Sistem Sosial .1 Kondisi Ekonomi Masyarakat Pesisir Estuari

72 o Aspek Pariwisata Salah satu sektor yang diharapkan sebagai pemicu aktivitas ekonomi desa di masa mendatang adalah pariwisata. Hal ini dimungkinkan kawasan ini memiliki potensi wisata seperti Gua Masigitsela, Pantai Permisan, Makam Tua Pasuruan dan Pondok Wisata bungalow yang dibangun PMO SACDP serta perairannya berdekatan dengan rute perahu yang mengantarkan wisatawan dari Pangandaran ke Cilacap. Saat ini pihak BPKSA tengah bergiat mempromosikan Laguna Segara Anakan sebagai salah satu tempat tujuan wisata dengan salah satu atraksi yang ditawarkan adalah kunjungan ke perkampungan nelayan, Kampong Laut Fisherman Village , di sini wisatawan dapat menikmati keunikan hidup keseharian masyarakatnya serta dapat berbelanja oleh-oleh ikan segar hasil tangkapan nelayan. Potensi pariwisata di kawasan ini dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Potensi Pariwisata di Kawasan Laguna Segara Anakan No Jenis Wisata Potensi Daya Dukung 1 Wisata Ilmiah Studi wisata mangrovepenelitian Keanegaraman flora, fauna mangrove dan hutan hujan tropis 2 Rekreasi Ekowisata,memancing, olah raga air, safari mangrove Atraksi keindahan, keunikan, dan keaslian hutan mangrove dan hutan hujan tropis nuda kambangan 3 Wisata Budaya Wisata kampung laut, wisata ziarah Keaslian, keunikan, dan tempat keramat Sumber: Yahya 1999 dan PKSPL-IPB 2000

3.3.3 Kondisi Sosial dan Kelembagaan Masyarakat Pesisir Estuari

o Prasarana Penerangan Saat ini, sarana penerangan sudah menjangkau hampir seluruh wilayah pedesaan di Cilacap, termasuk desa desa pesisir. Khusus di kecamatan kampung laut, prasarana penerangan yang ada berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS. Namun fasilitas PLTS ini belum merata untuk semua warga. Karena keterbatasan jumlah panel-panel yang ada, hanya sebagian kecil warga yang bisa menikmati penerangan dengan PLTS ini. Itupun tidak bisa sepanjang hari, namun hanya beberapa jam. Sebagian besar warga lainnya memenuhi kebutuhan penerangan dengan menggunakan genset baik milik sendiri ataupun ikut iuran membeli bensin kepada tetangga yang memilikinya, dengan biaya berkisar antara 73 Rp 1.000 - Rp 5.000malam. Besarnya iuran tergantung pada jumlah penggunaan, seperti banyaknya lampu, penggunaan setrika, televisi, dll. Tabel 17. Sarana Penerangan di Desa Desa Pesisir Estuari No Desa Jumlah RTP buah Sarana Listrik buah Persentase 1 Kutowaru 2.632 2.211 84,00 2 Donan 6.842 6.046 88,37 3 Karang Talun 2.706 2.702 99,85 4 Tritih Kulon 4.561 4.545 99,65 5 Ujung Gagak 1.045 915 87,56 6 Ujung Alang 1.199 909 75,81 7 Klaces 386 281 72,80 8 Panikel 1.285 1.271 98,91 Sumber: Desa dalam angka, BPS Cilacap, 2013 o Prasarana Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan desa-desa pesisir estuari disebabkan karena rendahnya sarana prasarana pendidikan yang terdapat di lokasi tersebut, khususnya di desa-desa Kampung Laut. jumlah SD sederajat hanya 9 buah, SLTP sederajat sebanyak 3 buah dan SLTA sebanyak satu buah Tabel 18 dengan jumlah tenaga pengajarguru yang belum memadai Tabel 19. Tabel 18. Sebaran jumlah Prasarana Pendidikan di Desa-desa Pesisir No Desa Prasarana Pendidikan SD sederajat buah SLTPsederajat buah SLTAsederajat buah 1 Kutowaru 5 3 - 2 Donan 9 2 - 3 Karang Talun 7 - - 4 Tritih Kulon 11 1 - 5 Ujung Gagak 2 1 - 6 Ujung Alang 3 1 - 7 Klaces 1 - 1 8 Panikel 3 1 - Sumber: Desa dalam angka, BPS Cilacap, 2014 Pendidikan di Kecamatan Kampung Laut rasio antara guru dan murid masih belum cukup. Hal tersebut diperparah dengan keadaan guru-guru yang berada di Kecamatan Kampung Laut biasanya tidak menetap di lokasi kawasan. Setiap hari dengan menggunakan perahu milik pemerintah, guru-guru harus melewati kawasan perairan Segara Anakan untuk sampai di lokasi sekolah. 74 Setidaknya selama satu hingga dua jam perjalanan berangkat dan perjalanan pulang. Belajar mengajar di Kecamatan Kampung Laut tidak berjalan apabila musim angin hujan tiba, karena rawannya menyeberang ke lokasi sekolah. Tabel 19. Rasio Sekolah, Murid, dan Guru di Kecamatan kampung Laut Sekolah Prasarana Pendidikan SD sederajat SLTP Sederajat SLTA sederajat Sekolah 9 3 1 Murid siswa 1.853 641 126 Guru orang 104 41 22 Rasio Murid dan Guru 18 : 1 16 : 1 8 :1 Sumber: Desa dalam angka, BPS Cilacap, 2014 o Prasarana Kesehatan Prasarana kesehatan mencakup lembaga kesehatan dan tenaga medis. Gambaran ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan pada 8 desa nelayan estuari Tabel 20. Di Kecamatan Kampung Laut minimnya sarana kesehatan berupa Puskesmas sebanyak 1 buah, puskesmas pembantu sebanyak 3 buah dan posyandu sebanyak 21 buah. Padahal di tingkat kecamatan yang memiliki empat desa dengan akses transportasi yang terbatas, menjadikan sarana dan prasarana di Kecamatan Kampung laut tidak memadai. Hal ini juga terlihat dari jumlah petugas kesehatan yang minim. Tidak terdapat dokter, hanya bidan dan dukun bayi dalam jumlah terbatas. Selain itu, tenaga paramedis yang ada umumnya berdomisili di Cilacap, sehingga pada saat akhir pekan tidak ada di tempat. Tabel 20. Sebaran sarana kesehatan dan tenaga medis di 8 desa pesisir estuari Desa lembaga kesehatan tenaga kesehatan puskesmas P.pembantu polindes posyandu dokter bidan Tenaga medis lain dukun bayi bh bh bh bh bh bh bh bh Kutowaru - 1 - 14 - 2 1 13 Donan 1 - - 23 4 2 2 5 Karang Talun 1 - - 10 1 1 8 7 Tritih Kulon 1 1 - 14 2 13 21 7 Ujung Gagak - 1 2 4 - 2 - 14 Ujung Alang - 1 2 9 - 2 - 6 Klaces 1 - - 2 - 1 - 3 Panikel - 1 2 8 - 2 - 7 Sumber: Desa dalam angka, BPS Cilacap, 2014 75 o Prasarana Komunikasi dan Transportasi Prasarana komunikasi di wilayah ini, pada umumnya masyarakat sudah memiliki sarana komunikasi seperti handphone. Hal ini dilakukan terutama untuk menjalin komunikasi dengan anggota keluarga yang berada di luar kota. Kondisi sistem transportasi dapat diukur dengan aksesibilitas dan mobilitas wilayah tersebut. Aksesibilitas dapat dilihat berdasarkan jangkauan wilayah oleh prasarana transportasi dan kemudahan manusia mendapatkan sarananya. Sarana transportasi yang ada di kawasan desa-desa pesisir estuari masih terbatas. Untuk wilayah sebelah timur meliputi donan, kutowaru, talun, tritih, dan Panikel karena sudah tersambung dengan Kabupaten Cilacap, sebagian wilayahnya bisa dijangkau dengan menggunakan angkutan umum atau jalan darat. Namun untuk wilayah barat seperti Ujung Gagak, ujung alang dan klaces, satu satunya sarana transportasi yang dapat digunakan adalah transportasi air menggunakan perahu. o Kelembagaan masyarakat perikanan estuari Saat ini nelayan Segara Anakan tergabung dalam satu kelembagaan nelayan HNSI. Di tingkat desa kelembagaan tersebut lebih dikenal dengan sebutan rukun nelayan. Keadaan saat ini menunjukkan bahwa kelembagaan ini cenderung bersifat pasif dan hampir tidak memiliki aktifitas sama sekali. Adanya anggapan mengenai nihilnya kontribusi hasil estuari bagi peningkatan pendapatan asli daerah PAD berdampak pada minimnya kepedulian pemda setempat dalam hal pembinaan dan penyuluhan bagi masyarakat perikanan. Dalam kaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir, Pemda Kab. Cilacap telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam bentuk Perda yaitu : 1 Perda No.141994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Dati II Cilacap, 2 Perda No. 232000 tentang Penetapan Batas Kawasan Segara Anakan, 3 Perda No 62001 tentang Tata Ruang Kawasan Segara Anakan, 4 Perda No.16 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Perikanan di Kawasan Segara Anakan, 5 Perda No.172001 tentang Pengelolaan Hutan Mangrove di Kawasan Segara Anakan, 6 Perda No.12003 tentang Kepelabuhanan, dan 7 Rancangan Keputusan Presiden tentang Penataan Ruang Kawasan Konservasi Pacangsanak Pangandaran, Kalipucang, Segara Anakan dan Nusa kambangan. 76 Pengelolaan kawasan segara anakan, pada awalnya pemerintah Kabupaten Cilacap menggunakan model jaringan kerja networking, dimana koordinasi antar sektor dibangun melalui jaringan dari perundang-undangan dan kebijakan yang ada. Meskipun kebijakan penataan ruang kawasan pesisir belum diatur secara legal melalui peraturan daerah, akan tetapi wacana kebijakan penataan ruang wilayah pesisir telah secara insentif digulirkan oleh Bappeda sebagai badan perencana di daerah. Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan BKPSA merupakan lembaga non struktural yaitu Segara Anakan Conservation and Development Project SACDP yang secara khusus mengelola kawasan Segara Anakan. Badan ini dibentuk oleh pemerintah daerah seiring dengan adanya proyek bantuan luar negeri yang dibiayai oleh Asian Development Bank ADB. Upaya pengelolaan segara anakan oleh SACDP seperti tercantum dalam perjanjian kerjasama RI-ADB tahun 1996, terbagi dalam 3 komponen: 1 pengendalian sedimen yang dikerjakan oleh proyek Citanduy, meliputi sodetan Citanduy, sodetan cikonde, pengerukan, normalisasi sungai, 2 rehabilitasi mangrove seluas 1.040 ha dari 1.125 ha yang direncanakan, konservasi tanah dan pengendalian erosi, pembangunan desa, 3 penguatan kelembagaan saat ini telah terbentuk 60 KSM Pelestari hutan bakau, serta peningkatan budidaya melalui pola tambak murni dan silvofisheri. Saat ini badan otorita tersebut telah bergabung dengan dinas terkait sehingga program-program pengelolaan langsung dibawah kendali pemerintah daerah cilacap melalui dinas perikanan dan kelautan.

3.3.3 Sistem Sosial Ekologi di Estuari Segara Anakan

Salah satu fungsi ekosistem bagi manusia adalah sebagai penyedia barang dan jasa bagi kehidupan manusia. Dalam mencapai fungsi keberlanjutan, maka ketersedian barang dan jasa yang dihasilkan yang menjamin kebutuhan individu mutlak diperlukan. Interaksi ini dapat lebih dipahami dalam konteks yang komplek dan adaptif melalui pendekatan socio-ecology system, dimana terbentuk interaksi yang kuat antara keduanya Gunderson and Holling 2002. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai kondisi SSE suatu kawasan sebagai pendekatan baru secara kualitatif, dilakukan melalui penilaian individu dalam bentuk matrik keterkaitan terhadap kondisi ekologi dan