suku bunga yang sangat tinggi yaitu sampai mendekati 100 persen. Untuk bank-bank yang lain,
satu-satunya jalan yang terbuka adalah mengajukan permintaan bantuan likuiditas kepada BI.
Pada saat itu, rupiah terus menderita tekanan karena perkembangan masalah yang juga
menyangkut ketidakpastian sosial politik, seperti beredarnya isu memburuknya Presiden pada minggu
ketiga Desember 1997. Kemudian preferensi Presiden mengajukan Prof. Habibie sebagai calon
wakil presiden pada Januari 1998. Ketika itu, perbankan luar negeri mulai menunjukkan
ketidakpercayaan mereka terhadap bank-bank nasional. Hal tersebut diikuti dengan penghentian
pemberian fasilitas kredit kepada banyak bank nasional serta penolakan LC yang dibuka bank-bank
nasional. Mendekati akhir Januari 1998, ketidakpastian pasar diperkuat dengan munculnya
isu akan diterapkannya sistem nilai tukar tetap dengan suatu dewan mata uang CBS.
Situasi mulai lebih memanas setelah makin banyak tuntutan untuk reformasi ekonomi, sosial,
dan politik di masyarakat. Tuntutan-tuntutan tersebut dalam waktu cepat berkembang menjadi
kerusuhan sosial dengan aksi pembakaran, perampokan dan pemerkosaan di Jakarta dan di
berbagai kota lain. PEristiwa tersebut berakhir dengan mundurnya Presiden Soeharto tanggal 20
Mei 1998. Ketegangan dan kerusuhan sosial terus berlangsung, bahkan setelah pergantian oleh
Presiden B.J. Habibie dan baru mereda akhir Agustus 1998.
2. Jenis-Jenis Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
Perlu kiranya dilihat lebih lanjut apa sebenarnya BLBI, definisinya, landasan
peraturannya, dan maksud yang dituju. BLBI adalah fasilitas Bank Indonesia yang digunakan untuk
menjaga kestabilan sistem pembayaran dan sektor
Penerbit Jawara
51
perbankan agar jangan terganggu karena ketidakseimbangan
mismatch antara penerimaan dan penarikan dana pada bank-bank, baik jangka
pendek maupun panjang. Dalam operasinya, fasilitas yang dimasukkan dalam kategori ini banyak
jenisnya. Masing-masing disusun untuk membantu bank menyelesaikan masalah kekurangan likuiditas
sesuai dengan kondisi bank serta sifat masalah yang dihadapi.
Bantuan likuiditas untuk bank yang di dalam perekonomian negara-negara berkembang,
seperti Indonesia menempakan pelaksanaan sistem pembayaran nasional adalah sangat penting untuk
menjaga kestabilan dan mendukung perkembangan ekonomi nasional sebagai hal yang paling vital.
Karena itu, berbagai tindakan yang dilakukan BI untuk menyelenggarakan kegiatan ini berpedoman
pada posisinya sebagai bank sentral. Bantuan Likuiditas BI BLBI, sebagai
terjemahan dari konsep liquidity supports dalam
perbankan, baru dikenal di Indonesia sejak awal 1998. Berbagai pemberitaan di media massa,
seolah-olah menggarisbawahi kecurigaan adanya keanehan praktik dalam pemberian bantuan
likuiditas ini. Dengan adanya pernyataan, bahwa pemberian bantuan likuiditas ini telah dilakukan BI
sebelumnya sebelum krisis. Istilah BLBI memang baru muncul dan
langsung menjadi bahan pergunjingan di masyarakat. Semenjak Indonesia menjalankan
program pemulihan ekonomi dengan dukungan IMF dalam rangka pinjaman siaga, maka BLBI mulai
dikenal. Dalam dokumen IMF, berbagai fasilitas yang diberikan BI dalam membantu perbankan ini disebut
liquidity supports.
Penerbit Jawara
52
Untuk membedakannya dengan istilah yang sangat dikenal masyarakat, Kredit Likuiditas BI
KLBI, berbagai skim fasilitas bantuan BI kepada perbankan ini disebut Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia BLBI. Pengertian KLBI adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai skim
kredit likuiditas BI untuk mendukung program pemerintah, seperti skim-skim kredit KUD, Kredit
Usaha Tani, kredit koperasi, kredit pengembangan BPR-Syariah, kredit kepada Bulog, dan sebagainya.
Dalam arti yang luas, BLBI merupakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia di luar KLBI.
Akan tetapi, bantuan likuiditas yang termasuk dalam pengertian tersebut sebenarnya meliputi 15
macam fasilitas yang dapat dikelompokkan ke dalam 5 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Fasilitas dalam rangka mempertahankan kestabilan sistem pembayaran terhadap
gangguan dari timbulnya kesenjangan atau mismatch antara penerimaan dan penarikan
dana yang dihadapi bank-bank. Yang termasuk dalam fasilitas ini adalah fasilitas diskonto atau
Fasdis I yang berjangka sangat pendek dan Fasdis II yang berjangka lebih panjang.
b. Fasilitas dalam rangka Operasi Pasar Terbuka OPT untuk mendukung bekerjanya program
moneter, dalam bentuk pembelian Surat-surat Berharga Pasar Uang SPBU atau surat utang
yang dikeluarkan bank-bank dilakukan melalui lelang.
c. Fasilitas dalam rangka penyehatan nursing atau
rescue bank bermasalah dalam bentuk Kredit Likuiditas Darurat KLD dan kredit subordinasi
SOL. d. Fasilitas untuk menjaga kestabilan sistem
perbankan dan sistem pembayaran untuk menanggulangi dampak dari penarikan dana
Penerbit Jawara
53
perbankan secara besar-besaran dan sistemik bank runs, dalam kaitan fungsi BI sebagai
lender of the last resort. Fasilitas ini berupa pemberian izin penarikan dana dari giro
cadangan wajib atau Giro Wajib Minimum GWM, saldo negatif atau saldo debet atau
overdraft rekening bank di BI. e. Fasilitas untuk mepertahankan kepercayaan
masyarakat pada perbankan dalam bentuk dana talangan untuk mebayar kembali dana nasabah
pada bank-bank yang dicabut izin usahanya atau Bank-bank Dalam Likuidasi BDL, untuk
pelaksanaan sistem penjaminan menyeluruh blanket guarantee, dan pembayaran kewajiban
luar negeri bank perbankan nasional trade
finance dan interbank debt exchange ofer.
3. Landasan Hukum BLBI