R D yang dapat disamakan dengan kuitansi adalah yang jumlahnya sesuai dengan jumlah
yang diterima sebagai pembayaran. Artinya, kalau jumlah yang dibayar baru 30 maka R D
juga hanya menyebutkan angka 30. c Prosedur Penilaian Aset
Aset yang diserahkan sebagai pembayaran kewajiban PPS bank sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, dinilai oleh konsultan yang independen dengan menggunakan asumsi
normal economic condition. Artinya, penilaian dilakukan dengan dasar
kondisi ekonomi yang normalwajar, bukan nilai pada waktu krisis dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1 Digunakan karena setelah aset diserahkan, perubahan nilai aset, naik maupun turun, tidak
lagi bergantung pada para pihak yang menyerahkan dan menerimanya, melainkan
bergantung pada kondisi ekonomi dan politik yang terjadi. Dengan demikian apabila
pemerintah berharap agar nilai aset tidak turun atau bahkan naik, pemerintah harus berusaha
untuk menciptakan kondisi kestabilan ekonomi dan politik tersebut.
2 Adalah penilaian aset dilakukan dalam mata uang US Dollar dengan penetapan kurs untuk
AS1 sama dengan Rp11.075. Kewajiban PPS bank dalam AS Dollar juga ditetapkan
menggunakan kurs yang sama. Dengan demikian apabila sekarang dilakukan pengungkapan
jumlah kewajiban hutang dan jumlah pembayaran aset dalam rupiah, tentunya harus
dengan memperhatikan perbedaan kurs asumsi dan kurs sekarang.
2. Master Refinancing Note Inssuance
Agreement MRNIA atau disebut juga Master Recognation Arrangement MRA
Penerbit Jawara
133
MRNIA berlaku terhadap pemegang saham pengendali bank yang asetnya tidak mencukupi untuk
membayar utangnya kepada pemerintah. Dalam perjanjian ini pemegang saham mengakui bahwa
penyelesaian kewajibanya belum selesai tuntas karena sebagaian uangnya telah dibayar tunai dan
sisanya belum bisa dibayar penuh lewat penyerahan aset. Oleh karena itu, maka pemegang saham
pengendali menyerahkan daftar aset yang dimasukkan dalam jaminan pribadi
personal guarantee bank untuk melunasi kewajibannya, sesuai
batas waktu yang ditetapkan. Penyelesaian dengan mekanisme MRNIA ini,
belum ada yang sudah menyelesikanmembayar kewajibannya. Misalnya dalam kasus Bank Danamon,
pemegang saham baru membayar sebagian kewajibanya secara tunai. Penyerahan aset untuk
melunasi utang sisanya belum dilakukan karena aset yang diserahkan itu oleh konsultan independen
harganya dinilai tidak mencukupi. Aset ini kemudian dimasukan dalam daftar
personal guarantee pemegang saham pengendali sebagai untuk jaminan
pelunasan utangnya dalam batas waktu yang ditetapkan.
3. Release and Discharge R D
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa dalam MSAA, BPPN mengeluarkan
Release and Discharge R D apabila PPS bank telah memenuhi
kewajibannya kepada Pemerintah. R D pada intinya berisi 2 dua hal, yaitu:
1 BPPN atas nama pemerintah menyatakan telah menerima pembayaran pelunasan atas
kewajiban PPS bank, baik berupa kredit yang melanggar BMPK saja dalam hal bank
berstatus BTO maupun berupa kredit yang melanggar BMPK dan BLBI sekaligus dalam hal
bank berstatus BBOBBKU.
Penerbit Jawara
134
2 Karena adanya pembayaranpelunasan tersebut, maka sesuai dengan janji dalam
MSAA, BPPN, Menteri Keuangan dan pemerintah tidak akan menuntut secara pidana
PSP bank dan pengurus serta karyawan bank atas pelanggaran BMPK dan BLBI.
Makna pernyataan pada huruf 1 sama dengan kuitansi pelunasan. Karena BPPN selaku
kreditur mewakili pemerintah menyatakan bahwa kewajiban PSP bank, baik berupa kredit yang
melanggar BMPK saja atau kredit yang melanggar BMPK dan BLBI telah lunas. Pernyataan dalam MSAA
bahwa kewajiban BLBI dari PSP bank telah lunas ini menarik karena pada kesempatan lain pemerintah
menyatakan bahwa sebagian besar BLBI yang dialihkan oleh BI dianggap tidak layak untuk dialihkan
kepada pemerintah. Bagaimana mungkin di satu sisi pemerintah telah menerima lunas pembayaran atas
tagihan BI kepada bank-bank berupa tagihan BLBI yang dialihkan. Namun di sisi lain, pemerintah masih
menganggap bahwa sebagian besar BLBI tidak layak untuk dialihkan kepada pemerintah.
Masalah lain yang masih diperdebatkan berkenaan dengan R D adalah apakah boleh
diperjanjikan dalam MSAA bahwa pemerintah tidak akan menuntut secara pidana terhadap PSP bank
yang telah menyelesaikan kewajibannya kepada Pemerintah. Ada pihak yang berpendapat bahwa janji
itu tidak sah karena soal pidana tidak dapat diperjanjikan. Namun, pihak lain berpendapat bahwa
janji itu sah karena salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian MSAA adalah pemerintah termasuk
Jaksa Agung yang merupakan anggota Kabinet. Jaksa Agung menurut Undang-undang Nomor 51 Tahun
1991 Pasal 32 huruf c mempunyai wewenang, artinya
Penerbit Jawara
135
hak untuk mengesampingkan perkara demi kepentingan umum
20
. Hak untuk mengesampingkan perkara inilah
yang menurut pihak lain itu diperjanjikan dalam MSAA untuk tidak digunakan atau dengan kata lain hak
untuk menuntut tersebut dilepaskan. Implementasi Perjanjian MSAA, MRNIA, APU, dan pemberian SKL
berakhir dengan ketidak mampuan para obligor melaksanakan isi perjanjian dengan pemerintah
sehingga para obligor telah melakukan wanprestasi atau
default.
4. Mekanisme Akta Pengakuan Utang APU