Penyelesaian Transaksi dan Pembebasan Kewajiban Pemegang Saham. Pada bagian

discharge pembebasan dan penghentian dalam pasal 2 dan 5 MSAA. Secara ringkas pasal itu menyatakan bahwa bank setelah dilakukan penyelesaian oleh Sjamsul Nursalim, maka BPPN akan melakukan beberapa hal sebagai berikut: a. Membebaskan dan mengembalikan jaminan BLBI kepada pemegang saham. b. Membebaskan pemegang saham dari kewajiban BLBI, membebaskan bank dari kewajiban pembayaran BLBI. c. Membebaskan direktur dan komisaris bank dari kewajiban sebagai akibat tindakan yang dilakukan atas perintah BPPN setelah tanggal 21 Agustus 1998. 1 Substansi MSAA Substansi penting pada perjanjian penyelesaian kewajiban BLBI melalui pola MSAA yang dibuat antara pemegang saham dari bank-bank penerima BLBI dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional selanjutnya disebut BPPN yang disebut juga dengan perjanjian penyelesaian akuisisi utama. Perjanjian tersebut memuat beberapa substansi sebagai berikut :

a. Penyelesaian Transaksi dan Pembebasan Kewajiban Pemegang Saham. Pada bagian

ini disepakati adanya pemenuhan prestasi oleh Pemegang Saham secara penuh. Pemenuhan prestasi ini adalah pemenuhan atas pinjaman afiliasi dan dukungan likuiditas. Selanjutnya, pada bagian ini diatur mengenai pembayaran prestasi Pemegang Saham tunai awal, yang dilanjutkan dengan pemberian kuasa untuk semua saham akuisisi, dengan adanya pembayaran tunai awal prestasi Pemegang Saham, maka telah ada indikasi itikad baik dari Pemegang Saham untuk menyelesaikan keseluruhan kewajibannya. Pada bagian ini juga telah disepakati adanya kontrak Penerbit Jawara 119 manajemen dalam melaksanakan kewajiban pengelolaan, yang berkelanjutan, bisnis. Hassanan Haykal berpendapat bahwa dalam kontrak manajamen ini Para Pemegang Saham harus memegang prinsip-prinsip pengelolaan dalam penyelesaian kewajiban akuisisi utama. Kemudian masih pada bagian ini, diatur penetapan pengaturan jaminan holdback dan pembentukan CJ. Holdco yang selanjutnya mengatur penyelesaian pinjaman afiliasi dan pengakhiran hutang antar perusahaan. Pada bagian pengakhiran hutang ini, terdapat beberapa klausula pemaaf. “ …memaafkan dan atau menyebabkan semua hutang antar perusahaan yang tidak dikonversikan dari perusahaan akuisisi tersebut tidak laik untuk dibayarkan.” Menurut Hassanain Haykal, unsur pemaaf pada klausula di atas, bertujuan untuk menghapuskan utang antar perusahaan. Maka, dengan demikian perikatan mengenai utang antar perusahaan tersebut menjadi hapus pula. Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, perikatan hapus karena beberapa hal berikut ini; 1 karena pembayaran; 2 karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3 karena pembaharuan utang; 4 karena perjumpaan utang atau kompensasi; 5 karena percampuran utang; 6 karena pembebasan utang; 7 karena musnahnya barang yang terutang; 8 karena kebatalan atau pembatalan; 9 karena berlakunya suatu syarat–batal ; 10 karena lewatnya waktu. Penerbit Jawara 120 Klausul serupa diatas terdapat dalam kutipan pasal berikut ini : “ ….berdasarkan pemenuhan syarat-syarat BPPN atas kebijakannya sendiri, maka setiap transaksi yang dispesifikan di dalam ketentuan ….sampai….di sini telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian, dan bahwa semua syarat-syarat yang preseden dengan penutupan transaksi dari setiap transaksi semacam ini yang dispesifikan dalam perjanjian ini, termasuk semua syarat-syarat yang dispesifikasikan dalam bagian…dan…. Di sini, telah dipenuhi atau, apabila tidak diselesaikan, dikesampingkan oleh BPPN, maka: pelanggaran undang-undangan dan peraturan sehubungan dengan pinjaman afiliasi dan pinjaman-pinjaman lainnya yang digolongkan dan kategorisasikan sebagai melebihi batas peminjaman sah pinjaman BMPK akan dianggap telah direktifikasi dan diselesaikan.”Berdasarkan rumusan klausula di atas, menurut Haykal memberikan analisa bahwa dengan dipenuhinya transaksi kewajiban dari para Pemegang Saham, maka hal yang berkaitan dengan pelanggaran peraturan perundang-undangan akan dikesampingkan. Upaya mengesampingkan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan telah menggambarkan adanya unsur publik yang termasuk perikatan bersumber undang-undang . Namun dengan dihapuskannya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan oleh perjanjian seakan-akan hukum privat memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum public”. Penerbit Jawara 121

b. Penutupan transaksi, mengatur tentang