57 perbandingan 65-77 clay, dan 23-35 silty, dengan kandungan bahan organik 3-
11,2 PPLH UGM 1987. Berdasarkan topografi, struktur batuan dan proses geomorfologi, kawasan
ini dibagi dalam 6 satuan bentuk lahan, yakni; 1 perbukitan berbatuan breksipasir berbentuk lembah memanjang sepanjang sisi selatan pulau nusa
kambangan yang dicirikan dengan kemiringan 15-35, dan ketinggian 70-190 mdpl, 2 perbukitan berbatuan gamping, terletak disebelah utara perbukitan
breksi yang dicirikan oleh topografi karst, kubah dan dolina dengan kemiringan 15-20. Interaksi dengan air membentuk gua gua kapur sumber mata air, 3
Kaki lereng perbukitan gamping, dicirikan dengan topografi landai dimana batu gamping dan kolovium sebagai material penyusunnya dan dapat dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian, tegalan, dan kebun campuran, 4 Dataran alluvial, meliputi lembah lembah sungai dan dataran estuari dengan material penyusun
adalah sedimen rawa berupa pasir, kerikil dan lempung, lanau bercampur material organis, dengan ketebalan 25 cm hingga 2 m. 5 Pulau lumpur, terbentuk dari
proses pengendapan oleh pasang surut, dicirikan dengan material penyusun relatif muda, belum memadat dan tertutup mangrove zona barat, dan yang berumur
sudah lebih tua didominasi oleh vegetasi rumput rawa zona tengah bagian utara dan timur, dan 6 tubuh perairan, dari waktu ke waktu terus mengalami
pendangkalan hingga terbentuk seperti alur alur sungai saja, kedalaman rata-rata 2,70 m 1900 menjadi 1,03 m 1980 dan tinggal 0,5 m , dengan rata rata
pendangkalan 2 cmth.
3.3.1.3 Hidrologi dan kualitas lingkungan perairan
Kondisi hidrologi dan perairan di kawasan Segara Anakan dapat dbedakan menjadi tiga macam, yaitu air tanah, air sungai, dan air payau di cekungan Segara
Anakan. Air sungai berasal dari Sungai yang bermuara di Estuari Segara Anakan meliputi 8 sungai besar dan 17 sungai kecil diantaranya Sungai Citanduy, Cibeureum,
Cimeneng, Palindukan, Kayu Mati, dan Cikujang zona barat, Sungai Penikel, Cikonde, Ujung Alang, Kali Dangal, Sapuregel, dan Kembang Kuning Zona tengah,
Sungai Cigintung dan Sungai Donan Zona Timur, dimana hampir semua sungai ini membawa lumpur dan pasir yang kemudian mengendap di perairan estuari dalam
volume yang bervariasi.
58
Kualitas lingkungan perairan di Estuari Segara Anakan ditunjukkan oleh penilaian beberapa parameter baik fisik maupun kimia. Pengamatan dilakukan
pada Bulan Juni 2014 mewakili musim kemarau, dan sebagai pembanding pada Bulan Desember 2013 mengacu pada BP2KSI 2013 mewakili musim hujan.
Hasil pengamatan kondisi lingkungan perairan Estuari Segara Anakan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil pengamatan kualitas lingkungan perairan estuari
No Parameter Kualitas
Perairan Hasil Pengamatan
Desember 2013 Juni 2014
Rerata min
maks rerata
min maks
1 Suhu air
C 27,71
27 29
29,85 28,94
30,83 2
Salinitas
o oo
6,16 15
8,92 3,75
13,35 3
Kecepatan arus mdetik 0,12
0,68 2,78
0,76 0,12
1,58 4
pH 7,73
7,5 8,2
7,95 7,60
8,40 5
Kecerahan m 64,16
15 100
81,53 30
160 6
Turbiditas NTU 18,07
5 65,08
14,35 3,99
32,79 7
DO ppm 3,89
3,22 4,7
6,59 4,11
9,17 8
TSS 0,09
0,03 0,12
0,05 0,02
0,07 Keterangan: BP2KSI, 2013; data primer
Dinamika kualitas lingkungan perairan sangat mempengaruhi distribusi ekosistem dan spesies, diantaranya adalah suhu, dan salinitas perairan. Estuari
Segara Anakan didominasi oleh hutan mangrove. Dinamika suhu dan salinitas akan mempengaruhi pembentukan formasi dari hutan mangrove, termasuk
tipologi biota perairannya. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan biota estuari adalah 30
o
C Kirby-smith et al. 2003. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perairan Estuari Segara Anakan memiliki kisaran suhu permukaan antara 28,94
– 30,83 rata rata 29,85 pada musim kemarau, dan 27 -29
o
C rata rata 27,71
o
C pada musim hujan, dan merupakan kondisi yang cukup mendukung kehidupan
biota estuaria khususnya pada tingkat larva. Sedangkan salinitas berada pada kisaran 3,75
– 13,35
00
rata rata 8,92
00
pada musim kemarau, dan kisaran dan 0 - 15
00
rata rata 6,16
00
pada musim hujan. Nilai salinitas tersebut menunjukan adanya keseimbangan pengaruh laut dan sungai merata diseluruh perairan estuari.
Turbiditas merupakan parameter fisika yang menunjukkan tingkat kekeruhan. Parameter ini sangat mempengaruhi kekayaan jenis dan kelimpahan
fauna makrozobenthos. Kriteria nilai turbiditas untuk perlindungan hewan aquatik