BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive sengaja yaitu di Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang
Hasundutan. Alasan pemilihan daerah penelitian ini adalah berdasarkan informasi data primer yang diperoleh dari staf sustainability fasilitator PT. Volkopi
Indonesia bahwa di daerah tersebut terdapat petani kopi arabika yang menjalin kesepakatan agribisnis kopi dengan PT. Volkopi Indonesia. Data populasi petani
kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan yang melaksanakan kesepakatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Data Populasi Petani Kopi dalam Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan Petani di
Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014
No. Kecamatan
Desa Asosiasi Petani
Kopi Populasi
Petani Kopi
1. Lintongnihuta Bonan Dolok
Dosroha 23
2. Lintongnihuta
Habeahan Sumber Rezeki
30 3.
Lintongnihuta Lobutua
Marasi 32
4. Lintongnihuta
Naga Saribu II Bersatu
21 5.
Lintongnihuta Naga Saribu IV
Maju Nauli 32
6. Lintongnihuta
Naga Saribu V Lestari
36 7.
Lintongnihuta Parulohan
Dosroha Mandiri Sejahtera
34 29
8. Lintongnihuta
Sitio Dua Martunas
17 9.
Lintongnihuta Si Tolu Bahal
Guri Kencana Padot
24 21
10. Lintongnihuta Tapian Nauli
Tepi Jalan Maju Bersama
14 14
11. Paranginan Lobutolong
Habinsaran Kompak Tani
Bethesda 29
19 12. Paranginan
Lobutolong Induk Anugerah 30
Total 405
Sumber : PT. Volkopi Indonesia, 2014 diolah
Selain itu, Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan merupakan produsen pertama terbesar dan ketiga terbesar kopi di Kabupaten
Humbang Hasundutan. Menurut Budiman 2012 saat ini, kopi arabika menguasai 70 persen pasar kopi dunia artinya permintaan kopi arabika di pasar
internasional lebih tinggi dibandingkan jenis kopi lainnya. Data luas lahan dan produksi kopi di Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Data Luas Lahan dan Produksi Komiditi Kopi Arabika Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Tahun 2009-2011
No. Kecamatan
Tahun 2009
2010 2011
Luas Lahan
Ha Produksi
ton Luas
Lahan Ha
Produksi ton
Luas Lahan
Ha Produksi
ton
1. Pakkat
306,00 236,00
306,50 218,50
330,0 217,50
2. Onan Ganjang
936,50 640,50
943,50 676,30 1.137,5
678,30 3.
Sijamapolang 564,00
390,20 568,00
409,80 701,0
408,80
4. Lintong
Nihuta 1.620,00
1.410,00 1.647,0 1.426,10 2.949,0
1.467,91 5.
Paranginan 987,00
835,50 1.002,0 859,50 1.650,0
931,61
6. Doloksanggul
1.485,00 1.120,70 1.507,0
1.208,50 3.088,0 1.353,53
7. Pollung
709,00 588,50
714,50 587,20
854,5 572,91
8. Parlilitan
180,00 102,00
180,00 113,50
249,0 123,5
9. Tarabintang
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
10. Baktiraja 219,00
182,80 221,00
180,70 262,0
180,56
Sumber : Data Statistik Humbang Hasundutan dalam Angka, 2012 Diolah.
Data pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah produksi kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan pada Tahun 2009-2011
mengalami peningkatan. Jumlah produksi kopi Kecamatan Lintongnihuta pada Tahun 2009-2011 masing-masing yaitu 1.410,00 ton; 1.426,10 ton; dan 1.467,91
ton. Jumlah produksi kopi Kecamatan Paranginan pada Tahun 2009-2011 masing-masing yaitu 835,50 ton; 859,50 ton; dan 931,61 ton.
3.2 Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
, yaitu metode penarikan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu disengaja. Kriteria tersebut yaitu hanya petani kopi yang
melaksanakan kesepakatan agribisnis kopi dengan PT. Volkopi Indonesia. Adapun jumlah populasi petani kopi di daerah penelitian adalah 405 KK Kepala
Keluarga dan diambil sampel sebesar 80 KK. Penetapan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin.
Keterangan : n
: Sampel N
: Populasi
�
: Margin Error 10 Sevilla, 1993
n
=
405 1+405 0,01
n
= 80,20 = 80 KK Populasi petani kopi yang melaksanakan kesepakatan agribisnis dengan
PT. Volkopi Indonesia tersebar di dua belas desa yang terdapat di Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan. Agar penarikan sampel terhadap
populasi merata di setiap desa maka peneliti membagikan jumlah sampel 80 KK dengan jumlah desa 12 desa yang menjadi daerah penarikan sampel, sehingga
diperoleh hasil sebagai berikut yaitu 8012 = 6,67. Berdasarkan perhitungan tersebut maka peneliti mengambil 6 sampai 7 sampel di setiap desa.
n =
� 1+��
2
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer dan data
sekunder. Metode pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada daerah penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan instrument pengamatan atau observasi, kuesioner, dan wawancara.
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung beberapa objek yang berkenaan dengan penelitian. Kuesioner berupa rangkaian pertanyaan yang
disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan, kemudian diberikan kepada responden untuk diisi. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara
langsung kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kesepakatan ini. Metode pengumpulan data sekunder adalah metode pengumpulan data
yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Metode pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan bersumber dari buku-buku, karya ilmiah,
serta pendapat para ahli yang relevan dengan masalah penelitian. Sedangkan data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi dapat diperoleh dari dokumen atau
laporan yang ada pada daerah penelitian yang masih relevan dengan objek yang sedang diteliti.
3.4 Metode Analisis Data
Hipotesis 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan apa yang melatarbelakangi terbentuknya pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi
antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani Kecamatan Lintongnihuta dan
Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Hipotesis 2, dianalisis secara deskriftif menggunakan Model Evaluasi CIPP Context, Input, Process, Product
dengan memberikan pertanyaan mengenai pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi dan pertanyaan tersebut hanya
diberikan kepada petani karena petani yang akan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan
petani Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan. Setiap jawaban dari sampel tersebut diberi skor berdasarkan pemberian skor atas pelaksanaan
kesepakatan tersebut. Skor penilaiannya ditentukan sebagai berikut.
℘ Skor 5 diberikan jika jawaban “a sangat baik” ℘ Skor 4 diberikan jika jawaban “b baik”
℘ Skor 3 diberikan jika jawaban “c cukup baik” ℘ Skor 2 diberikan jika jawaban “d tidak baik”
℘ Skor 1 diberikan jika jawaban “e sangat tidak baik”
Tabel 7. Indikator - indikator Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan Petani
No. Model
CIPP Indikator Pelaksanaan Kesepakatan
1. Context
1. Perencanaan peningkatan pengetahuan petani mengenai budidaya
tanaman kopi yang berkelanjutan artinya budidaya yang berpedoman pada kelangsungan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
2. Perencanaan peningkatan kuantitas dan kualitas komoditi kopi yang
akan dihasilkan dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi. 3.
Perencanaan harga komoditi kopi yang akan dihasilkan petani dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi.
4. Perencanaan peningkatan jumlah petani kopi dalam pelaksanaan
kesepakatan agribisnis kopi. 5.
Perencanaan penyediaan sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi.
6. Perencanaan terjalinnya hubungan yang berkesinambungan dan
lestari antara PT. Volkopi Indonesia dan petani. 2.
Input 1.
Kesiapan petani dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi. 2.
Adanya kepercayaan dari pihak yang melaksanakan kesepakatan agribisnis kopi.
3. Adanya komunikasi yang terbuka dari pihak yang melaksanakan
kesepakatan agribisnis kopi. 4.
Partisipasi keikutsertaan petani dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi.
5. Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh staf sustainability PT.
Volkopi Indonesia melalui Sekolah Lapang Kopi SL-Kopi. 6.
Suplai sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi.
3. Process
1. Kepatuhan petani kopi dalam memenuhi standarisasi proses produksi.
2. Kepatuhan petani kopi dalam memenuhi standarisasi hasil produksi.
3. Kepatuhan petani dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
komoditi kopi. 4.
Frekuensi PT. Volkopi Indonesia dalam memonitor, mengevaluasi dan memberikan pembinaan kepada petani kopi.
5. Kepatuhan PT. Volkopi Indonesia dalam membeli komoditi kopi
yang dihasilkan petani. 6.
Kepatuhan PT. Volkopi Indonesia dalam penetapan harga dan pembayaran komoditi kopi yang dihasilkan petani.
4. Product
1. Peningkatan pengetahuan petani setelah pelaksanaan kesepakatan
agribisnis kopi. 2.
Peningkatan kuantitas dan kualitas ekspor kopi PT. Volkopi Indonesia.
3. Kemampuan petani kopi dalam menghasilkan kopi yang sesuai
dengan standarisasi PT. Volkopi Indonesia. 4.
Peningkatan jumlah petani kopi dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi.
5. Peningkatan pendapatan petani setelah pelaksanaan kesepakatan
agribisnis kopi. 6.
Keinginan PT. Volkopi Indonesia dan petani untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pelaksanaan kesepakatan
agribisnis kopi. 7.
Kepuasan PT. Volkopi Indonesia dan petani dalam melaksanakan kesepakatan agribisnis kopi.
Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun
Untuk mengetahui hasil penjumlahan skor penilaian dari masing-masing indikator pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia
dengan petani, dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Skor Penilaian Indikator Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan Petani
No. Model CIPP
Jumlah Parameter
Skor Nilai Rentang
Penilaian
1. Context 6
1 – 5 6 – 30
2. Input
6 1 – 5
6 – 30 3.
Process 6
1 – 5 6 – 30
4. Product 7
1 – 5 7 – 35
Total 25
25 – 125
Sumber : Indikator-indikator pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT.
Volkopi Indonesia dengan petani diolah Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil penilaian menghasilkan
skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani. Skor pelaksanaan
kesepakatan tersebut berada diantara 25 - 125, dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range di bagi jumlah kelas. Range adalah jarak atau selisih
antara data terbesar dan terkecil Subagyo, 1992. Keterangan:
Skor 105 - 125 : Pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi sangat baik
Skor 85 - 105 : Pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi baik
Skor 65 - 85 : Pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi cukup baik
Skor 45 - 65 : Pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi tidak baik
Skor 25 - 45 : Pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi sangat tidak baik
Hipotesis 3, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani
Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut.
3.5.1 Definisi
1. Tanaman kopi adalah tanaman penyegar yang dibudidayakan oleh petani
Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan serta memiliki nilai ekonomis.
2. Kesepakatan agribisnis kopi adalah kerjasama dalam kegiatan penyediaan
input produksi, proses produksi, pengolahan pasca panen dan pemasaran kopi yang dilakukan oleh PT. Volkopi Indonesia dengan petani. Kegiatan-
kegiatan dalam kerjasama tersebut dilaksanakan berdasarkan hal-hal yang telah disepakati sebelumnya dan harus ditaati secara bersama-sama oleh PT.
Voklopi Indonesia dan petani. Inisiatif PT. Volkopi Indonesia lebih mendominasi penetapan hal-hal yang disepakati dalam kegiatan-kegiatan
kerjasama tersebut, seperti penetapan harga kopi; penetapan teknik dan waktu pemangkasan, pemupukan, dan pemanenan; penetapan proses dan teknik
pengolahan pasca panen; dan penetapan kualitas produk yang akan dihasilkan oleh petani.
3. PT. Volkopi Indonesia adalah perusahaan yang mengadakan kesepakatan
agribisnis dengan petani dan membeli hasil produksi kopi petani Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.
4. Petani kopi adalah petani Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan
Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan yang melakukan budidaya kopi dan mengadakan kesepakatan agribisnis dengan PT. Volkopi Indonesia.
5. Indikator kesepakatan agribisnis kopi adalah item-item penciri yang
menggambarkan situasi pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan
Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. 6.
Pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi adalah kegiatan menaati dan melakukan hal-hal yang telah disepakati oleh PT. Volkopi Indonesia dengan
petani kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.
7. Evaluasi adalah kegiatan penilaian oleh petani peserta kesepakatan agribisnis
kopi terhadap pelaksanaan indikator kesepakatan agribisnis antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani kopi Kecamatan Lintongnihuta dan
Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. 8.
Model CIPP adalah model evaluasi yang berlandaskan pada empat dimensi yaitu dimensi context, dimensi input, dimensi process, dan dimensi product
dengan maksud membandingkan pelaksanaan kesepakatan dari berbagai dimensi dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada
deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kesepakatan yang dievaluasi.
9. Skor sangat baik adalah skor pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi yang
berada diantara skor 105 - 125.
10. Skor baik adalah skor pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi yang berada
diantara skor 85 - 105. 11.
Skor cukup baik adalah skor pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi yang berada diantara skor 65 - 85.
12. Skor tidak baik adalah skor pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi yang
berada diantara skor 45 - 65. 13.
Skor sangat tidak baik adalah skor pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi yang berada diantara skor 25 - 45.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan
Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. 2.
Sampel penelitian adalah petani kopi peserta kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani Kecamatan Lintongnihuta dan
Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. 3.
Petani peserta kesepakatan yang akan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi antara PT. Volkopi Indonesia
dengan petani Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan. Batasan ini dibuat, karena pada umumnya suatu perusahaan yang menjadi
pihak yang menjalin kesepakatan bisnis dengan petani cenderung mendominasi dalam penetapan dan pelaksanaan hal-hal yang disepakati
dalam kesepakatan. 4.
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 – Januari 2015.
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN