78
Dalam pengujian jumlah bakteri juga dilakukan identifikasi bakteri asam laktat pada sampel susu kuda Sumbawa. Dari uji tersebut diketahui adanya L. casei dan L.
spp. Adanya kedua bakteri tersebut menaikkan aktivitas antimikroba dan memperpanjang masa simpan susu kuda Sumbawa. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya daya antimikroba meningkat dua sampai empat kali lebih besar dari aktivitas antimikroba awal.
Pengukuran pH susu segera setelah ambing diperah, susu kuda Sumbawa memiliki pH antara 6,85 sampai 7,0. Selanjutnya pH menurun secara bertahap pada
hari ketiga mencapai pH 4,26. Susu kuda Sumbawa yang digunakan pada awal percobaan adalah dengan masa simpan selama 7 hari, pH-nya 3,62, selanjutnya pH
hanya sedikit menurun pada 5 bulan penyimpanan pH-nya 3,5. Penurunan pH dari susu segar ini disebabkan karena terjadinya fermentasi susu terhadap laktosa oleh
enzym â-galaktosidase Widodo et al, 2003. Jumlah bakteri pada awal simpan umur susu 7 hari adalah 1,8 x 10
7
cfuml, jumlah bakteri ini menurun secara lambat sampai 2,4 x 10
5
cfuml selama sebulan dan bertahan pada 1,4 x 10
5
cfuml sampai umur simpan 2 bulan. Jumlah bakteri menurun lagi menjadi 2,4 x 10
3
cfu ml pada umur simpan 4 bulan dan 2,4 x 10
2
cfu ml pada umur simpan 5 bulan. Penurunan jumlah bakteri ini disebabkan oleh adanya hasil
metabolit-metabolit yang bersifat toksik yang mematikan bakteri Pelczar dan Chang, 1986; Schlegel dan Schmidt, 1994; dan Widodo, 2003.
2. Uji Spektrum Aktivitas Antimikroba dari Susu Kuda Sumbawa
Jenis bakteri yang digunakan untuk menguji spektrum aktivitas antimikroba dipilih dari jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan atau
penyebab kerusakan makanan. Atas dasar itu dipilih 9 jenis bakteri gram positif dan negatif yang mewakili bakteri patogen dan perusak bahan makanan yang penting
ditinjau dari kesehatan masyarakat dan kerusakan pangan.
79
Hasil uji terhadap 9 jenis bakteri disajikan pada Tabel 13 menunjukkan bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai aktivitas antimikroba terhadap semua jenis bakteri uji
dengan antimikrobanya bervariasi dengan luas hambatan 115,4 mm² sampai 462,1 mm². Susu kuda tarik tidak mempunyai aktivitas antimikroba, kecuali kuda pacu dari
Pamulang yang mempunyai daya antimikroba terhadap bakteri V. cholerae BCC, bakteri perusak pangan B. subtilis ATCC 6633 dan M. luteus ATCC 9341 dengan luas
hambatan berturut-turut 85,8 mm
2
, 107,74 mm
2
dan 120,8 mm
2
.
Kuda Sumbawa
Kuda Tarik Kuda Pacu
Luas mm² Luas mm²
Luas mm²
1 Shigella boydii BCC
- Patogen
115,4 0,0
- 585,6
1
2 Salmonella typhymurium ATCC
14028 -
Patogen 193,2
0,0 -
512,1
1
3 Staphylococcus aureus ATCC
6538P +
Patogen 210,0
0,0 -
600,7
1
4 Vibrio cholerae BCC
- Patogen
462,1 0,0
85,8 355,8
1
5 Bacillus cereus ATCC 11778
+ Patogen dan
Perusak Pangan 351,8
0,0 -
456,9
4
6 Pseudomonas aeruginosa 27853
- Patogen dan
Perusak Pangan 198,4
0,0 -
575,4
1
7 Escherichia coli NIHJ
- Patogen dan
Perusak Pangan 287,5
0,0 -
524,1
1
8 Bacillus subtillis ATCC 6633
+ Perusak Pangan
322,5 0,0
107,74 969,1
2
9 Micrococcus luteus ATCC 9341
+ Perusak Pangan
387,9 0,0
120,8 177,5
3
Persilangan antara kuda betina Sumba dan kuda jantan Thoroughbred 1 Kontrol antibiotika menggunakan Chloramphenicol dengan konsentrasi 30 • gml.
2 Kontrol antibiotika menggunakan Kanamycin dengan konsentrasi 30 • gml. 3 Kontrol antibiotika menggunakan Tylosin dengan konsentrasi 1 • gml.
4 Kontrol antibiotika menggunakan Tetracyclin dengan konsentrasi 30 • gml.
dan perusak pangan
Luas hambatan mm
2
kontrol antibiotika
Tabel 13. Uji sensitifitas antimikroba pada susu kuda terhadap berbagai bakteri patogen
Catatan : Susu kuda Sumbawa asal Desa Taloko
No. Jenis Bakteri
Gram Sifat Bakteri
Asal Susu
Bakteri gram negatif Sh. boydii, S. typhymurium, Ps. aerugenosa dan E. coli mempunyai luas hambatan berturut-turut : 115,4 ; 193,2 ; 198,4 dan 287,5 mm
2
. Bakteri gram positif St. aureus, B. aureus, B. subtilis, dan M. luteus mempunyai
luas hambatan berturut-turut : 210,0 ; 351,8 ; 322,5 dan 387,9 mm
2
. Apabila dibandingkan dengan bakteri gram negatif, bakteri gram positif lebih sensitif terhadap
senyawa antimikroba susu kuda Sumbawa dari pada bakteri gram negatif, seperti
80
terlihat dari luas hambatan yang terbentuk. Hal ini dapat dikaitkan adanya perbedaan dinding sel bakteri gram positif dengan dinding sel bakteri gram negatif. Dinding sel
bakteri gram positif berupa peptidoglikan murein dan mukopeptida. Pada bakteri gram negatif dinding selnya lebih kompleks terutama dengan adanya lapisan luar
peptidoglikan dan lapisan yang terdiri dari fosfolipida, polisakarida dan protein. Lipidan dan polisakarida membentuk struktur yang khas yang disebut dengan lipopolisakarida
atau LPS, sehingga mempunyai daya pertahanan yang lebih kuat terhadap bahan asing yang akan menembus ke dalam sel bakteri. Komponen yang komplek inilah yang
diduga menyebabkan bakteri gram negatif kurang peka dibanding bakteri gram positif Lay dan Hastowo, 1992.
Bakteri V. cholerae adalah bakteri gram negatif, tetapi paling peka terhadap susu kuda Sumbawa dari seluruh bakteri yang diuji, seperti ditunjukkan dengan luas
hambatan 462,1 mm
2
. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan data empiris yang menyebutkan bahwa susu kuda Sumbawa dapat menyembuhkan penyakit diare encer.
Pengunaan susu kuda Sumbawa kemungkinan dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai alternatif pengobatan terhadap penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri
V. cholerae untuk mengganti antibiotik tetrasiklin dan kloramfenikol yang dapat mengakibatkan resistensi Jawetz et al, 1995.
Rijatmoko 2003 membuktikan bahwa susu kuda Sumbawa dapat menghambat pertumbuhan M. tuberculosis. Pengujian secara in vitro menunjukkan
bahwa susu kuda Sumbawa dapat menghambat pertumbuhan M. tuberculosis baik terhadap isolat standar maupun isolat klinis yang diperoleh dari sputum mukosa
mulut penderita TBC. Bakteri ini tidak diklasifikasikan dalam gram positif atau gram negatif karena tidak mempunyai karakteristik diantara keduanya walaupun pada
dinding selnya mengandung peptidoglikan dan kompleks lipid, sehingga antimikroba susu kuda Sumbawa mampu menembus dinding sel bakteri M. tuberculosis.
81
Susu kuda bukan dari Sumbawa tidak mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri Sh. boydii, S. typhymurium, St. aureus, V. cholerae,
B. cereus, Ps. aerugenosa, E. coli, B. subtilis, dan M. luteus, hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya aktivitas hambatan Tabel 13. Tidak adanya aktivitas antimikroba
dari susu kuda tarik karena susunya tidak mempunyai senyawa antimikroba alami dan belum ada fermentasi Susu kuda pacu tidak menghambat pertumbuhan bakteri
Sh. boydii, S. typhymurium, St. aureus, B. cereus, Ps. aerugenosa dan E. coli, tetapi mempunyai kemampuan menghambat terhadap bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan
M. luteus dengan daya hambat lemah dibandingkan dengan susu kuda Sumbawa. Adanya hambatan pada ke 3 bakteri tersebut menunjukkan bahwa susu kuda pacu
mempunyai kesamaan dengan susu kuda Sumbawa, ternyata kuda pacu di Pamulang adalah turunan kuda Sumba yang sejenis dengan kuda Sumbawa.
3. Uji Sifat Polaritas Senyawa Antimikroba