37 Hasil gel elektroforesis terdenaturasi dan terpisah SDS-PAGE selain
menunjukkan berat molekul subunit-subunit penyusun protein juga dapat memperlihatkan kemurnian suatu protein dan keragaman polipeptida-polipeptida
penyusun protein tersebut Bollag dan Edelstein, 1991. Sedangkan dari hasil gel elektroforesis natif dapat diketahui aktivitas biologis suatu protein misalnya aktivitas
enzim, ikatan reseptor dan ikatan antibodi Walker, 1994.
4. Metode Spektrofotometer
Prinsip spektrofotometer adalah mengukur bilangan gelombang sinar elektromagnetik yang diabsorpsi oleh senyawa organik dan dipantulkan dalam bentuk
spektrum dengan bilangan gelombang yang berbeda-beda sehingga bisa digunakan untuk menentukan gugus fungsinya.
Penentuan komponen karbohidrat dan protein suatu senyawa organik yang telah dimurnikan dapat dilakukan dengan beberapa teknik spektrofotometer,
diantaranya dengan spektroskopi infra merah IR dan ultraviolet UV sehingga komponen karbohidrat dan atau protein suatu senyawa organik dapat diketahui dengan
tepat Nur, 1989.
a. Spektroskopi Infra Merah
Spektrum infra merah merupakan gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya diatas daerah sinar tampak yaitu kisaran bilangan gelombang 4000
sampai 400 Cm
-1
, kisaran gelombang tersebut paling banyak digunakan untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif suatu senyawa organik Nur, 1989.
Radiasi infra merah dapat digunakan untuk menganalisa komponen karena setelah dipancarkan maka radiasi ini akan diserap oleh semua bahan organik ikatan
kimia CH, OH dan NH yang merupakan ikatan dasar dari semua ikatan kimia bahan organik. Hasil tersebut dapat dilihat dari pantulan infra merah yang dihasilkan dalam
bentuk spektrum pantulan. Spektrum pantulan yang dihasilkan berisi hasil pengukuran
38 parameter-parameter, parameter-parameter tersebut dijelaskan oleh panjang
gelombang dalam nanometer, amplitudo dengan tinggi puncak gelombang dan lebar gelombang menjelaskan intensitasnya sehingga dengan parameter-parameter ini
seluruh informasi penyerapan dari suatu bahan dapat diketahui Murray and Williams, 1990.
Berkas radiasi spektrofotometer akan terbagi dua, sebagian melewati sampel dan sebagian melawati blanko. Setelah kedua berkas tersebut bergabung kembali,
kemudian dilewatkan ke dalam monokromator. Berkas radiasi infra merah yang melewati monokromator akan dipantulkan oleh cermin-cermin dan akhirnya ditangkap
oleh detektor. Signal yang dihasilkan oleh detektor kemudian direkam sebagai spektrum infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Absorpsi spektrum
infra merah ini menunjukkan terjadinya hubungan antara absorpsi dan frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang, sebagai absis adalah frekuensi cm
-1
atau bilangan gelombang cm
-1
atau panjang gelombang nm dan sebagai ordinat transmitans atau absorbans Pomeranz and Meloan,1994.
b. Spektroskopi Ultra Violet
Spektrofotometer UV datanya dapat ditampilkan s ebagai nilai ë panjang gelombang, nm pada suatu aksis ÷ dan A absorbens i pada sumbu ordinat y.
Selanjutnya kedua nilai tersebut dijadikan dasar identifikasi untuk menentukan jenis suatu senyawa. Untuk identifikasi suatu senyawa dapat mengunakan spektrum
panjang gelombang yang bervariasi mulai dari 190 nm sampai 300 nm Nur, 1989 dan Haughton dan Rahman, 1998.
Identifikasi jenis gula dilakukan dengan mengunakan spektrofotometer ultraviolet UV. Prinsip pengunaan spektrofotometer UV adalah dengan mengamati
pola serapan absorbanse sinar UV pada berbagai panjang gelombang yang bersifat spesifik untuk setiap jenis senyawa gula. Penentuan pola hubungan panjang
39 gelombang dengan serapan sinar UV untuk setiap jenis gula dilakukan dengan
mengunakan berbagai jenis senyawa gula galaktosa, dektrosa, glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa dan sebagainya sebagai standar atau pembanding.
Selanjutnya jenis senyawa gula dapat diketahui dengan membandingkan pola hubungan panjang gelombang dengan serapan cahaya UV yang terbentuk oleh larutan
fraksi-fraksi senyawa antimikroba dengan berbagai jenis larutan standar gula Sudarmadji et al, 1997 dan Harbone, 1987.
40
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian diawali dengan observasi pengamatan lapangan di tiga kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa, Bima, dan Dompu,
dilanjutkan dengan penelitian laboratorium. Penelitian laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengujian Mutu
Produk Peternakan Bogor, Laboratorium Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan Bogor, Laboratorium Biokimia Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor,
Laboratorium Kimia Fakultas MIPA UI Depok dan Laboratorium Bioproses, Biotek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Bogor.
B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan
a. Susu Kuda Sumbawa, Susu Pembanding dan Tumbuhan Makanan Kuda Sumbawa
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kuda Sumbawa tanpa pemanasan yang berumur 0-30 hari, yang diperoleh dari Kabupaten Bima, Dompu dan
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sampel susu kuda yang diuji terdiri dari susu kuda Sumbawa yang diambil langsung dari peternak kuda di kabupaten
Sumbawa, Bima dan Dompu yaitu dari desa Palama, Mpili, Taloko dan Tolonggaru kabupaten Bima masing-masing 20 sampel, dari desa Penjaring dan Pelat kabupaten
Sumbawa masing-masing 20 sampel dan dari desa Saneo, kabupaten Dompu 20 sampel, serta dari pedagangpengumpul di Bima sebanyak 10 sampel.
Di samping itu juga diperoleh sampel dari pedagang susu kuda Sumbawa di JABOTABEK, Sukabumi, Surabaya dan Mataram seluruhnya 10 sampel, dan sebagai
pembanding diuji juga sampel susu kuda bukan Sumbawa yaitu 5 sampel dari Bogor,