitian normatif. Teknik pengumpulan data adalah dengan studi kepustakaan, wawancara atau interview, serta observasi. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder yang digunakan terdiri dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Information Technology Act 2008 of India, buku-buku hukum, serta berbagai kamus. Kesimpulan tesis ini yaitu terdapat ketentuan Pasal 79 Information Technology Act 2008 India mengatur tentang intermediary yang mencakup tempat perdagangan online (online marketplaces); menurut interpretasi gramatikal, historis, dan teleogis, tempat perdagangan online termasuk dalam definisi tempat perdagangan dalam Pasal 10; dan indikator pengelola tempat perdagangan online yang melakukan pembiaran adalah (1) tidak berusaha mengetahui jenis barang dan status HKI barang yang dijual di tempat perdagangan online yang dikelolanya; atau (2) mengetahui jenis barang dan status HKI barang yang dijual namun tidak berbuat apa-apa.


(10)

x

Name : Kanina Cakreswara

Title : The Liability of Online Marketplace's Manager for Copyright Infringement There are new provisions on The Law of Republic Indonesia Number 28 of 2014 on Copyright such as article 10 that forbids marketplace manager from letting the sales of copyright infringing goods. And yet piracy will be still rampant if article 10 is interpreted narrowly, which only consists of brick and mortar marketplaces. In fact, online marketplaces flourish in Indonesia alongside with brick and mortar marketplaces. There are instances where pirate uses online marketplace to market infringing goods such as bootleg DVDs and VCDs. Starting from this problem, this thesis discusses about the liability of online marketplace manager in other country and legal interpretation of Article 10. This research is qualifies as normative research. Data collection technique used is literature study, interview, and participatory observation. Data are collected in the form of secondary data. Secondary data used consist of The Law of Republic Indonesia Number 28 of 2014 on Copyright, Information Technology Act 2008 of India, law textbooks, journals, and various dictionaries. The conclusion of this thesis is that Article 79 of Information Technology Act 2008 of India regulates about intermediary that consists of online marketplaces; according to gramatical, historical, and teleogical interpretation, the definition of marketplace should encompass online marketplaces; and indicators of online marketplace's manager who let/tolerate the sale of infringing goods are (1) doesn't attempt to find out about the goods and their IP status, or (2) aware of the nature of the infringing goods but doesn't attempt to prevent or control it.


(11)

HALAMAN JUDUL………. i

PERNYATAAN ORISINALITAS………... Ii LEMBAR PENGESAHAN……….. iii

KATA PENGANTAR………...………… v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vii

ABSTRAK……… viii

DAFTAR ISI………. x

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Pokok Permasalahan………... 15

1.3. Tujuan Penelitian………... 16

1.4. Kerangka Teori...………... 16

1.5. Kerangka Konseptual……….. 18

1.6. Metodologi Penelitian………. 21

1.6.1.Pendekatan Masalah………. 23

1.6.2. JenisPenelitian………... 23

1.6.3. Metode Pengumpulan Data……….. 24

1.6.4. Metode Analisis Data………... 29

1.7. Sistematika Penulisan………. 29

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TERHADAP HAK CIPTA…... 31

2.1. Konsep Hak Kekayaan Intelektual………. 31

2.2. Definisi Hak Cipta………. 44

2.3. Hak-Hak yang Terkandung dalam Hak Cipta……… 47

2.4. Ciptaan yang Dilindungi oleh Hak Cipta………... 56

2.5. Pencatatan Hak Cipta………. 62

2.6. Pengalihan Hak Cipta………. 67

2.7. Pelanggaran Hak Cipta………... 74


(12)

2.11.Analisis Perbandingan dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 Tentang Hak Cipta……….

96

BAB III ANALISIS YURIDIS TERHADAP TEMPAT PERDAGANGAN ONLINE.. 100

3.1. Tempat Perdagangan Online……….. 100

3.1.1. Definisi Tempat PerdaganganOnline……….. 100

3.1.2. Perbedaan Tempat Perdagangan Offline dan Online………... 111

3.1.3. Keuntungan dan Kerugian Tempat Perdagangan Online………. 115

3.1.4. Cara Jual Beli pada Tempat Perdagangan Online……… 117

3.1.5. Definisi Pengelola………. 135

3.2. Penemuan Hukum……….. 136

3.2.1. Interpretasi Gramatikal………. 148

3.2.2. Interpretasi Historis……….. 150

3.2.3. Interpretasi Teleogis………. 152

3.2.4. Interpretasi Logis……….. 153

3.2.5. Interpretasi Komparatif………. 154

3.2.6. Interpretasi Antisipatif atau Futuristis……….. 155

3.2.7. Interpretasi Restriktif……… 156

3.2.8. Interpretasi Ekstensif……… 156

3.2.9. MetodeArgumentasi……… 157

3.3. Penemuan Hukum Terhadap 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta... 160 3.3.1. Interpretasi Gramatikal Terhadap Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta………... 161 3.3.2. Interpretasi Historis Terhadap Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta……….. 163 3.3.3. Interpretasi Teleogis Terhadap Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta………... 182 3.3.4. Interpretasi Pembuat Undang-Undang………. 185


(13)

4.1. Pertanggungjawaban…..……….. 188

4.1.1. Kesalahan dalam Hukum Pidana……….. 188

4.1.2. Kemampuan Bertanggungjawab………... 191

4.2. Pembiaran………... 193

4.2.1. Definisi Pembiaran………... 193

4.2.2. Penerapan dalam Konteks Pidana………. 194

4.2.3. Yurisprudensi dan DoktrinTentang Pembiaran yang Dapat Dipidana…… 195

4.3. Analisis Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta... 200

4.4. Indikator Pengelola Tempat Perdagangan Online yang Melakukan Pembiaran…. 202 BAB V PENUTUP………. 213


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia bercita-cita melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Cita-cita negara yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ketiga1. Berkaitan dengan kesejahteraan umum, maka salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian tersebut adalah keberhasilan di bidang pembangunan ekonomi.2

Demi keberhasilan di bidang ekonomi, negara-negara di dunia yang terlibat dengan globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas, baik negara maju maupun sedang berkembang bahkan negara yang terbelakang harus membuat standarisasi hukum dalam kegiatan ekonominya. Globalisasi ekonomi semakin atau perdagangan bebas (free trade) lainnya yang telah membawa pengaruh pada hukum setiap negara yang terlibat dalam globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas tersebut. Arus globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sulit untuk ditolak dan harus diikuti karena globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas tersebut berkembang melalui perundingan dan perjanjian internasional.3

Isu mengenai hak cipta merupakan isu yang sangat penting karena berkaitan dengan perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip hak cipta diimplementasikan

1

Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945

2

Rahmi Jened, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 1.

3

John Braithwaite dan Peter Drahos, Global Business Regulation, (New York: Cambridge University Press, 2000), hal 23.


(15)

menurut tujuannya, perlu terlebih dahulu diketahui latar belakang pembentukan doktrin-doktrin yang digunakan dalam implementasi prinsip hak cipta tersebut.4

Pemikiran-pemikiran yang dikembangkan sebagai doktrin bagi pengaturan norma hak cipta memiliki beberapa sifat khusus yang berkaitan dengan filsafat hukum. Sebagai contoh filsuf Inggris John Locke bukunya yang berjudul Second Treatise on Government berpendapat bahwa Tuhan memberikan hak-hak yang sama bagi manusia. Hak yang bisa dituntut dan membedakan satu manusia dengan manusia lainnya adalah hak atas hasil kerja (labor). Locke menyatakan bahwa atas milik pribadi bermula dari kerja manusia, dan dengan kerja inilah manusia memperbaiki dunia ini demi kehidupan yang layak tidak hanya untuk dirinya melainkan juga untuk orang lain. Hak milik manusia terhadap benda yang dihasilkannya telah ada sejak manusia lahir. Benda tidak hanya benda berwujud saja, namun juga benda abstrak yang merupakan hasil dari intelektualitas manusia.5

Pemikiran John Locke ini menjadi cikal bakal munculnya konsep hak kekayaan intelektual. Pada intinya hak kekayaan intelektual merupakan hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Labour theory ini dijadikan landasan terhadap bagaimana doktrin dipergunakan dalam kerangka implementasi prinsip-prinsip Hak Cipta, untuk selanjutnya memberikan jaminan kepastian hukum melalui penentuan hak-hak yang melekat pada bagian-bagian obyek hukum yang dianggap material maupun immaterial.6Konsep hak kekayaan intelektual yang bermula dari Inggris, diadopsi dan dikembangkan di Amerika, hingga pada akhirnya dalam perkembangannya konsep ini mendunia.

Dari uraian tersebut terlihat adanya pemikiran bahwa suatu karya intelektual yang dihasilkan oleh seseorang atas dasar intelektualitasnya, baik berupa invensi maupun karya intelektual lainnya, perlu memperoleh perlindungan guna mencegah segala bentuk eksploitasi secara komersial oleh pihak lain tanpa kompensasi yang adil kepada pihak yang menghasilkan karya cipta tersebut. Konsep tersebut juga mengandung makna untuk mendukung dua tujuan sosial

4

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hak Cipta, (Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2013), hal 2.

5

John Locke, The Second Treatise of Government, (New York: Barnes and Noble Publishing, 2004), hal 17-19.

6


(16)

yang saling berkompetisi, yaitu adanya kebutuhan untuk merangsang kreatifitas penciptaan karya baru di satu sisi dan di sisi lain yaitu kebutuhan untuk menyebarluaskan karya cipta tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.7

Demi membangun ekonomi negara dan mengikuti perdagangan internasional, Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional telah meratifikasi perjanjian internasional dibidang kekayaan intelektual khususnya hak cipta. Saat ini Indonesia telah meratifikasi dan mengesahkan berbagai perjanjian internasional dibidang hak cipta, yaitu:8

a. Paris Convention of The Protection of Industri Property dan Convention Establishing the World Intellectual Proverty Organization (WIPO), kedua konvensi tersebut disahkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1979 yang telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997.

b. United Nation Convention on Biological Diversity (Konversi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati) yang disahkan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994.

c. Agreement The World Trade Organization (WTO) yang disahkan dengan Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia.

d. Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPS) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994

Dengan keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO dan penandatangan Persetujuan TRIPs, sebagai konsekuensinya Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya meratifikasi konvensi-konvensi atau traktat-traktat internasional di bidang hak cipta

e. Patent Cooperation Treaty and Regulations PCT disahkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 1997.

7

Ibid., hal 4.

8

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah,Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal 7.


(17)

f. Trade Mark Law Treaty disahkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 1997.

g. Berne Convention for the Protection of Liberty and Artistic Works yang disahkan dengan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 Setelah diadakannya Konvensi Paris (Paris Convention) pada tahun 1883 di Paris, yang mengatur tentang HKI secara umum, maka pada tahun 1886 dibentuk sebuah konvensi di bidang hak cipta yang dikenal dengan International Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (sering disingkat Berne Convention) yang ditanda tangani di Berne.9 Berne Convention adalah Konvensi multilateral terpenting dalam Hak Cipta. Indonesia pernah menjadi anggota Konvensi Bernepada tahun 1959, namun kemudian keluar dan kembali menjadi anggota melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 h. Convention Establishing The World Intellectual Property Organization

Copyright Treaty disahkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 1997 (tentang WIPO Copyright Treaty)

i. Words Intellectual Property Organization performances and Phonograms Treaty(Perjanjian Karya Pertunjukkan dan Karya-Karya Ponogram WIPO) yang selanjutnya disebtu WPPT, melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004

Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual dengan Persetujuan TRIPS, pada pertengahan tahun 2002 Pemerintah Indonesia mengundangkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.10 Undang ini mengganti Undang-Undang Hak Cipta Lama yaitu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982.

Untuk beberapa waktu, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dianggap cukup representatif dalam melindungi pencipta karena telah mengadopsi beberapa ketentuan TRIPs yang sempat tertinggal dalam

undang-9

Afrilyanna Purba dkk, TRIPs-WTO & Hukum HKI Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal 27.

10

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, “Sekilas Sejarah Perkembangan Sistem Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia,” http://www.dgip.go.id/tentang-kami/sekilas-sejarah, diunduh pada 10 April 2016 pukul 10.00


(18)

undang sebelumnya (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982).11 Namun seiring dengan jalannya waktu, perkembangan "ekonomi kreatif"12 serta "industri kreatif"13 yang menjadi salah satu andalan Indonesia14 dan negara-negara berkembang15lain mengharuskan adanya pembaharuan undang-undang hak cipta. Mengingat hak cipta merupakan basis penting bagi industri kreatif nasional, maka diharapkan tersusunnya undang-undang hak cipta baru yang memenuhi unsur perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif. Undang-undang yang cipta yang baru juga diperlukan untuk lebih mengoptimalkan perekonomian negara.16

Perkembangan IPTEK yang pesat juga menuntut adanya pembaharuan bagi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari teknologi dan arus informasi. Saat ini informasi telah menjelma menjadi suatu kekuatan tersendiri dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Kehadiran internet sebagai sebuah fenomena kemajuan teknologi menyebabkan terjadinya percepatan globalisasi dan lompatan besar bagi penyebaran informasi dan komunikasi seluruh dunia.17

11

Hukum Online, "UU Hak Cipta Baru Suguhkan Perlindungan Maksimal bagi Pencipta," http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5988/uu-hak-cipta-baru-suguhkan-perlindungan-maksimal-bagi-pencipta, diunduh pada 10 April 2016 pukul 11.00

12

Ekonomi kreatif adalah era baru ekonomi setelah ekonomi pertanian, ekonomi insustri, dan ekonomi yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi kreatif sangat penting karena merupakan manifestasi dari semangat bertahan hidup negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang, lihat Departemen Perdagangan Republik Indonesia,Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, (Jakarta: Departemen Perdagangan RI, 2008), hal 1.

13

Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut,ibid., hal 4.

14

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, "Landasan Filosofis dan Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual: Relevansinya Bagi Kepentingan Pembangunan di Indonesia," http://www.kemenpar.go.id/userfiles/Art_19-Landasan%20Filosofis%20HKI.pdf, diunduh pada 10 April 2016 pukul 11.00

15

Negara-negara berkembang (developing countries) mengacu pada negara-negara yang tidak saja memiliki pendapatan perkapita rendah, tetapi juga masih menghadapi masalah-masalah sosial seperti buta huruf, angka kematian bayi, problem kekurangan gizi, dan ketertinggalan dalam bidang teknologi. Agus Sardjono, Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, (Bandung: Alumni, 2006), hal 15.

16

Dewan Perwakilan Rakyat, "Risalah Resmi Rapat Paripurna 16 September 2014,"

http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/Paripurna_risalah_RISALAH_RAPUR_KE-6_16_SEPTEMBER_2014151158.pdf, diunduh pada 10 April 2016 pukul 10.00

17

Andi Kurniawati, "Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Melalui Media Internet," tesis pada magister Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin, 2015, hal 3.


(19)

Internet di Indonesia dimulai pada awal tahun 1990-an dari kalangan pelajar.18 Berdasarkan data terbaru dari We Are Social sebagaimana dikutip oleh Lina Noviandari, penetrasi internet di Indonesia pada tahun 2015 mencapai angka 34%. Dengan kata lain, terdapat 88.1 juta pengguna internet di Indonesia. Sebanyak 79 juta di antaranya merupakan pengguna media sosial aktif.19 Pengguna internet sendiri kebanyakan berdomisili di kota-kota besar.20

Penggunaan internet sebagai media informasi multimedia membuat beragam karya digital dapat secara terus-menerus digandakan dan disebarluaskan ke ribuan orang dalam waktu singkat. Hal ini tentunya sangat rentan dengan penyalahgunaan. Berbagai macam karya dalam format digital dapat di-copy atau digandakan dan didistribusikan dengan sangat mudah. 21 Tidak hanya itu, sifat transnasional internet dan pendistribusian pesan, gambar, video, serta karya lain di internet juga menciptakan masalah baru yatu kesulitan dalam mengindentifikasi pihak yang bertanggungjawab atas pelanggaran hak cipta yang terjadi di internet.22

Hal ini tentu berbeda dengan kasus produk fisik tiruan (misalnya lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya). Seseorang akan memerlukan usaha keras untuk dapat meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik.23 Dengan demikian, kemampuan internet untuk menggandakan dan mendistribusikan hak cipta secara luas tersebut membuat kekhawatiran bagi banyak pihak, khususnya pencipta maupun kalangan industri.24

18

Ferry Astika Saputra, "Internet Development in Indonesia: A Preview and Perception,"

http://www.cc.saga-u.ac.jp/backnumbers/viewer.php?fc=%E3%82%BB%E3%83%B3%E3%82% BF%E3%83%BC%E5%BA%83%E5%A0%B1&fn=PUB200312Indonesian_Internet.pdf, diunduh pada 10 April 2016 pukul 13.00

19

Lina Noviandari, "Infografis Statistik Pengguna Internet dan Media Sosial Terbaru di Indonesia," https://id.techinasia.com/talk/statistik-pengguna-internet-dan-media-sosial-terbaru-di-indonesia, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.00.

20

Litbang Kompas, "Penetrasi Internet Belum Merata,"

http://print.kompas.com/baca/2015/07/21/Penetrasi-Internet-Belum-Merata, diunduh pada 10 April 2016 pukul 13.00

21

Danu Giritono, "Pelanggaran Hak Cipta atas Karya Lagu/Musik Melalui Internet," tesis pada magister Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada, 2014, hal 4.

22

Caterina Del Federico, "Intermediary liability: The “Achilles’ heel” of the Current Legislation," http://www.dimt.it/2015/05/13/intermediary-liability-the-achilles-heel-of-the-current-legislation-the-courts-a-comparative-analysis-with-the-u-s-focusing-on-copyright-infringement/, diunduh pada 20 Juli 2016 pukul 14.00.

23

Danu Giritono,loc.cit.

24


(20)

Kekhawatiran para pencipta dan kalangan industri merupakan yang sangat masuk akal, mengingat pelanggaran hak cipta terutama pada media internet bukanlah persoalan yang relatif baru di Indonesia.25 Berdasarkan hasil survey Political and Economic Risk Consultancy (PERC)26 yang dilakukan tahun 2010, ternyata Indonesia merupakan negara peringkat pertama pelanggar HKI di Asia.27 Indonesia juga sudah sering masuk dalam daftar “Special 301 Priority Watch List”28 yang dikeluarkan oleh Office of the United States Trade Representative (USTR) sejak tahun 2001.29

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pun sebagaimana dikutip oleh Hukum Online pernah mengakui bahwa pemahaman masyarakat Indonesia mengenai hak kekayaan intelektual masih sangat minim.3031Lebih lanjut, pencipta suatu karya juga memiliki pemahaman yang rendah tentang aspek teknis dan hukum dalam mempertahankan hak-hak serta kepentingannya.32 Dengan demikian, selain memberikan manfaat, tingginya penggunaan internet juga

25

RR Diyah Ratnajati, "Perbandingan Doktrin Fair Use pada Internet antara Amerika Serikat dan Indonesia," tesis pada magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2008, hal 3.

26

PERC adalah perusahaan jasa konsultan dari Hongkong dengan spesialisasi di bidang informasi bisnis yang bersifat strategis dan analisis terhadap perusahaan-perusahaan yang berbisnis di wilayah Asia Timur dan Tenggara. Salah satu aktivitas yang dilakukannya adalah mengeluarkan laporan mengenai potensi resiko (risk reports) berkaitan dengan masalah perlindungan HKI (http://www.asiarisk.com/)

27

Kunto Wibisono, "Indonesia Teratas Dalam Daftar Pembajakan Hak Cipta di Asia,"

http://www.antaranews.com/berita/217697/indonesia-teratas-dalam-daftar-pembajakan-hak-cipta-di-asia, diunduh pada 10 April 2016 pukul 13.00

28

Daftar ini merupakan daftar tahunan oleh Office of The United States Trade Representative (USTR) yang mengidentifikasi hambatan perdagangan yang disebabkan oleh hukum hak kekayaan intelektual di negara lain seperti hak cipta, paten, dan merek dagang. Tujuan utama USTR adalah meningkatkan kemampuan pencipta-pencipta di Amerika Serikat untuk menjangkau pasar internasional, termasuk pasar digital (digital marketplace), publikasi, musik, program TV, video game, dan produk-produk lain yang bergantung pada hak cipta, lihat International Intellectual Property Alliance, "IIPA Welcomes USTR Special 301 Report,"

http://www.iipawebsite.com/pressreleases/2016_Apr27_USTR301Release.pdf, diunduh pada 2 Agustus 2016 pukul 11.00.

29

Office of The United States Trade Representative, "2001 Special 301 Report Priority WatchList,"

http://www.ipophil.gov.ph/images/IPEnforcement/Special301Review/2001USTRSpecial301Repor t.pdf, diunduh pada 10 April 2016 pukul 13.00

30

Hukum Online, "IP Academy, Harapan Baru Pembelajaran HKI,"

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21900/iip-academyi-harapan-baru-pembelajaran-hki, diunduh pada 10 April 2016 pukul 13.00

31

Walaupun disaat yang sama tidak dapat dipungkiri juga terjadi tren peningkatan kesadaran masyarakat mengenai HKI yang tercermin dari meningkatkan permohonan HKI yang diajukan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, lihat Endang Purwaningsih,Hukum Bisnis, (Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010), hal 132.

32


(21)

memberi akibat berupa ancaman terhadap karya cipta,33 terutama dalam bentuk pembajakan.

Atas dasar perkembangan ekonomi dan kemajuan IPTEK terutama teknologi internet, pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memprakarsai penyusunan Undang-Undang Hak Cipta baru. Hal ini juga merupakan tindak lanjut atas Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Economic Association Of Southeastasian Nations yang mengamanahkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bertanggung jawab atas pengembangan ekonomi khusus di bidang hak kekayaan intelektual.34 Pemerintah pun segera melakukan kegiatan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Hak Cipta dalam rangka mempersiapkan materi Rancangan Undang-Undang tentang Hak Cipta.

Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya pada tanggal 16 Oktober 2014 diundangkanlah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Langkah pemerintah mengganti Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah upaya sungguh-sungguh dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak-hak moral pencipta dan pemilik hak terkait sebagai unsur penting dalam pembangunan kreatifitas nasional. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang terdiri dari 19 bab dan 126 pasal ini juga telah mempertimbangkan variabel perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi.35

Beberapa hal baru yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta antara lain:36

a. Terminologi yang lebih jelas tentang hak cipta, ciptaan, pencipta, pemegang hak cipta, pengumunan, penggandaan, komunikasi kepada publik, pendistribusian, program komputer, hak terkait, pelaku perujukan, fonogram, produser fonogram, fiksasi, dan lembaga

33

Sutan Remy Sjahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009), hal 59.

34

Lampiran Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MasyarakatEconomic Association Of Southeastasian Nations

35

Dewan Perwakilan Rakyat,loc.cit.

36


(22)

penyiaran yang diubah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dalam rangka mencegah dan atau menghindarkan persepsi ataupun penafsiran hukum yang berbeda, serta beberapa tambahan terminologi antara lain mengenai pembajakan, penggunaan hak, penggunaan secara komersil, dan ganti rugi;

b. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu yang lebih panjang sejalan dengan aturan diberbagai negara, sehingga jangka waktu perlindungan hak cipta dibidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia;

c. Perlindungan yang lebih baik terhadap ekonomi para pencipta dan/atau pemilik hak terkait, termasuk membatasi pengalihan ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat);

d. Pengelolaan tempat perdagangan bertanggungjawab atas penjualan atau pelanggaran hak cipta, dan/atau hak terkait dipusat perbelanjaan yang dikelolanya;

e. Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan obyek jaminan fidusia;

f. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia diberikan kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan apabila ciptaan tersebut melanggar norma-norma agama, norma susila, ketertiban umum, peranan dan keamanan negara, dan/atau peraturan perundang-undangan;

g. Pencipta, pemegang hak cipta, serta pemilik hak terkait menjadi anggota lembaga manajemen kolektif (LMK) agar dapat menarik imbalan atau royalti;

h. Pencipta, dan/atau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti untuk ciptaan atau produk hal terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial;

i. Lembaga manajemen kolektif (LMK) yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi pencipta dan pemilik hak terkait, wajib mengajukan permohonan ijin operasional kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;


(23)

j. Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multi media untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi;

k. Pengaturan lisensi dan lisensi wajib;

l. Aturan penyidikan dimana penyidik dapat melakukan penyitaan dan/atau penghentian peredaran atas ijin pengadilan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dibidang hak cipta dan hak terkait sesuai dengan ketentuan kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; dan

m. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana Dengan adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, para pencipta bisa berharap lebih banyak terhadap perlindungan dan penegakan hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia.37 Hal ini tampak dari ketentuan baru dalam undang-undang tersebut yang efektif dan efisien dengan melarang pengelola tempat perdagangan membiarkan penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta.38 Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dinyatakan bahwa pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.

Ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta ini secara spesifik memberikan tanggungjawab kepada pengelola tempat perdagangan untuk mengawasi tindakan penjualan, penggandaan, maupun transaksi produk yang dihasilkan dari pelanggaran hak cipta. Para pengelola pertokoan yang lalai akan dipidana dengan hukuman denda hingga Rp. 100.000.000,-. Dengan demikian, pengelola pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta seperti di Roxy dan Glodog39 yang sudah terkenal hingga tingkat internasional,40

37

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, "UU Hak Cipta Resmi Disahkan, Seniman Indonesia Lebih Hidup dan Dihargai di Negeri Sendiri," http://www.kemenkumham.go.id/v2/berita/304-uu-hki-resmi-disahkan-seniman-indonesia-lebih-hidup-dan-dihargai-di-negeri-sendiri, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.00

38

Besar, "Perlindungan Hak Cipta Melalui Pengelolaan Pusat Perdagangan," http://business-law.binus.ac.id/2016/01/30/perlindungan-hak-cipta-melalui-pengelolaan-pusat-perdagangan, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.00

39

Yudhistira Amran Saleh, "Jakarta Surga DVD/VCD Bajakan, Mudah Mencarinya Bahkan di Mal Ternama," http://news.detik.com/berita/2917840/jakarta-surga-dvd-vcd-bajakan-mudah-mencarinya-bahkan-di-mal-ternama, diunduh pada 11 April 2016 pukul 14.00


(24)

serta beberapa kota besar lain seperti Bandung,41 Semarang,42 Surabaya,43 Medan,44 dan Makassar45 tidak dapat lagi membiarkan penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta baik (seperti VCD/DVD bajakan maupun pakaian yang memiliki konten melanggar hak cipta)46 secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Dalam kaitannya dengan sosialisasi Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta ini, pemerintah (Polda Metro Jaya dan Ditjen Kekayaan Intelektual) telah melakukan inspeksi sekaligus sosialisasi kepada para pengelola gedung pusat perbelanjaan di Mall Harco Mangga Dua, Jakarta. Melalui sosialisasi kegiatan sosialisasi ini, diharapkan para pemilik toko maupun pengelola gedung pusat perbelanjaan dapat semakin sadar akan peraturan terbaru ini dan bekerja sama untuk mengurangi transaksi perangkat lunak bajakan.47 Walaupun masih terdapat reaksi kontra,48 namun kegiatan sosialisasi ini disambut

40

Office of The United States Trade Representative, 2015 Out-of-Cycle Review of Notorious Markets, (USA: United States Trade Representative, 2015), hal 20

41

Andrian Fauzi, "Giliran Mal di Bandung Disasar Timnas HaKI,"

http://inet.detik.com/read/2009/10/29/162422/1231193/399/giliran-mal-di-bandung-disasar-timnas-haki, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.00

42

Immanuel Citra Senjaya, "Puluhan Ribu VCD-D VD Bajakan di Semarang Disita,"

http://www.antarajateng.com/detail/puluhan-ribu-vcddvd-bajakan-di-semarang-disita-.html, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.30

43

Haorrahman, "Gudang Distribusi VCD Bajakan Digerebek," http://surabaya. tribunnews.com/2012/08/14/gudang-distribusi-vcd-bajakan-digerebek, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.45

44

Elvidaris Simamora, "DVD/VCD Bajakan Menjamur hingga Mall dan Plaza,"

http://www.medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2011/06/08/37343/dvd-vcd-bajakan-menjamur-hingga-mall-dan-plaza, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.00

45

Andi Ilham, "Ribuan Keping VCD Bajakan Disita dari Pedagang di Makassar,"

http://daerah.sindonews.com/read/1010295/192/ribuan-keping-vcd-bajakan-disita-dari-pedagang-di-makassar-1433774638, diunduh pada 11 April 2016 pukul 13.20

46

Masmur Purba, "Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan oleh Penyewa Menurut Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta," skripsi pada program Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, 2015, hal. 6.

47

JagatReview, "Direct Release: Biarkan Penjualan Produk Bajakan, Pengelola Pusat Perbelanjaan Dapat Didenda Hingga 100 Juta Rupiah,"

http://www.jagatreview.com/2015/05/direct-release-biarkan-penjualan-produk-bajakan-pengelola-pusat-perbelanjaan-dapat-didenda-hingga-100-juta-rupiah/, diunduh pada 5 Agustus 2016 pukul 09.00.

48

Pihak yang mengkritik ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini antara lain berasal dari Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Handaka Santosa. Ia menilai tanggung jawab yang diberikan pada pengelola tempat perdagangan tidak tepat karena pengelola atau pemilik pusat perbelanjaan hanyalah sebagai pihak yang menyediakan lokasi untuk membuka suatu usaha, dan tidak ikut terjun sebagai pelaku usaha yang menjual produk. Ketua APPBI juga menambahkan bahwa pihak pengelola pusat perbelanjaan tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai produk asli dan bajakan. Lihat Lytha Dayanara Hutagalung, "Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Pusat


(25)

baik oleh Ketua Asosiasi Harco Mangga Dua Computer Center (HMCC) yang mendukung inisiatif pemerintah dan menyampaikan kesiapan untuk menginformasikan UU Hak Cipta kepada seluruh anggota asosiasi sehingga para pemilik toko di Harco Mangga Dua dapat semakin menyadari pentingnya menjual produk asli untuk kebaikan pedagang maupun konsumen.49 Mall Galeria dan Lippo Plaza Yogyakarta sendiri telah menjalankan kewajiban sebagaimana diamanatkan pada Pasal 10 Undang-Undang Hak Cipta dengan mencantumkan larangan menjual barang bajakan dalam klausul sewa serta melakukan tindakan represif berupa pengusiran terhadaptenantyang mengabaikan aturan tersebut.50

Selain melakukan sosialisasi di Mall Harco Mangga Dua, Ditjen Kekayaan Intelektual juga telah melakukan sosialisasi pada berbagai pusat perbelanjaan seperti Mall Lippo Karawaci, Tangerang City, dan Senayan City dengan memasang banner besar. Kedepannya Kementerian Hukum dan HAM juga akan melakukan sosialisasi dan memasang banner pada Mall Ambassador.51 Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual juga menyarankan toko yang tidak menjual barang palsu dipasang stiker khusus sebagai pembeda serta agar pengelola mall dan tennant membuat kontrak dengan klausul barang yang dijual bukan bajakan.52 Selain sosialisasi, pemerintah juga telah melakukan penindakan terhadap penjualan barang yang melanggar hak cipta yang telah dilakukan yaitu penyitaan oleh PPNS Kekayaan Intelektual53 dan POLRI54 terhadap 50.000 ton DVD/VCD

Perbelanjaan Atas Penjualan Barang Pelanggaran Hak Cipta oleh Penyewa,"

http://www.calonsh.com/2016/10/03/tanggung-jawab-pengelola-tempat-perdagangan-pusat-perbelanjaan-atas-penjualan-barang-pelanggaran-hak-cipta-oleh-penyewa/, diunduh pada 6 Agustus 2016 pukul 07.00.

49

JagatReview,loc.cit.

50

Antonius Maria Claret Alvin Widanto Pratomo, "Pertanggungjawaban Hukum Pengelola Tempat Perdagangan atas Penjualan Barang Hasil Pelanggaran Hak Cipta," jurnal skripsi pada Program Ilmu Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2016, hal 5.

51

Hasil wawancara terhadap staf Ditjen Kekayaan Intelektual pada hari Kamis, 21 Juli 2016 pukul 15.00-16.00 dengan narasumber Bapak Andi Kurniawan, S.H. (staf Seksi Pertimbangan Hukum Ditjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM)

52

Muhammad Zulfikar, "Toko di Pusat Perbelanjaan Disarankan Pasang Sticker Bebas Produk Palsu," http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/04/09/toko-di-pusat-perbelanjaan-disarankan-pasang-sticker-bebas-produk-palsu, diunduh pada 5 Agustus 2016 pukul 09.30

53

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kekayaan Intelektual diberi kewenangan untuk menyita dan/atau menghentikan peredaran atas izin pengadilan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran sesuai pasal 110 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

54

POLRI selalu dihadirkan dalam setiap kegiatan penyitaan oleh PPNS Kekayaan Intelektual untuk menghindari hal yang tidak diinginkan


(26)

bajakan serta hard disk berisi konten melanggar hak cipta.55 Hasil sosialisasi ini mulai tampak yaitu tenant di Mall Cinere yang sekarang hanya menjual VCD/DVD asli.56

Pemerintah dan berbagai LSM memang sudah gencar melakukan sosialisasi terhadap ketentuan baru dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 kepada pusat-pusat perdagangan untuk menyadarkan mereka akan tanggungjawabnya, dan hal inipun ditanggapi positif oleh pengelola perdagangan. Akan tetapi, masih akan timbul permasalahan apabila definisi tempat perdagangan dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta diartikan secara sempit yaitu tempat berdagang secara secara fisik (brick and mortar).57 Pada kenyataannya di Indonesia saat ini sudah banyak sekali tempat perdagangan yang sifatnya online. Tempat/situs perdagangan online merupakan toko atau mal elektronik yang secara fisik tidak dapat dilihat tidak ada bedanya dengan mal atau kompleks pertokoan yang berdiri secara fisik karena memiliki penjual, barang yang dijual, dan pembeli.58

Indonesia memang negara ASEAN dengan tingkat transaksi e-commerce/perdagangan online59 tertinggi dan diproyeksikan menjadi salah satu raksasa bisnis e-commerce dengan transaksi terbesar di Asia pada tahun 2020 mendatang,60akan tetapi tempat perdagangan online tersebut (misalnya tokopedia, bukalapak, dan kaskus) menjadi lahan subur bagi jual beli barang hasil pelanggaran hak cipta seperti pembajakan karya sinematografi dalam bentuk

55

Wawancara terhadap staf Ditjen Kekayaan Intelektual pada hari Kamis, 21 Juli 2016 pukul 15.00-16.00 dengan narasumber Bapak Andi Kurniawan, S.H. (staf Seksi Pertimbangan Hukum Ditjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM)

56

Arif Fitri, "Perlindungan Hukum terhadap Suatu Ciptaan Musik dan Lagu yang Telah Didaftar pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Menurut Undang-Undang No. 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta," skripsi pada program Ilmu Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2008, hal 113.

57

Gunawan Bagaskoro, "Ini Aturan Menjaga Tempat Dagang Offline dan Online,"

http://mebiso.com/ini-aturan-menjaga-tempat-dagang-offline-dan-online/, diunduh pada 11 April 2016 pukul 14.00

58

Ibid.

59

Hasil studi United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) mengenai pertumbuhan e-commerce di Asia tahun 2013 sebagaimana dikutip oleh Edmon Makarim, lihat Edmon Makarim, "Kerangka Kebijakan dan Reformasi Hukum untuk Kelancaran Perdagangan Secara Elektronik (e-commerce) di Indonesia," Jurnal Hukum dan Pembangunan, (Tahun ke-44 No. 3, 2014), hal 315.

60

Muhammad Idris, "Mari Elka: Ada E-Commerce, UKM Bisa Jualan Sampai ke China,"

http://finance.detik.com/read/2016/08/04/160826/3268572/4/mari-elka-ada-e-commerce-ukm-bisa-jualan-sampai-ke-china, diunduh pada 1 Agustus 2016 pukul 11.15


(27)

DVD, VCD bajakan dan lain-lain. Masifnya pembajakan ini jelas sangat merugikan perekonomian61 dan harus diberantas, karena dengan berkurang/hilangnya pelanggaran hak cipta di Indonesia maka akan menarik para investor, khusunya investor dari luar negeri untuk menanamkan modal dan membuka usaha di Indonesia sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Terbukanya lapangan kerja ini dalam skala makro akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.62

Apabila kita kita mengetik kata "bajakan" pada kolom pencarian di situs jual beli online tokopedia, akan muncul berbagai barang bajakan yang diperdagangkan seperti kaset, komik, dan novel.63 Demikian pula pada forum populer Forum Jual Beli (FJB) di situs Kaskus, pencarian kata "bajakan" memberikan hasil 2.179 thread64yang menjual barang bajakan seperti DVD, Blu-ray, dan CD yang berisi karya sinematografi baik karya dalam negeri maupun mancanegara.65 Kebanyakan diantara thread tersebut memasang gambar keterangan "udah laku gan"66yang berarti barang (bajakan) telah terjual.

Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh sistem hukum di seluruh dunia, terutama Eropa67 akhir-akhir ini adalah bagaimana menjawab tanggung jawab perantara online atas pelanggaran hak kekayaan intelektual yang terjadi pada sistem elektronik/platform mereka.

61

Berdasarkan studi Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) bekerjasama dengan LPEM FEUI, ditemukan bahwa kerugian ekonomi berupa kehilangan potensi pendapatan pajak tidak langsung dari penjualan ciptaan asli bagi negara, maupun berbagai ancaman keamanan dan potensi kerugian yang membayangi para konsumen pengguna, lihat Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan, "Polisi Khusus Anti Pembajakan Segera Dibentuk,"

http://miap.or.id/main/berita/detail.php?detail= 20091230153422, diunduh pada 4 Agustus pukul 17.30

62

Direktorat Reserse Kriminal Khusus, "Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual,"

http://www.reskrimsus.metro.polri.go.id/info/informasi/Pelanggaran-Hak-Kekayaan-Intelektual, diunduh pada 4 Agustus 2016 pukul 18.00

63

Tokopedia, "bajakan," https://www.tokopedia.com/search?st=product&q=bajakan, diunduh pada 11 April 2016 pukul 14.00

64

Thread adalah sebuah kumpulan kiriman/posting (group of posts) yang digunakan sebagai percakapan diantara pengguna forum online, lihat Digital Media Law Project, "What is Forum, Thread, etc?"http://www.dmlp.org/faq/what-forum-thread-etc, diunduh pada 7 Juli 2016 pukul 17.30

65

Kaskus, "bajakan," http://www.kaskus.co.id/search/fjb?q=bajakan&forumchoice=, diunduh pada 7 Juli 2016 pukul 18.00

66

Istilah informal untuk "(barang) sudah laku terjual, juragan"

67

Christina Angelopoulos, "Sketching the Outline of a Ghost: The Fair Balance between Copyright and Fundamental Rights in Intermediary Third Party Liability," Info - The journal of Policy, Regulation and Strategy for Telecommunications, Information and Media, (Volume 17, Issue 6, 2015), hal 72.


(28)

Pelanggaran hak kekayaan intelektual ini seringkali terjadi tanpa sepengetahuan pengelola dan/atau pemilik.68

Pada tempat perdagangan online, konten69 diciptakan oleh pihak ketiga. Ketiadaan persetujuan antara pihak ketiga/penjual dan pemegang hak cipta menyebabkan risiko pelanggaran hak cipta pada tempat perdagangan online.70 Permasalahan ini lebih diperkeruh dengan adanya bermacam-macam model bisnis71 dalam perdagangan online sehingga diperlukan adanya pengaturan spesifik mengenai pertanggungjawaban pengelola perdagangan online dalam hal terdapat penjualan barang-barang yang melanggar hak cipta. Walaupun pelanggaran hak kekayaan seringkali terjadi tanpa sepengetahuan perantara online, khususnya pengelola perdagangan online, namun mereka tetap dapat dimintai pertanggungjawaban karena kelalaian mereka yang telah menyediakan "tempat" untuk berdagang barang yang melanggar hak cipta. Dengan kata lain, pengelola tempat perdagangan online telah melakukan pelanggaran tidak langsung (indirect infringement) berupacontributory infringement.

Berbagai permasalahan diatas sulit untuk diselesaikan karena sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang secara gamblang mengatur mengenai tanggungjawab pengelola perdagangan online. Oleh karea itu, hal ini patut menjadi perhatian pemerintah, masyarakat dan pelaku perdaganganonline.

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yang berjudul Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Online adalah sebagai berikut:

68

Trevor Cook, "Online Intermediary Liability in the European Union", Journal of Intellectual Property Rights, (Vol 17, March 2012), hal 157.

69

Konten ataucontentdalam Bahasa Inggris merupakan informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium seperti internet, televisi, bahkan acara langsung seperti konferensi dan siaran langsung. Lihat Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal 301.

70

PSA Legal Counsellors, "India: Legal Issues In E-Commerce: Think Before You Click!", http://www.mondaq.com/india/x/299686/IT+internet/Legal+Issues+In+ECommerce+ Think+Before+You+Click, diunduh pada 1 Agustus 2016 pukul 15.00

71

TutorialsPoint, E-Commerce Business Models, http://www.tutorialspoint.com/ e_commerce/e_commerce_business_models.htm, diunduh pada 1 Agustus 2016 pukul 15.30


(29)

1) Bagaimana pengaturan di negara lain mengenai tempat perdagangan online yang menjual barang yang melanggar hak cipta?

2) Apakah Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta juga mengatur mengenai tempat perdagangan online?

3) Bagaimana pertanggungjawaban pengelola tempat perdagangan online yang melakukan pembiaran terhadap penjualan barang yang melanggar hak cipta?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian berjudul Tanggung Jawab Pengelola Tempat Perdagangan Online atas Pelanggaran Hak Cipta ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui aturan tentang tanggung jawab pengelola tempat perdagangan online apabila terjadi pelanggaran hak cipta di negara lain yang kondisi pembajakannya kurang lebih sama seperti Indonesia 2) Mengetahui ruang lingkup Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 Tentang Hak Cipta

3) Mengetahui indikator pengelola tempat perdagangan online yang melakukan pembiaran penjualan barang yang melanggar hak cipta

1.4. Kerangka Teori

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual adalah salah satu langkah bagi bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 akan menuju era pasar bebas. Salah satu contoh Hak Kekayaan Intelektual yang harus dilindungi ialah hak cipta. Istilah hak cipta itu sendiri terdiri dari dua kata, yakni hak dan cipta. Kata “hak” yang

sering dikaitkan dengan kewajiban berarti suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak digunakan.

Sedangkan kata “cipta”mengarah pada hasil kreasi manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada padanya berupa pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karena itu, hak cipta berkaitan dengan intelektualitas manusia yang berupa hasil kerja otak.72

72


(30)

Tingkat kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu melalui penggunaan otak (pikiran, perasaan, pengetahuan dan pengalaman) berbeda-beda. Pada faktanya tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama dalam menciptakan sesuatu. Selain itu tidak semua orang mempunyai cukup waktu, tenaga, serta pikiran untuk menghasilkan produk intelektualitas yang bernilai. Faktor penggunaan otak inilah yang menyebabkan adanya perlindungan hukum bagi orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Akan tetapi, penggunaan otak saja tidak cukup karena syarat utama agar suatu karya mendapatkan perlindungan hak cipta adalah karya tersebut bukan hanya berupa ide saja; karya tersebut haruslah suatu ide yang telah diekspresikan dengan kata lain telah memiliki bentuk nyata/fiksasi.73

Terkait hak cipta ini, Belinda Rosalina mencoba mengutip Labor Theory dari John Locke. John Locke berpendapat bahwa seseorang yang telah bekerja memiliki hak untuk memperoleh hasil kerjanya. Hal inilah yang membuat munculnya konsep hak cipta, yaitu pemberian penghargaan kepada pencipta berupa hak untuk memanfaatkan ciptaannya atau mengizinkan orang lain untuk memanfaatkan ciptaan tersebut. Labor Theory dari John Locke ini tidak dapat berhenti pada tahapan pemberian penghargaan saja. Manusia tidak mampu hidup hanya dengan satu benda di tangannya. Manusia harus melakukan tukar-menukar atau barter property yang dimilikinya agar hidupnya menjadi lebih nyaman. Kegiatan tukar-menukar tersebut dilakukan dengan manusia lain. Perjalanan tukar-menukar ini memperkenalkan konsep uang kepada manusia. Kepemilikan uang satu manusia dengan manusia lain berbeda, sehingga timbul perselisihan antar manusia. Berdasarkan situasi ini, menurut John Locke Belinda Rosalina, maka dibentuklah pemerintahan sipil untuk mengatur dan mencegah perselisihan.74

Negara kemudian berusaha mengatur objek hak cipta selaku Hak atas dengan membuat aturan-aturan dalam perundang-undangan. Aturan-aturan negara

73

Ibid., hal 2

74

Belinda Rosalina,Perlindungan Karya Arsitektur berdasarkan Hak Cipta, (Bandung: PT Alumni, 2010), hal 37.


(31)

tersebut berusaha menyeimbangkan antara kepentingan individu dan kepentingan publik.75 Berangkat dari hal inilah, teori John Locke akan dibenturkan dengan pelanggaran hak cipta yang terjadi di tempat perdagangan online, sebagaimana menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

Penelitian ini tidak hanya membahas mengenai hak cipta, melainkan juga membahas tentang penemuan hukum. Untuk menjelaskan mengenai penemuan hukum, penulis menggunakan teori interpretasi hukum yang dikemukakan oleh Sudikno Mertosukusumo. Menurut beliau, peraturan perundang-undangan sifatnya tidak lengkap. Tidak ada dan tidak mungkin terdapat peraturan perundang-undangan yang lengkap selengkap-lengkapnya dan jelas sejelas-jelasnya. Ketidaklengkapan, ketidakjelasan, atau kekosongan hukum itu dapat diatasi dengan adanya penemuan hukum. Secara sederhana, kegiatan penemuan hukum menemukan hukum karena hukumnya sendiri tidak lengkap atau tidak jelas.76

Penemuan hukum lazimnya dilakukan oleh hakim, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh dosen serta peneliti hukum dan mahasiswa. Mereka melakukan penemuan hukum dalam penulisan dan pembahasan karya tulis. Hasil penemuan hukum mereka sifatnya teoretis, sehingga tidak memiliki kekuatan mengikat melainkan merupakan sumber hukum doktrin.77

Menurut Prof. Sudikno, terdapat delapan metode interpretasi yaitu interpretasi gramatikal, historis, teleogis, logis, komparatif, antisipatif atau futuristis, restriktif, dan ekstensif. Penelitian ini menggunakan tiga jenis interpretasi yaitu interpretasi gramatikal, historis, dan teleogis dalam mencoba memahami Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

1.5. Kerangka Konseptual

Suatu definisi operasional diperlukan untuk menghindarkan perbedaan penafsiran antara istilah-istilah yang sering digunakan dalam skripsi ini. Berikut ini adalah definisi operasional dari istilah-istilah tersebut:

75

Ibid.

76

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, (Jogjakarta: Liberty, 2009), hal 26

77


(32)

1) Hak cipta: hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.78

2) Pencipta: seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi79

3) Ciptaan: setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.80 Dengan demikian, dalam lingkup hak cipta, ciptaan yang mendapatkan perlindungan hanya ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra saja. Ciptaan mendapatkan perlindungan karena merupakan hasil kerja otak si pencipta yang telah menggunakan kreativitas dan orisinalitas.

4) Pemegang hak cipta: pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah81

5) Penggandaan: proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara82

6) Pendistribusian: penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait83

7) Perdagangan: tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara

78

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

79

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

80

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

81

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

82

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

83


(33)

dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi84

8) Pembajakan: penggandaan ciptaan dan/atau produk hak terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi.85 Tingkat pembajakan di Indonesia sudah tinggi mulai dari tahun 1970-an yang ditandai denga maraknya pembajakan lagu dari berbagai musisi Amerika Serikat.86

9) Penemuan hukum proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas menerapkan hukum terhadap peristwa-peristiwa hukum yang konkret. Dengan kata lain,merupakan proses konkretisasi atau individualisasi peraturan hukum (das sollen) yang bersifat umum dengan mengingat akan peristiwa konkret (das sein) tertentu. Yang penting dalam penemuan hukum adalah bagaimana mencarikan atau menemukan hukum untuk peristiwa kongkret.

10) Tindak pidana—yang juga sering disebut perbuatan pidana—adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulka oleh kelakukan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan pada orang yang menimbulkan kejadian itu.87 11) Kemampuan bertanggungjawab merupakan hal mengenai jiwa

seseorang yang diperlukan dalam hal untuk dapat menjatuhkan pidana, dan bukan untuk terjadinya tidak pidana.88

84

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

85

Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

86

Agus Sardjono,Membumikan HKI di Indonesia, (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), hal 4.

87

Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana, cet. 8, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 59.

88

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, cet. 5, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal 146.


(34)

1.6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah cara mencari dan menemukan pengetahuan yang benar yang dapat dipakai untuk menjawab suatu masalah. Dalam kegiatan keilmuan yang dibilangkan sebagai kegiatan sains ini, cara pencarian sangat dikontrol ketat dan penuh disiplin. Semua itu demi diperolehnya hasil informasi-informasi serta simpulan-simpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut tolak ukur sains.89

Peter Mahmud Marzuki merumuskan penelitian hukum sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.90 Pembedaan model penelitian hukum terspesialisasi menjadi dua, yaitu antara penelitian hukum yang dikatakan normatif (khusus untuk meneliti hukum sebagai norma positif as it is written in the books) dan penelitian hukum yang dikatakan empiris (khusus untuk meneliti hukum dalam wujudnya sebagai nomos, as it is observed in society).91 Sekalipun pembedaan dua jenis penelitian hukum dengan penyebutan “penelitian normatif” dan “penelitian empiris” ini telah terlanjur populer dan terus

dipopulerkan dalam wacana keilmuan hukum di Indonesia, namun sejak awal orang harus mengetahui bahwa penyebutan seperti itu kurang tepat benar. Akan

kita ketahui nanti bahwa apa yang disebut “penelitian normatif” itu acap kali

meninggalkan tataran normatifnya yang positif untuk menggapai tataran-tataran doktrin (atau ajaran) hukumnya juga. Sedangkan apa yang disebut “penelitian empiris” acap kali mengajuk ranah-ranah simbolis yang ada di balik nomos yang

tersimak itu. Penyebutan “penelitian doktrinal” dan “penelitian nondoktrinal” –

yang pada kenyataannya nanti akan merupakan penelitan sosial mengenai hukum

–kiranya akan lebih tepat.92

89

Soetandyo Wignjosoebroto sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Valerine J. L. K., S.H., M.A,Penelitian Hukum dan Hakikatnya sebagai Penelitian Ilmiah, Diktat Kuliah MPH Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang disusun dan dikumpulkan oleh Prof. Dr. Valerine J. L. K., S.H., M.A., 2014.

90

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hal 35.

91

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Masalah, (Jakarta: ELSAM, 2002), hal 62.

92


(35)

Penelitian hukum doktrinal adalah penelitian-penelitian atas hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut sang pengkonsep dan/atau sang pengembangnya. Ada berbagai doktrin yang pernah dianut dan dikembangkan dalam kajian-kajian hukum, mulai dari doktrin klasik – yang dikenali sebagai doktrin (atau aliran) hukum alam kaum filosof dan doktrin (atau aliran) positifisme para yuris-legis sampai ke doktrin historis dan doktrin realisme-fungsionalisme para ahli hukum yang terbilang kaum realis. Berikut ini akan dipaparkan berturut-turut metode doktrinal yang dikenal dalam aliran hukum alam, metode doktrinal yang dianut kaum positivis (yang juga disebut kaum legis itu), dan kemudian juga metode doktrinal yang ditradisikan di kalangan para ahli hukum yang berpaham fungsionalis-realisme. Di Indonesia, metode doktrinal ini terlanjur secara lazim disebut sebagai metode penelitian yang normatif, untuk melawankan dengan metode penelitian yang dikatakan terbilang empiris (yang di dalam literatur internasional disebut penelitian nondoktrinal).93

Sedangkan penelitian hukum non-doktrinal terjadi karena dalam kehidupan yang mulai banyak mengalami perubahan-perubahan transformatif yang amat cepat, terkesan kuat bahwa hukum (positif) tak dapat berfungsi efektif untuk menata perubahan dan perkembangan.94 Tak ayal lagi, berbagai cabang ilmu-ilmu sosial – khususnya sosiologi yang akhir-akhir ini mulai banyak mengkaji dan meneliti ihwal perubahan-perubahan sosial –"dipanggil" untuk ikut menyelesaikan berbagai masalah dan perubahan sosial yang amat relevan dengan permasalahan hukum. Ilmu-ilmu sosial –yang mulai "ditengok" dalam kerangka ajaran sociological jurisprudence mulai banyak pula dimanfaatkan untuk memungkinkan usaha memperbaharui dan memutahirkan norma-norma hukum. Kajian-kajian sociology of law – dengan metode sosialnya yang nomologis-induktif – kini dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menganalisis dan memberikan jawaban tentang masalah keefektifan bekerjanya seluruh struktur institusional hukum.95 Dengan demikian, menurut konsepnya, hukum akan dapat diamati. Kalau demikian halnya, hukum yang dikonsepkan secara sosiologis ini akan dapat dijadikan objek penelitian yang dikerjakan secara saintifik,

non-93

Ibid.

94

Ibid., hal 69.

95


(36)

doktrinal, dan tidak akanlagi dijadikan "sekadar" objek penggarapan untuk menyusun sistem normatif yang koheren belaka (atas daar prosedur logika yang deduktif semata-mata, dengan premis-premis yang diperoleh dari bahan-bahannya (yang primer atau yang sekunder) atau dari sumber-sumbernya di ranah normatif (baik yang formil maupun yang materiil). Perubahan konsep hukum–dari konsep positivistis ke konsep empiris-sosilologi – ini tak pelak akan menimbulkan konsekuensi metodologis yang cukup jauh juga, yaitu digunakannya metode saintifik untuk pengkajian dan penelitiannya.96

1.6.1. Pendekatan Masalah

Dalam suatu penelitian hukum, terdapat suatu pendekatan dimana peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang akan dicari jawabannya.97 Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual dan komparatif. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktin yang berkembang di dalam ilmu hukum.98 Dengan mempelajari pandangan tentang penemuan hukum dan kesalahan dalam hukum pidana, peneliti akan menemukan ide tentang maksud pembuat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta serta menentukan indikator pembiaran. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan komparatif yang membandingkan undang-undang suatu negara dengan undang-undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama. Undang-undang yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah undang-undang hak cipta Indonesia dengan India, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan The Information Technology 2008 (IT Act 2008) of India.

1.6.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk normatif, dimana penelitian ini mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Undang-Undang IT India yaitu The Information Technology 2008 (IT Act 2008). Menurut Ronald Dworkin sebagaimana dikutip Bismar Nasution,

96

Ibid.

97

Peter Mahmud Marzuki,op. cit., hal 93.

98


(37)

penelitian normatif ini disebut juga dengan penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun sebagai law as it decided by judge through judicial process.99

1.6.3. Metode Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu metoda pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya menghasilkan suatu hal yang menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu.100 Pada suatu penelitian, umumnya dikenal tiga jenis metode pengumpulan data yaitu studi kepustakaan, wawancara atau interview, serta observasi. Penelitian ini menggunakan ketiga jenis pengumpulan data diatas.

Metode pengumpulan data secara studi kepustakaan dilakukan dengan meneliti data sekunder yaitu data yang telah dalam keadaan siap pakai, bentuk dan isinya telah disusun penulis terdahulu dan dapat diperoleh tanpa terikat waktu dan tempat.101 Data sekunder yang akan digunakan berupa bahan pustaka hukum, yang terdiri dari:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum berupa norma dasar, peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan norma hukum yang ada.102 Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Information Technology Act 2008 of India (IT Act 2008). 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya.103 Bahan hukum sekunder dicari dari berbagai perpustakaan, baik yang disediakan secara konvensional (offline) maupun online. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku yang membahas tentang mengenai hak

99

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum dan Hasil Penulisan pada Majalah Akreditasi, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2002), hal 2.

100

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal 116.

101

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet. 6 (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2001), hal 37.

102

Ibid., hal 30.

103


(38)

kekayaan intelektual pada umumnya dan hak cipta pada khususnya, serta buku-buku yang membahas mengenai penemuan hukum dan pembiaran dalam konteks pidana.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.104 Dalam penelitian ini, bahan hukum tersier yang digunakan adalah berbagai kamus yaitu kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia, dan kamus Bahasa Inggris

Selain menggunakan studi kepustakaan, penulis juga menggunakan wawancara pada narasumber untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai hal-hal yang terdapat dalam bahan kepustakaan, serta juga hal-hal yang tidak dapat ditemukan dalam bahan kepustakaan. Wawancara sendiri adalah sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran aturan, tanggungjawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi.105

Orang yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah seorang PNS di Seksi Pertimbangan Hukum Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM. Bapak Andi Kurniawan dipilih karena merupakan seseorang yang bekerja di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual sebagai leading sector dan pemrakarsa penyusunan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta sehingga dianggap mengetahui sejarah penyusunan undang-undang tersebut dan dapat menafsirkan maksud Pasal 10. Wawancara terhadap Bapak Andi Kurniawan dilakukan secara langsung atau tatap muka di kantor Kementerian Hukum dan HAM karena beberapa kelebihan tatap muka berikut:106

1. Dapat membangun hubungan dan memotivasi responden

2. Dapat mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, serta menambah pertanyaan baru

3. Dapat membaca isyarat non verbal 4. Dapat memperoleh banyak data

104

Ibid.

105

Haris Herdiansyah,op.cit., hal 118.

106

Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal 58


(1)

Irawan, Deny. "Jual Ginjal Rp 50 Juta, Fahmi Kena Delik Hukum," http://metro.sindonews.com/read/727384/31/jual-ginjal-rp50-juta-fahmi-kena-delik-hukum-1363268249. Diunduh pada 17 September 2016.

Investopedia. "Market," http://www.investopedia.com/terms/m/market.asp. Diunduh pada 20 Agustus 2016.

IZBERG Marketplace. "10 Huge Differences Between Marketplaces And E-commerce Websites," http://www.izberg-marketplace.com/10-

huge-differences-between-marketplaces-and-e-commerce-websites/. Diunduh pada 2 Agustus 2016.

JagatReview, "Direct Release: Biarkan Penjualan Produk Bajakan, Pengelola Pusat Perbelanjaan Dapat Didenda Hingga 100 Juta Rupiah,"

http://www.jagatreview.com/2015/05/direct-release-biarkan- penjualan-produk-bajakan-pengelola-pusat-perbelanjaan-dapat-didenda-hingga-100-juta-rupiah/. Diunduh pada 5 Agustus 2016. Kant, Indra. "Five Hindi Films Leaked Online Before Release,"

http://www.indrakant.com/blog/five-hindi-films-leaked-online-before-release.html. Diunduh pada 16 Agustus 2016.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. "UU Hak Cipta Resmi Disahkan, Seniman Indonesia Lebih Hidup dan Dihargai di Negeri Sendiri," hhttp://www.kemenkumham.go.id/v2/berita/304-uu-hki-resmi- disahkan-seniman-indonesia-lebih-hidup-dan-dihargai-di-negeri-sendiri. Diunduh pada 11 April 2016.

Kaskus. "Bajakan," http://www.kaskus.co.id/search/fjb?q=bajakan&forumchoice. Diunduh pada 7 Juli 2016.

Kaskus, "Sejarah Kaskus," https://bantuan.kaskus.co.id/hc/id/articles/214603738-Sejarah-KASKUS. Diunduh pada 22 September 2016.

Kaskus, "Kaskus Terms of Service,"

http://www.kaskus.co.id/about/terms_of_service. Diunduh pada 27 September 2016.

Kelas Indonesia. "Pengertian dan Contoh Kata Berimbuhan Lengkap," http://www.kelasindonesia.com/2015/04/pengertian-dan-contoh-kata-berimbuhan-lengkap.html. Diunduh pada 24 Agustus 2016. KSAT. "Woman Charged With Injury to Child by Omission in Murder of Her

Son," http://www.ksat.com/news/woman-charged-with-injury-to-child-by-omission-in-murder-of-her-son. Diunduh pada 23 September 2016.

Lang, Brian. "Brick and Mortar vs Online Businesses," http://www.smallbusinessideasblog.com/brick-and-mortar-vs-online. Diunduh pada 15 September 2016.


(2)

http://print.kompas.com/baca/2015/07/21/Penetrasi-Internet-Belum-Merata. Diunduh pada 10 April 2016.

Manan, Abdul. "Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Praktek Hukum Acara di

Peradilan Agama,"

http://www.pta-medan.go.id/attachments/076_PENEMUAN%20HUKUMOLEH% 20HAKIM-AM.pdf. Diunduh pada 21 Agustus 2016.

Marple, Nigel. "Kim Dotcom plans to relaunch Megaupload in 2017 after giving up on Mega," https://www.rt.com/news/350735-megaupload-relaunch-kim-dotcom/. Diunduh pada 15 Agustus 2016.

Masnick, Mike. "Nanotech Excitement Boosts Wrong Stock," https://www.techdirt.com/articles/20031204/0824235.shtml.

Diunduh pada 20 September 2016.

Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan. "Polisi Khusus Anti Pembajakan Segera Dibentuk,"

http://miap.or.id/main/berita/detail.php?detail=20091230153422 diunduh pada 4 Agustus 2016.

McKnight, Brent. "Two Of The Biggest Oscar Contenders Just Got Leaked Online," http://www.cinemablend.com/new/Two-Biggest-Oscar-Contenders-Just-Got-Leaked-Online-101367.html. Diunduh pada 16 Agustus 2016.

Merriam-Webster. "Marketplace," http://www.merriam-webster.com/dictionary/marketplace. Diunduh pada 20 Agustus 2016.

Mukherjee, Saurav. "Flipkart Beats Amazon, IRCTC to Emerge as Most Popular

Website of 2015, Reveals Google,"

http://www.india.com/news/india/flipkart-beats-amazon-irctc-to-emerge-as-most-popular-website-of-2015-reveals-google-790407/. Diunduh pada 2 Agustus 2016.

Mullin, Joe. "eBay: Punished in Paris, Exonerated in Manhattan," http://thepriorart.typepad.com/the_prior_art/2008/07/ebay-tiffany-decision.html. Diunduh pada 2 November 2016.

Mybroadband. "Pirated Movie Release Types," http://mybroadband.co.za/news/ internet/180108-pirated-movie-release-types.html. Diunduh pada 21 September 2016.

Nasaw, Daniel. "Upcoming X-Men Movie Leaked Online Ahead of Release", https://www.theguardian.com/world/2009/apr/02/wolverine-xmen-leak-online-piracy. Diunduh pada 16 Agustus 2016.

NASDAQ. "AMZN," http://www.nasdaq.com/symbol/amzn. Diunduh pada 1 November 2016.


(3)

Noviandari, Lina. "Infografis Statistik Pengguna Internet dan Media Sosial Terbaru di Indonesia," https://id.techinasia.com/talk/statistik-pengguna-internet-dan-media-sosial-terbaru-di-indonesia. Diunduh pada 11 April 2016.

Noviadhista, Ulwan Fakhri. "CEO BukaLapak Buka-Bukaan Soal Sumber Pendapatan BukaLapak.com," http://www.techno.id/startup/ceo- bukalapak-buka-bukaan-soal-sumber-pendapatan-bukalapakcom-1509227.html. Diunduh pada 12 September 2016.

Nugroho, Aditya. "Macam-Macam Metode Transaksi Jual-Beli Online di Indonesia," http://www.aditya-web.com/2014/06/macam-macam-transaksi-jual-beli-online-di-indonesia.html. Diunduh pada 17 September 2016.

Organisation for Economic Co-operation and Development. "About The OECD," http://www.oecd.org/about. Diunduh pada 3 September 2016. Organisation for Economic Co-operation and Development. "Measuring

Electronic Commerce," https://www.oecd.org/sti/2093249.pdf. Diunduh pada 3 September 2016.

Pinterest. "All About Pinterest," https://help.pinterest.com/en/guide/all-about-pinterest. Diunduh pada 16 Agustus 2016.

Pratama, Aditya Hadi. "[Update] Kumpulan Toko Online Populer di Indonesia," https://id.techinasia.com/toko-online-populer-di-indonesia.

Diunduh pada 10 September 2016.

Pryanka, Adinda. "Bisnis Online: Tanggung Jawab Penjual Harus Jelas," http://www.harnas.co/2015/12/30/bisnis-online-tanggung-jawab-penjual-harus-jelas. Diunduh pada 15 Oktober 2016.

PSA Legal Counsellors. "India: Legal Issues In E-Commerce: Think Before You Click!,"

http://www.mondaq.com/india/x/299686/IT+internet/Legal+Issue+ In+ECommerce+Think+Before+You+Click. Diunduh pada 1 Agustus 2016.

Rayda, Nivell. "Now Playing: Indonesia's Piracy Problem Takes on a New Dimension Online," http://jakartaglobe.beritasatu.com/news/now-playing-indonesias-piracy-problem-takes-new-dimension-online/. Diunduh pada 2 Agustus 2016.

Riyanto, Teguh. "Pemasaran Online vs Offline," http://zahiraccounting.com/id/blog/pemasaran-online-vs-offline. Diunduh pada 12 September 2016.


(4)

Semakin Berkembang," http://nasional.kompas.com/read/2014/09/16/23064811/UU.Hak.Ci pta.Disahkan. untuk.Dorong.Industri.Kreatif.Semakin.Berkembang. Diunduh pada 25 September 2016.

Saleh, Yudhistira Amran. "Jakarta Surga DVD/VCD Bajakan, Mudah

Mencarinya Bahkan di Mal Ternama,"

http://news.detik.com/berita/2917840/jakarta-surga-dvd-vcd-bajakan-mudah-mencarinya-bahkan-di-mal-ternama. Diunduh pada 11 April 2016.

Sareen, Pooja. "Flipkart in the Spotlight Again for Selling Copyright Infringing Products," https://inc42.com/buzz/flipkart-copyright-issues/. Diunduh pada 27 Oktober 2016

Seagate. "Syarat e-Commerce dan RMA Seagate,"

http://www.seagate.com/id/id/support/warranty-and-replacements/ecommerce-terms/. Diunduh pada 19 September 2016.

Senjaya, Immanuel Citra. "Puluhan Ribu VCD-DVD Bajakan di Semarang Disita," http://www.antarajateng.com/detail/puluhan-ribu-vcddvd-bajakan-di-semarang-disita-.html. Diunduh pada 11 April 2016. Sharma, Ashwini Kumar. "Clicks Overtake Footfalls in Realty,"

http://www.livemint.com/Money/TwEw39IsEAw9hC7F76gz7L/Cl icks-overtake-footfalls-in-realty.html. Diunduh pada 1 Agustus 2016.

Shetty, Hari. "Digital Versus Bricks and Mortar," http://www.wipro.com/blogs/digital-versus-bricks-and-mortar/. Diunduh pada 14 September 2016.

Shopee. "Syarat Layanan," https://shopee.co.id/legaldoc/termsOfService/. Diunduh pada 2 Agustus 2016.

Simamora, Elvidaris. "DVD/VCD Bajakan Menjamur hingga Mall dan Plaza," http://www.medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2011/06/08/373 43/dvd-vcd-bajakan-menjamur-hingga-mall-dan-plaza. Diunduh diunduh pada 11 April 2016.

Statista. "Statistics and Market Data on C2C e-Commerce," https://www.statista.com/markets/413/topic/983/c2c-e-commerce/. Diunduh pada 20 September 2016.

Tandon, Kajal dan Pande, Akshat. "India: Liability Or Immunity ? E-Commerce Marketplaces And Infringement Of IP Rights," http://www.mondaq.com/india/x/433166/Trademark/Liability+Or+ Immunity+ECommerce+Marketplaces+And+Infringement+Of+IP +Rights. Diunduh pada 12 Agustus 2016.


(5)

Tanuwijaya, William. "Dibalik Nama Tokopedia," https://blog.tokopedia.com/ 2009/06/dibalik-nama-tokopedia-2/. Diunduh pada 22 September 2016.

Tanuwijaya, William. "Mengapa Tokopedia Gratis?," https://blog.tokopedia.com/2015/05/mengapa-tokopedia-gratis/. Diunduh pada pada 22 September 2016

The Free Dictionary. "Omission," http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/ omission. Diunduh pada 23 September 2016.

The Observatory of Economic Complexity, "Brazil," http://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/bra/. Diunduh pada 27 Agustus 2016.

The White House. "Fact Sheet: The U.S.-Brazil Economic Relationship," https://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/03/15/fact-sheet-us-brazil-economic-relationship. Diunduh pada 27 Agustus 2016.

Tokopedia. "About," https://www.tokopedia.com/about. Diunduh pada 2 Agustus 2016.

Tokopedia. "bajakan," https://www.tokopedia.com/search?st=product&q= bajakan. Diunduh pada 2 Oktober 2015.

Tokopedia. "Buka Toko,"https://www.tokopedia.com/myshop.pl. Diunduh pada 2 Agustus 2016.

Tokopedia. "Ngaku Toppers? Udah Tahu Belum 6 Fakta Rahasia seputar Tokopedia Ini?," https://blog.tokopedia.com/2015/08/ngaku-toppers-udah-tahu-belum-6-fakta-rahasia-seputar-tokopedia-ini. Diunduh pada 22 September 2016

Tokopedia, "Tokopedia Gold Merchant," https://gold.tokopedia.com/. Diunduh pada 12 September 2016.

Tokopedia, "Tokopedia TopAds," https://www.tokopedia.com/iklan. Diunduh pada 12 September 2016.

TutorialsPoint. "E-Commerce Business Models," http://www.tutorialspoint.com/e_commerce/e_commerce_business _models.htm. Diunduh pada 1 Agustus 2016.

United States Trade Representative. "2001 Special 301 Report Priority Watch

List," http://www.ipop

hil.gov.ph/images/IPEnforcement/Special301Review/2001USTRS pecial301Report.pdf. Diunduh pada 10 April 2016.

Walsh, Mark. "The Future of e-Commerce: Bricks and Mortar," https://www.theguardian.com/business/2016/jan/30/future-of-e-commerce-bricks-and-mortar. Diunduh pada 14 September 2016.


(6)

Say," http://www.ksat.com/news/man-frustrated-about-unemployment-kills-4-year-old. Diunduh pada 23 September 2016. White, Tyler. "Pregnant Mother Arrested on Felony Charge in Connection to

Death of 4-Year-Old Son,"

www.mysanantonio.com/news/local/crime/article/Pregnant-mother -arrested-on-felony-charge-in-9211212.php. Diunduh pada 23 September 2016.

Wibisono, Kunto. "Indonesia Teratas Dalam Daftar Pembajakan Hak Cipta di Asia," http://www.antaranews.com/berita/217697/indonesia-teratas-dalam-daftar-pembajakan-hak-cipta-di-asia. Diunduh pada 10 April 2016.

Wicaksono, Bayu Adi dan Nugraha, Bayu. "Pembajak Film Warkop DKI Reborn

Pakai Bigo dan Youtube,"

http://metro.news.viva.co.id/news/read/820260-pembajak-film-warkop-dki-reborn-pakai-bigo-dan-youtube. Diunduh pada 21 September 2016.

Wiktionary. "Membiarkan," https://id.wiktionary.org/wiki/membiarkan. Diunduh pada 26 September 2016.

Wired News. "Why GM Is Going E-Crazy," http://archive.wired.com/techbiz/media/news/2000/06/37155. Diunduh pada 20 Juli 2016.

World Intellectual Property Organization. “What Is Intellectual Property?”, http://www.wipo.int/about-ip/en/. Diunduh pada 4 Januari 2016. World Intellectual Property Organization. "WIPO Internet Treaties,"

http://www.wipo.int/copyright/en/activities/internet_treaties.html. Diunduh pada 27 Oktober 2016.

Zulfikar, Muhammad. "Toko di Pusat Perbelanjaan Disarankan Pasang Sticker

Bebas Produk Palsu,"

http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/04/09/toko-di-pusat-perbelanjaan-disarankan-pasang-sticker-bebas-produk-palsu. Diunduh pada 5 Agustus 2016.

Zwart, Melissa de dan Dissel, Beatrix van. "Australian Creators and Online

Intermediary Liability,"

http://www.copyright.org.au/acc_prod/AsiCommon/Controls/BSA/ Downloader.aspx?iDocumentStorageKey=3b955e6f-bd05-4c0d-

9a40-75eca913c44e&iFileTypeCode=PDF&iFileName=Australian%20C reators%20and%20Online%20Intermediary%20Liability. Diunduh pada 1 Agustus 2016.