hak untuk mengesampingkan perkara demi kepentingan umum
20
. Hak untuk mengesampingkan perkara inilah
yang menurut pihak lain itu diperjanjikan dalam MSAA untuk tidak digunakan atau dengan kata lain hak
untuk menuntut tersebut dilepaskan. Implementasi Perjanjian MSAA, MRNIA, APU, dan pemberian SKL
berakhir dengan ketidak mampuan para obligor melaksanakan isi perjanjian dengan pemerintah
sehingga para obligor telah melakukan wanprestasi atau
default.
4. Mekanisme Akta Pengakuan Utang APU
Mekanisme penyelesaian utang BLBI melalui MSAA ternyata mengundang banyak komentar
negatif. Untuk menyempurnakannya kemudian muncul cara baru, yakni penyelesaian kewajiban
pemegang saham pengendali, melalui penandatanganan Akta Pengakuan Utang APU.
Penyelesaian Kewajiban Saham Pengendali PKPS dalam perjanjian APU ini menempuh jalur yang mirip
MSAA. Perbedaaanya dalam PKPS, Pemegang Saham pengendali tetap bertanggung jawab bila penjualan
aset yang diagungkandijaminkan belum mencukupi hutang BLBI-nya. Tanggung jawab itu dilakukan
dengan cara memberikan personal guarantee PG
dan atau corporate guarantee CG. Model PKPS hanya
berhasil menyelesaikan BLBI pada bank-bank Beku Kegiatan Usaha BBKU menarik uang Rp. 3,3 triliun.
5. Konversi BLBI menjadi Penyertaan Modal Sementara PMS
Mekanisme ini mengacu pada Undang- Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007 pasal 3 yang
telah memasukkan ketentuan bahwa antara lain: 20
Oey Hoey Tiong Tinjauan Hukum Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI dan UU Bank Indonesia, Makalah bagian I dari dua tulisan, disampaikan pada lokakarya Bogor,
27-28 Februari 2002.
Penerbit Jawara
136
1 Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham
yang dimiliki. 2 Akan tetapi ketentuan tersebut tidak
diberlakukan jika dipenuhi empat keadaan yang ditentukan secara alternatif, antara lain
pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi.
3 Atau pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan perseroan. 4 Atau pemegang saham yang bersangkutan baik
langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan
perseroan, mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang
perseroan. Konversi BLBI menjadi penyertaan modal
berdasarkan Surat Keputusan Bersama SKB Nomor 117KMK.0171999 dan Nomor 3115KEPGBI, Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia mengenai rekapitalisasi bank-bank dengan status BTO. Untuk
menindaklajuti keputusan bersama tersebut pada tanggal 29 Mei 1999, pemerintah melalui BPPN
merekapitalisasi bank-bank berstus BTO. Mereka adalah BCA, Bank Tiara, Bank Danamon dan Bank
PDFCL. Rekapitalisasi dilakukan dengan jalan mengkonversi BLBI menjadi penyertaan modal.
Konversi BLBI menjadi penyertaan modal sementara mempunyai arti sebagai berikut:
1 Pemerintah mengakui pengalihan BLBI baik jumlah maupun syarat-syaratnya.
2 Posisi pemerintah berubah dari kreditur menjadi pemegang saham.
Penerbit Jawara
137
3 Perubahan posisi pemerintah itu berarti BLBI lunas karena terjadi saatu restrukturisasi
berdasarkan pembaruan perjanjian yang menyebabkan hapusnya perjanjian lama.
4 Hapusnya perjanjian lama dalam rangka BLBI membuat semua jaminan yang melekat pada
BLBI hapus demi hukum. Hapusnya perikatan BLBI beserta jaminan yang melekat pada
perjanjian tersebut dibuktikan dengan surat dari Ketua BPPN kepada Bank Indonesia, No. PB-
75BPPN0100 tanggal 24 Januari 2000 Perihal status jaminan BLBI dari BCA. Isi surat tersebut
secara tegas dikatakan bahwa saat ini eks BLBI tersebut telah dikonversi menjadi Penyertaan
Modal sementara PMS pemerintah di Bank Central Asia BCA. Oleh karena itu, BPPN telah
mengembalikan seluruh jaminan eks BLBI tersebut. Jumlah BLBI untuk bank-bank BTO
yang dikonversi menjadi penyertaan modal oleh pemerintah melalui BPPN pada tanggal 29 Mei
1999 adalah sebesar Rp. 54,6 triliun. BLBI dengan pola mekanisme melalui rekapitulasi
MSAA, dan MRNIAMRA serta Akta Pengakuan Utang.
Pola penyelesaian melalui MSAA. Kewajiban yang harus dibayar oleh PPS bank dengan status
BBOBBKU, misalnya BDNI, adalah sebesar kewajiban BLBI yang terhutang dikurangi nilai aset bank. Nilai
aset bank ini adalah clean assets, yaitu setelah
diperhitungkan dengan kewajiban kredit kepada pihak terkait yang melanggar BMPK dan NPL. Sementara
kewajiban yang harus dibayar oleh PPS bank dengan status BTO dan direkapitalisasi. Misalnya BCA, adalah
sebesar total kewajiban kredit yang melanggar BMPK kepada pihak terkait. Dengan demikian dalam MSAA,
bank BBTO tidak mempunyai kewajiban BLBI. Sesuai MSAA, pembayaran kewajiban bank
tersebut dilakukan oleh PPS bank secara tunai dan in
Penerbit Jawara
138
kind yaitu dengan menyerahkan aset. BPPN menetapkan besarnya pembayaran secara tunai,
tanggal akhir pembayaran dan rekening BPPN yang digunakan untuk menampung pembayaran tersebut.
Pembayaran dengan aset ini dilakukan melalui suatu transfer agreement, yaitu bank menyerahkan saham-
saham dari perusahaan yang dimiliki yang nilainya telah disepakati sebelumnya kepada suatu
perusahaan yang dibentuk untuk itu Holding Company yang juga disebut sebagai Acquisition
Vehicle-AV. Pada awalnya komposisi pemegang saham
dari AV ini ditetapkan 75 dimiliki oleh BPPN dan 25 oleh PPS Bank. Akan tetapi pada November 1998
dilakukan amandemen dengan mengubah kepemilikan saham di AV menjadi 100 dimiliki oleh PPS Bank.
Pertimbangan perubahan komposisi kepemilikan saham ini adalah kekhawatiran BPPN. Apabila BPPN
sebagai pemegang saham mayoritas, AVHolding Company akan mengalami nasib yang sama dengan
kebanyakan BUMN yang terus merugi. Dengan demikian, saat ini BPPN tidak menjadi pemegang
saham pada AVHolding Company. Namun, sebagai tindakan pengamanan BPPN telah meminta seluruh
saham AV berikut hak suaranya digadaikan kepada BPPN.
6. Masalah Kepemilikan Saham Sementara Pemerintah