63
atas kudanya masing-masing sehingga apabila kuda-kuda tersebut diperlukan oleh pemiliknya, dengan mudah dikenali oleh pemiliknya Gambar 8
3. Cara Memerah dan Produksi Susu Kuda Sumbawa
Pemerahan di P. Sumbawa biasanya dilakukan pada malam hari sampai menjelang dini hari, pemerahan dilakukan 2 atau 3 kali per ekor. Tetapi ada juga
peternak yang memerah kuda hanya sekali per ekor pada dini hari. Cara memperoleh susu kuda Sumbawa di Kabupaten Sumbawa, pemilik kuda
terlebih dahulu mencari kudanya di hutan kemudian membawanya ke tepi hutan serta mengikatnya dan melakukan pemerahan. Susu yang diperoleh dimasukkan ke dalam
ember plastik atau botol aqua dan dibawa pulang Gambar 11. Di kabupaten Bima kuda diperah di dalam kandang, karena kuda pada sore hari
sampai menjelang pagi tinggal di dalam kandang. Selama di dalam kandang kuda diberi makan rumput atau tumbuhan yang berasal dari padangan tempat kuda mencari
makan. Pemerahan dilakukan sebanyak 3 kali per ekor setelah jam 19.
00
sampai menjelang dini hari Gambar 12.
Di kabupaten Dompu, pemilik kuda pergi ke hutan atau gunung untuk mengambil kuda yang akan diperah, kemudian dibawa pulang dan diikat di rumahnya.
Selama diikat kuda tidak diberi makan, menjelang dini hari kuda diperah, setelah diperah oleh pemiliknya, kuda dikembalikan ke hutan atau gunung.
Produksi susu kuda Sumbawa di ketiga kabupaten di pulau Sumbawa Tabel 8 adalah 4.507.200 liter per tahun, yaitu 3.589.560 liter di kabupaten Sumbawa, 596.520
liter di kabupaten Bima dan 321.120 liter di kabupaten Dompu. Produksi susu ini sejalan dengan jumlah betina laktasi tetapi tidak selaras dengan populasi kuda.
64
Gambar 11. Kuda Sumbawa yang sedang diperah di pinggir hutan
Gambar 12. Kuda Bima yang sedang diperah di dalam atau dekat kandang 4. Penanganan dan Kondisi Susu di Lapangan
Dari pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan peternak, dapat dilaporkan bahwa peternak di Kabupaten Sumbawa dan Dompu langsung
memasukkan susu kuda hasil pemerahan ke dalam botol tanpa diolah terlebih dahulu Gambar 14, sedangkan peternak di Kabupaten Bima memasukkan susu kuda hasil
pemerahan ke dalam jirigen Gambar 13. Selanjutnya oleh pedagang, susu tersebut dikirim keluar kabupaten Sumbawa, Bima dan Dompu, sebagian dipasarkan di
Mataram dan beberapa kota di pulau Jawa.
65
Hasil pengamatan ini sesuai dengan Wahab 1996 yang melaporkan bahwa susu kuda yang beredar di masyarakat berasal dari hasil pemerahan kuda-kuda yang
dilepas di padang rumput dan gunung di pulau Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu kabupaten Sumbawa, Bima dan Dompu. Selanjutnya oleh para pedagang
pengumpul, susu tersebut dikirim ke perusahan pengemas di pulau Jawa antara lain di Bandung, Sukabumi, Jakarta dan Tanggerang Gambar 15.
Gambar 15. Penanganan susu kuda Sumbawa di Tanggerang Oleh pedagang di Jawa, susu dikemas ulang secara komersial tanpa
pengolahan terlebih. Susu yang telah dikemas ulang tersebut dipasarkan di toko obat,
Gambar 13. Penyimpanan susu dalam jerigen di Kabupaten Bima
Gambar 14. Penyimpanan susu dalam botol di Kabupaten Sumbawa
66
apotik, pasar swalayan, bandara udara dan perorangan. Kemasan yang digunakan adalah botol gelas dan plastik Gambar 16 dan 17. Beberapa perusahaan pengemas
susu kuda Sumbawa mencantumkan masa edar waktu kadaluarsa. Untuk botol plastik masa edarnya adalah 5 bulan Gambar 16 dan untuk botol kaca tidak
dicantumkan masa edar Gambar 17.
Gambar 16. Kemasan botol komersil oleh CV. Dian dan CV. Kilo Baru Pengumpulpedagang di Sukabumi
Gambar 17. Kemasan botol komersil oleh CV. Rachman Ali Belo, di Mataram dan kemasan botol komersil di Dompu.
67
Susu yang beredar di masyarakat tidak dipanaskandipasteurisasi atau ditambah bahan lain. Meskipun demikian susu dalam kemasan tersebut tidak tampak
menggumpal dan tidak rusak, hanya mengalami fermentasi secara alami Gambar 18. Tidak rusaknya susu kuda tersebut karena ada senyawa antimikroba alami di dalam
susu kuda Sumbawa. Selain tidak rusak, susu kuda Sumbawa tidak pecah meskipun sudah
mengalami fermentasi alami. Hal ini dapat dikaitkan dengan kadar kasein susu kuda Sumbawa yang rendah seperti yang dilaporkan oleh Sudarwanto et al 1998. Susu
kuda Sumbawa juga mengalami fermentasi alami yang ditandai dengan pH-nya turun sampai 3,5 dan tetap homogen atau tidak ada endapan serta gumpalan Gambar 18.
Fermentasi alami pada susu kuda Sumbawa disebabkan oleh adanya bakteri asam laktat dalam susu kuda Sumbawa yang mengubah laktosa menjadi asam laktat
sehingga menyebabkan pH-nya menjadi rendah 2,73–4,25 dan mengakibatkan rasa susu menjadi asam. Hasil pengujian di laboratorium BPMPP dari susu kuda Sumbawa
yang disimpan pada bulan ke 1, 2 dan 3 ditemukan adanya Lactobacillus casei dan Lactobacillus sp lainnya. Pada bulan ke 1 secara kualitatif positif mengandung
Lactobacillus casei dan Lactobacillus sp, sedangkan pada bulan ke 2 dan 3 dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif dengan konsentrasi bakteri 17 x 10
6
cfuml pada bulan ke 2 dan 11 x 10
5
cfuml pada bulan ke 3.
Gambar 18. Susu yang telah disimpan 5 bulan tidak rusak
68
5. Penggunaan dan Arti Ekonomi Susu Kuda Sumbawa bagi Masyarakat Setempat