Latar Belakang Terbentuknya Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Terbentuknya Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi

antara PT. Volkopi Indonesia dengan Petani Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Meningkatnya permintaan akan kopi kualitas baik di pasar internasional yang tidak diimbangi dengan jumlah kopi yang dapat disediakan oleh TokePanjuhar, tentunya hal ini berpengaruh terhadap peningkatan pembelian kopi dari petani kopi yang berada di daerah penelitian oleh PT. Volkopi Indonesia. Untuk itu, perusahaan melakukan sosialisasi secara foot in the door kesepakatan yang diperoleh dengan membuat orang menyetujui terhadap permintaan kecil, lalu setelah orang itu setuju, disodorkan permintaan besar, yang sebenarnya diinginkan kepada petani mengenai budidaya kopi yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas kopi serta adanya jaminan harga yang lebih baik terhadap hasil produksi kopi petani. Seiring waktu, jumlah petani yang ingin mengikuti hai-hal yang telah dipaparkan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh PT. Volkopi Indonesia semakin meningkat, tidak hanya petani kopi yang berasal dari desa yang berdekatan dengan perusahaan, tetapi juga petani dari desa-desa tetangga yang letaknya cukup jauh. Peningkatan tersebut menimbulkan keinginan dari perusahaan untuk melakukan program pembinaan terhadap petani dengan menggunakan metode Sekolah Lapang Kopi SL-Kopi dengan harapan proses sosialisasi berjalan lebih efektif dan efisien. Tahapan-tahapan sosialisasi yang dilakukan PT. Volkopi Indonesia terhadap para petani di beberapa desa yang terletak di Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan, yaitu: 1. PT. Volkopi melakukan adjustment yaitu pencocokan atau penyesuaian terhadap kopi yang dihasilkan oleh suatu daerah dengan kebutuhan kopi perusahaan. PT. Volkopi melakukan adjustment pada beberapa desa yang ada di Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan. 2. PT. Volkopi Indonesia memilih desa yang menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan sosialisasi. 3. PT. Volkopi Indonesia meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala Desa setempat mengenai kegiatan sosialisasi yang akan diadakan dan menunjuk salah seorang dari penduduk desa setempat sebagai koordinator yang akan mengurus hal-hal yang diperlukan sebelum kegiatan sosialisasi diselenggarakan, seperti memilih tempat kegiatan dan mengundang para petani kopi. 4. PT. Volkopi Indonesia, Kepala Desa, dan koordinator secara bersama-sama menentukan waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi. 5. PT. Volkopi Indonesia melakukan kegiatan sosialisasi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dilakukan presentasi mengenai profil perusahaan, program SL-Kopi, dan syarat-syarat mengikuti program SL-Kopi serta kewajiban-kewajiban petani dalam pelaksanaan program SL-Kopi. 6. Koordinator melakukan pendataan terhadap petani yang mau mengikuti program SL-Kopi sekaligus mengadakan pemilihan pengurus seperti ketua KaderKey Farmer, sekertaris dan bendahara. Pemilihan pengurus dilakukan dari dan oleh petani desa setempat peserta program SL-Kopi. 7. PT. Volkopi Indonesia mengadakan program Training of Trainer TOT bagi Kader. 8. PT. Volkopi Indonesia mengadakan Program SL-Kopi bagi petani selama sepuluh kali pertemuan ± tiga bulan. 9. Petani mengikuti program sertifikasi RFA Rain Forest Alliance. RFA adalah suatu lembaga sertifikasi yang menekankan pada aspek pelestarian lingkungan yang diwujudkan dengan penerapan sistem budidaya pertanian berkelanjutan. Lembaga sertifikasi melakukan audit ke kebun petani setiap enam bulan sekali. Petani harus menerapkan Sepuluh Kriteria Kritis Prinsip Standar Pertanian Lestrari pada kebun kopi Lampiran 16. 10. PT. Volkopi Indonesia dan petani menandatangani surat perjanjian pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi. Pada awalnya, yang membuat petani tertarik untuk mengikuti program SL- Kopi adalah karena adanya jaminan harga yang lebih baik yang ditawarkan oleh PT. Volkopi Indonesia dalam pelaksanaan kesepakatan agribisnis kopi. Harga kopi yang diterima oleh petani disesuaikan dengan kualitas kopi hasil produksi, bahkan jika kebun petani lulus sertifikasi RFA Rain Forest Alliance maka petani berhak menerima premium. Premium adalah penambahan harga sebesar Rp 1.000,00liter kopi yang diproduksi oleh petani. Pembagian premium tersebut dilakukan setiap dua kali dalam setahun per enam bulan sekali setelah kebun petani diaudit dan dinyatakan lulus sertifikasi oleh pihak lembaga sertifikasi. Akan tetapi petani tidak akan mendapat premium apabila tidak lulus sertifikasi pada audit berikutnya yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa yang melatarbelakangi terbentuknya kesepakatan agribinis kopi antara PT. Volkopi Indonesia dengan petani, yaitu: 1. PT. Volkopi Indonesia membutuhkan kopi yang dihasilkan oleh petani untuk memenuhi kuota ekspor kopinya; dan 2. Petani merasa tertarik dengan adanya jaminan harga yang ditarwarkan dalam kesepakatan.

5.2 Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

51 259 152

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 10

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 1 1

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 9

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 12

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 1 2

Pengaruh Harga Kopi di Terminal New York Dengan Harga di Tingkat Petani dan Pendapatan Petani Kopi Arabika (Sudi Kasus: Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 36

Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dan Petani (Kasus : Agribisnis Kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 74

Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kesepakatan Agribisnis Kopi antara PT. Volkopi Indonesia dan Petani (Kasus : Agribisnis Kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 17