41
2.7.2. Konektivitas Sosial Ekologi
Konektivitas ekologi menggambarkan sifat mudah tidaknya perpindahan materi, energi, dan organisme dalam melintasi ekoton wilayah perbatasan antara
dua tipe habitat dalam kaitannya untuk memijah, mencari makan, dan tumbuh Nasution et al. 2009. Selanjutnya Glaser 2010; Adrianto 2011 menyatakan
bahwa konektivitas sosial-ekologi adalah adanya saling ketergantungan fungsional antara manusia sistem sosial dan alam sistem ekologi dan antara
pesisir dan laut dalam berbagai aspek perubahan. Dalam konteks estuari, kajian
ini dilakukan untuk mengetahui keterkaitan sumberdaya habitat estuari dengan sumberdaya habitat perairan di atas sungai, dan didepannya pesisir dan laut.
Keutuhan sistem alur air, fungsi sistem hidrologi termasuk morfologi dan kedalaman perairan, struktur sedimen, kondisi tutupan vegetasi kaitannya sebagai
pemasok bahan alohtonus, dan keterkaitan masyarakat terhadap sumberdaya merupakan parameter kunci dalam mengukur konektivitas sosial-ekologi Sulastri
et al . 2010.
2.8. Publikasi yang terkait dengan penelitian.
Penelitian tentang Kawasan Segara Anakan telah banyak dilakukan oleh berbagai instansi dan perguruan tinggi, baik aspek ekologi, ekonomi, sosial dan
kebijakan yang sebagian besar dilakukan secara terpisah. Kajian menunjukkan bahwa dinamika sistem alam di Segara Anakan berlangsung relatif cepat. Hal ini
seiring dan merupakan penyebab utamanya adalah terjadinya proses sedimentasi. Besarnya aliran sedimen yang bermuara di Segara Anakan mencapai 5-10 juta
m3tahun diantaranya mengendap di laguna ECI 1994. Hal ini telah menyebabkan timbulnya daratan baru sejalan dengan penyusutan perairan.
Selanjutnya berdasarkan penelitian Taurusman 1999 laju sedimen di Laguna pada musim hujan sebesar 131,08 kgm2hari sedimen dan 3,690 kgm2hari
limbah organik. Hasil ini yang diperoleh dari penelitian lapangan hampir sama dengan menggunakan nilai prediksi model sedimentasi.
Meskipun laju sedimentasi relatif tinggi, Segara Anakan tetap potensial bagi kegiatan perikanan, baik penangkapan maupun kegiatan pertambakan. Di
bidang budidaya, salah satu penelitian menyimpulkan bahwa luas optimal tambak
42 udang yang sesuai dengan daya dukung lingkungan Segara Anakan adalah 480 ha,
yang terdiri dari 371,38 ha dengan teknologi tradisional plus 108,62 ha teknologi semi intensif dengan lokasi yang ideal adalah sepanjang sungai cibeureum 68,18
ha teknologi semi intensif, sungai pelindukan 80,70 ha ttambak tradisional plus dan 40,44 ha teknologi semi intensif, serta sungai kembang kuning 290,68 ha
teknologi tradisional plus Taurusman 1999. Di bidang penangkapan menunjukkan bahwa 8 dari total ikan dan 34 dari total udang yang tertangkap
nelayan di perairan Pesisir Selatan Jawa, menetas dan dibesarkan di kawasan laguna segara anakan dengan nilai ekonomi mencapai 62 milyar rupiahtahun
Dudley 2000. Penggunaan apong sebagai alat tangkap yang dominan dioperasikan dan bersifat tidak selektif, disorot sebagai pemicu bagi laju degradasi
sumberdaya ikan Zarrohman 2003. Degradasi sumberdaya ikan ditandai dengan penurunan produksi dan ukuran hasil tangkapan pada beragam fauna aquatik baik
ikan, udang, kepiting, maupun kekerangan Wasilun 1991; Amin dan Hariati 1991; Dudley 2000; Dudley 2000a; Suradi 2005; dan Nurfiarini et al, siap terbit.
Koordinasi pengelolaan kawasan Segara Anakan dilaksanakan oleh BPKSA dengan alternatif pembiayaan dari potensi yang ada seperti aktivitas
usaha budidaya udang di tambak Miftah 2003. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Kurniawanti 2005 yang menyebutkan bahwa secara umum kualitas
lahan dan air di kawasan ini memenuhi syarat bagi kegiatan budidaya dengan melakukan kegiatan penjadwalan penebaran benih sampai pemanenan hasil.
Kawasan Segara
Anakan Sendiri
berdasarkan karakteristik
pemanfaatannya dapat digunakan untuk pertambakan, persawahan dan lahan m
angrove A‟in 2009. Aktivitas-aktivitas tersebut dipengaruhi oleh pola hunian masyarakatnya sendiri yaitu pola mengelompok, pola menyebar dan pola
memanjang Vidyabrata 2002. Tipe-tipe nilai pemanfaatan ekosistem mangrove di kawasan ini mencakup: nilai manfaat langsung yang terdiri dari produk hutan,
perikanan, hewan, tambak dan pariwisata; nilai manfaat tidak langsung yang terdiri dari perlindungan terhadap intrusi air laut dan penyediaan zat hara; nilai
pilihan, yaitu keanekaragaman hayati; dan nilai keberadaan eksistensi, yaitu nilai yang diberikan oleh masyarakat lokal Paryono 1999.
Secara ringkas ikhtisar penelitian yang sudah dilakukan di Segara Anakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ikhtisar penelitian yang sudah dilakukan di Kawasan Estuari Segara Anakan
No Judul Penelitian
Tahun PenulisLembagasumber
Topik Kajian
1 The Segara Anakan Reclamation
Project : The Impact on Commercial Fisheries
1975 Department of Marine
Sciences Lousiana State Univercity, USA
Penelitian ini memfokuskan kajian pada perubahan tingkat pendapatan nelayan di Kawasan Segara Anakan akibat adanya
pendangkalan
2 Workshop on Coastal Resources
Management in The Cilacap Region 1982
A Soegiarto and KA Soegiarto, Bird ECF
The Indonesian Institute of Science and The
United Nations University, Jakarta
Mengkaji kondisi geomorfologi, deposisi dari ekosistem mangrove, corak hidrografi, floristik dan ekologi ekosistem
mangrove, sumberdaya perikanan, pola sosial-ekonomi dari kampung nelayan serta penggunaan lahan.
3 Hubungan Fisika dan Kimia Air
dengan Produktivitas Biota Planktonik di Perairan Segara Anakan
1985 Sumarsini W
Kajian hubungan kualitas fisika dan kimia air dengan produktivitas biota planktonik, pola penyebaran Muatan Padatan Tersuspensi
yang berbeda-beda pada emoat zona di perairan Segara Anakan
4 The Environmental Profile of Segara
Anakan Cilacap Coastal Region Indonesia, ASEAN-US and Coastal
Resources Management 1986
Sujastani T Deskripsi kondisi ekologi Kawasan Segara Anakan
5 Studi Pengembangan Wilayah
Nusakambangan dan Segara Anakan 1987
Pusat Studi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
dan Bappeda Kab.Cilacap Perencanaan
pengembangan Kawasan
Segara Anakan
danNusakambangan berdasarkan kondisi dan potensi yang ada 6
The Coastal Environmental Profile of Segara Anakan-Cilacap, South Java,
Indonesia 1989
White AT, P Martosubrito and MSM
SadorraICLARM Mengkaji profil lingkungan pesisir di Segara Anakan terkait
masalah dan konflik penggunaan sumberdaya akibat: tingginya sedimentasi, kehilangan mangrove, overfishing dan parkatek
penangkapan destruktif, polusi minyak dan pencemaran
7 The Integrated Management Plan for
Segara Anakan Cilacap Java 1992
ICLARM Kajian perencanaan pengelolaan kawasan secara terpadu yang
meliputi permasalahan yang ada, strategi pemecahan dan kebijaksanaan pengelolaannya
43
14 Tabel 5. Lanjutan
No Judul Penelitian
Tahun PenulisLembagasumber
Topik Kajian
8 Ecological Assessment for
Management Planning of Segara Anakan Lagoon, Cilacap, Central
Java 1994
Takashima F and K Soewardi
Center for International Program. Tokyo
University of Agriculture Pengukuran kondisi ekologi untuk rencana pengelolaan laguna
Segara Anakan yaitu: proses hidrologi, produktivitas sumberdaya alam mangrove, lepas pantai dan laguna, proses fisiografi,
vegetasi terestrial dan komponen sosial ekonomi.
9 Segara Anakan Conservation and
Development Project: Final Report 1994
Asian Development Bank ECI and Delft Hydraulics
P.T. Exsa Int.Co., Ltd. Proyek Konservasi dan Pembangunan Segara Anakan, meliputi: 1
Sodetan dua sungai; 2 Pengerukan laguna; 3 Drainase; dan 4 Jembatan dan jalan
10 Socio-Economic Trends and Micro-
Institutional Strategies for The Sustainable Development of Segara
Anakan Lagoons and Environs 1995
Duewel J National Workshop
“Sustainable Development of Segara
Anakan Lagoons and Environs
” Cilacap, Central Java
Mengkaji kecenderungan sosial-ekonomi dan strategi Lembaga- Mikro untuk pembangunan berkelanjutan meliputi: 1 zonasi pada
laguna dan lingkungannya; 2 peraturan dan pengelolaan hutan mangrve; 3; alokasi lahan; 4 pengelolaan perikanan dan zonasi;
5 pengembangan perikanan budidaya; 6 pengendalian jumlah populasi: transmigrasi dan membatasi pendatang; 7 pembangunan
infrastruktur ekonomi dan sosial; 8 pengembangan ekowisata
11 Land Use Change and Sustainable
Development in Segara Anakan, Java, Indonesia: Interactions Among
Society, Environment and Development
1997 Olive CA Thesis,
University of Aaterloo, Ontario,
Canada Kajian: 1 perubahan lahan selama tahun 1968-1995; 2
identifikasi interaksi kunci diantara masyarakat; 3 implikasi dan peluang perencanaan pembangunan berkelanjutan dari perubahan
yang terjadi. Pengukuran keberlanjutan dari perubahan penggunaan lahan berdasarkan 3 indikator: kelangsungan hidup secara
ekonomi, keadilan sosial, dan integritas ekologi.
12 Basis Data Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Segara Anakan 1997
PPLH,UNSOED Esklplorasi data dasar sosial ekonomi yang diperlukan dalam
penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Segara Anakan 13
Laporan Akhir Aspek Hukum Kepemilikan Lahan Segara Anakan
1998 Pusat Studi Wawasan
Nusantara, Hukum dan Pembangunan dan
Pemda Tk II Kajian aspek hukum: status hukum kepemilikan lahan Segara
Anakan, terutama lahan timbul di Pulau Nusakambangan, di perbatasan dengan Kawasan perhutani, serta di tengah laguna
melalui sertifikasi kepemilikan lahan oleh Kantor Pertanahan.
44
15 Tabel 5. Lanjutan
No Judul Penelitian
Tahun PenulisLembagasumber
Topik Kajian
14 Laporan Akhir Pengembangan
Perikanan Masyarakat Segara Anakan
1998 Kerjasama Proyek
Konservasi DirJend Pembangunan
Daerah dengan PUSPICS UGM
– BAKOSURTANAL.
Kajian tentang pengembangan perikanan masyarakat meliputi ; kajian fisik yaitu potensi lahan untuk pengembangan tambak;
kajian sosial ekonomi dan rekomendasi bagi pengembangan perikanan dan pertambakan di Segara Anakan. Metode yang
dilakukan menggunakan metode survei dengan pendekatan ekologik, sosio ekonomik secara empiris kuantitatif.
15 Kajian Penyiapan Kebutuhan Desa
Pantai di Kawasan Segara Anakan 1998
Lubis R, L Adrianto, G Yulianto dan R Kinseng
PKSPL IPB Kajian rencana pengembangan desa pantai di Kawasan Segara
Anakan dan
identifikasi kebutuhan
infrastruktur untuk
pengembangan desa pantai. 16
Pengaruh Migrasi Masuk terhadap Penataan Kawasan Segara Anakan
Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Cilacap
1998 Prasetyo B Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta Penelitian ini memfokuskan pada tinjauan aspek hukum dalam
penataan kepemilikan lahan dan penataan kawasan
17 Segara Anakan Lagoon:
Environmental Profile and Monitoring System
1998 Jeanes KW Segara Anakan
Conservation and Development Project
Penelitian ini memfokuskan pada pendekatan ekosistem, yaitu suatu pendekatan untuk analisis lokasi, pengelolaan sumberdaya
alam, pengukuran dampak lingkungan dan monitoring ekologi berdasarkan hirarki fungsional dan interaksi komponen ekosistem.
18 Zonasi Pengembangan Ekoturisme
Kawasan Mangrove yang Berkelanjutan di Laguna Segara
Anakan Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah
1999 Yahya RP Tesis Master
pada Sekolah Pascasarjana
IPB, Bogor Kajian perencanaan pembangunan pariwisata dengan tetap
memberikan manfaat konservasi sumberdaya alam. Jenis kegiatan ekoturisme dapat dikelompokkan ke dalam beberapa zona lindung,
yaitu zona lindung hutan mangrove dan zona lindung perairan yang mengakomodir kegiatan ilmiah.
19 Kajian Ekonomi Pengelolaan Tambak
Di Kawasan Mangrove Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah 1999
Paryono TJ Tesis Master pada
Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor
Eksplorasi nilai-nilai pemanfaatan dan nonpemanfaatan ekosistem hutan mangrove, serta analisa aspek ekonomi pengelolaan sistem
pertanian terpadu antara hutan mangrove dan tambak.
45