Aspek Bisnis dalam Pelaksanaan Kesepakatan Agribsnis Kopi antara

4.8 Aspek Bisnis, Aspek Sosial, dan Aspek Keberlanjutan dalam

Pelaksanaan Kesepakatan Agribsnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan Petani

4.8.1 Aspek Bisnis dalam Pelaksanaan Kesepakatan Agribsnis Kopi antara

PT. Volkopi Indonesia dengan Petani Aspek bisnis dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani yaitu PT. Volkopi Indonesia akan membeli gabah kopi dengan harga baik disesuaikan dengan kualitas kopi yang dihasilkan oleh petani. PT. Volkopi Indonesia telah menetapkan standar-standar untuk mencapai kualitas kopi yang sesuai dengan kebutuhan ekspor kopi sehingga petani dapat memperoleh harga kopi yang lebih baik. Standar-standar yang telah ditetapkan tersebut, antara lain: standar kualitas, standar produksi, dan standar pengolahan pasca panen kopi. Standar kualitas yang ditetapkan PT. Volkopi Indonesia dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi dengan petani, yaitu: 1. Petani melakukan proses dan teknik produksi kopi yang sesuai dengan standarisasi SL-Kopi lihat standar produksi hal 79. 2. Petani melakukan proses dan teknik pemanenan yang sesuai dengan standarisasi SL-Kopi lihat standar pengolahan pasca panen hal 80. 3. Petani melakukan proses dan teknik pengolahan pasca panen yang sesuai dengan standarisasi SL-Kopi lihat standar pengolahan pasca panen hal 80. 4. Petani tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya dalam memproduksi kopinya seperti pestisida yang di larang WHO Gramoxone, Paratop, Bhen Mayer , Bravoxone, dan Supretox, dan tidak menggunakan deterjen atau zat pemutih saat pencucian biji-biji kopi. Standar proses produksi yang ditetapkan oleh PT. Volkopi Indonesia dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi dengan petani, yaitu: 1. Petani melakukan proses dan teknik penanaman pohon pelindung yang sesuai dengan standarisasi SL-Kopi. 2. Petani melakukan proses dan teknik pemangkasan yang sesuai dengan standarisasi proses produksi SL-Kopi. 3. Petani melakukan proses dan teknik pemupukan disesuaikan dengan standarisasi SL-Kopi, pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun dosis pupuk yang diberikan 200 gr NPK Phonska dan 3 kg kompos per pohon. 4. Petani melakukan proses dan teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi sesuai dengan standarisasi SL-Kopi. 5. Petani melakukan proses dan teknik pemanenan disesuaikan dengan standarisasi SL-Kopi, pemanenan kopi dilakukan setiap satu kali dalam minggu saat produksi kopi melimpah awal bulan April hingga awal bulan Juni dan akhir bulan September hingga akhir bulan November dan 2-3 minggu sekali saat produksi kopi rendah. 6. Petani melakukan proses dan teknik pengolahan pasca panen yang sesuai dengan standarisasi SL-Kopi. 7. Petani melakukan pengelolaan sampah yakni membuat lubang sampah untuk sampah sisa-sisa pertanian organik dan anorganik seperti plastik mulsa dan botol-botol pestisida secara terpisah. 8. Petani menggunakan alat pelindung diri APD selama bekerja di kebun. Standar pengolahan pasca panen yang ditetapkan oleh PT. Volkopi Indonesia dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi dengan petani, yaitu: 1. Petani melakukan proses dan teknik pemanenan yang sesuai dengan standarisasi SL-Kopi. 2. Petani melakukan waktu pemanenan sesuai dengan dengan standarisasi SL- Kopi yaitu setiap satu kali dalam minggu saat produksi kopi melimpah awal bulan April hingga awal bulan Juni dan akhir bulan September hingga akhir bulan November dan 2-3 minggu sekali saat produksi kopi rendah. 3. Petani melakukan pengilingan kopi sebelum delapan jam setelah kopi dipetik. 4. Petani melakukan fermentasi perendaman biji kopi selama dua belas jam dan pencucian kopi dengan air bersih serta membuang kopi yang terapung di dalam wadah pencucian. 5. Petani melakukan penjemuran biji kopi selama 3-4 jam di tempat yang bersih. Setelah dijemur dilakukan pendinginan atau kopi dianginkan terlebih dahulu pada tempat yang bersih yang tidak dekat dengan bensin ataupun oli, karena kopi sifatnya mudah menyerap bau dari zat-zat yang ada di sekitarnya. 6. Petani melakukan sortasi yakni pemisahan biji-biji kopi kualitas baik dengan biji-biji kopi yang kualitasnya rendah, setelah itu kopi dikemas ke dalam karung yang bersih. Kopi yang dihasilkan oleh petani di daerah penelitian memiliki kualitas yang berbeda-beda. Adanya perbedaan kualitas tersebut menyebabkan harga yang diterima oleh petani anggota Aspek yang satu dengan yang lain berbeda-beda pula. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga tersebut, antara lain: 1. Adanya penyesuaian harga terhadap kualitas kopi dan adanya perbedaan kualitas kopi yang dihasilkan oleh masing-masing petani. Adanya penyesuaian harga terhadap kualitas kopi dan adanya perbedaan kualitas kopi yang dihasilkan oleh masing-masing petani menyebabkan harga yang diterima oleh masing-masing petani berbeda-beda. Harga tertinggi diberikan pada kopi petani yang paling baik kualitasnya. 2. Jadwal kegiatan pemasaran kopi pada masing-masing Aspek berbeda-beda dan adanya fluktuasi harga di pasar lokal dan di pasar internasional kopi. Adanya perbedaan jadwal kegiatan pemasaran kopi menyebabkan harga kopi yang diterima oleh Aspek yang satu dengan yang lain tidak selalu sama. Adanya fluktuasi harga di pasar lokal dan di pasar internasional kopi juga menyebabkan harga kopi yang diterima oleh Aspek yang satu dengan yang lain tidak selalu sama. Namun harga kopi yang diberikan PT. Volkopi Indonesia kepada petani cenderung berada di atas harga kopi yang berlaku pada pasar Doloksanggul pasar lokal. Contoh perbedaan harga yang diterima oleh masing-masing Aspek karena adanya perbedaan jadwal pemasaran kopi dan fluktuasi harga di pasar lokal dan di pasar internasional kopi dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Contoh Perbedaan Harga yang Diterima oleh Masing-masing Aspek Hari Harga yang Ditawarkan per Liter Kopi Minggu I Harga yang Ditawarkan per Liter Kopi Minggu II Jadwal Pemasaran Kopi per Aspek Senin Rp 25.500,00 Rp 25.600,00 Aspek A, B, dan C Selasa Rp 25.000,00 Rp 25.100,00 Aspek D Rabu Rp 25.300,00 Rp 26.000,00 Aspek E dan F Kamis Rp 25.800,00 Rp 25.850,00 Aspek G, H, dan I Jumat Rp 25.200,00 Rp 26.300,00 Aspek J dan K Sabtu Rp 26.000,00 Rp 25.500,00 Aspek L Berdasarkan Tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa harga kopi yang ditawarkan dalam satu minggu dan harga yang ditawarkan pada minggu I dan Minggu II berbeda-beda karena adanya fluktuasi harga di pasar lokal dan di pasar internasional kopi. Jadwal pemasaran kopi yang tidak sama antara Aspek yang satu dengan yang lainya juga menyebabkan harga yang diterima oleh tiap-tiap Aspek berbeda-beda pula. Penjelasan mengenai Tabel 20 di atas sebagai berikut. 1. Aspek A, B, dan C memperoleh harga tertinggi ketiga Rp 25.500,00 pada Minggu I dan memperoleh harga tertinggi keempat Rp 25.600,00 pada Minggu II. 2. Aspek D memperoleh harga tertinggi keenam Rp 25.000,00 pada Minggu I dan memperoleh harga tertinggi keenam Rp 25.100,00 pada Minggu II. 3. Aspek E dan F memperoleh harga tertinggi keempat Rp 25.300,00 pada Minggu I dan memperoleh harga tertinggi kedua Rp 26.000,00 pada Minggu II. 4. Aspek G, H, dan I memperoleh harga tertinggi kedua Rp 25.800,00 pada Minggu I dan memperoleh harga tertinggi ketiga Rp 25.850,00 pada Minggu II. 5. Aspek J dan K memperoleh harga tertinggi kelima Rp 25.200,00 pada Minggu I dan memperoleh harga tertinggi pertama Rp 26.300,00 pada Minggu II. 6. Aspek L memperoleh harga tertinggi pertama Rp 26.000,00 pada Minggu I dan memperoleh harga tertinggi kelima Rp 25.500,00 pada Minggu II. Contoh tersebut di atas juga terjadi pada petani kopi yang ada di daerah penelitian. Setiap petani anggota Aspek cenderung mendapatkan penawaran harga yang tidak sama, terkadang lebih rendah atau lebih tinggi dari petani anggota Aspek lainya. Adanya perbedaan kualitas kopi yang dihasilkan oleh masing-masing petani serta adanya perbedaan jadwal pemasaran kopi dan fluktuasi harga yang menyebabkan harga yang diterima oleh masing-masing petani berbeda-beda menimbulkan suatu masalah dalam pelaksanaan kesepakatan subsistem pemasaran kopi di daerah penelitian, masalah tersebut yaitu petani menaruh curiga terhadap harga yang ditawarkan oleh PT. Volkopi Indonesia dalam pelaksanaan kesepakatan. Namun masalah tersebut tidak menyebabkan petani mengundurkan diri atau keluar dari pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi dengan PT. Volkopi Indonesia karena dalam pelaksanaan kesepakatan pemasaran kopi ini petani diberi kebebasan, petani tidak harus menjual kopinya kepada PT. Volkopi Indonesia. Apabila petani menilai bahwa harga kopi yang ditawarkan PT. Volkopi Indonesia kurang memuaskan atau petani memerlukan uang sebelum tiba jadwal kegiatan pemasaran kopi maka petani dapat menjual kopinya kepada TokePanjuhar.

4.8.2 Aspek Sosial dalam Pelaksanaan Kesepakatan Agribsnis Kopi antara

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

51 259 152

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 10

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 1 1

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 9

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 12

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 1 2

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 36

Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dan Petani (Kasus : Agribisnis Kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 74

Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dan Petani (Kasus : Agribisnis Kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 17