96 Dimana:
IUV = indirect use value
IUV
1
= tempat pemijahanasuhanpembesaran IUV
2
= produsen pakan alami serasah IUV
3
= penyimpan karbon IUV
n
= indirect use value
ke-n
Nilai manfaat tidak langsung sebagai daerah pemijahan diestimasi dengan menggunakan rumus hubungan regresi antara luasan mangrove dengan upaya
penangkapan effort dan produksi udang, seperti dalam persamaan 6 Barbier dan Ivar 1998:
ℎ = � � −
2
2
= ∝ � −
2
2
.......................................... 6 dimana :
bi = α q dan b
2
= q
2
r h
= produksi udang E
= upaya effort � = Luasan hutan Mangrove ha
Manfaat tidak langsung selanjutnya adalah hutan mangrove sebagai penyimpan karbon merujuk pada Marlianingrum 2007 dan manfaat
produksi pakan merujuk pada Sukardjo 1995 Selanjutnya, Nilai Total Ekonomi NET atau Total Economic Value TEV
dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: �
= +
� .........................................................................................,7
Dimana : TEV
= Total Economic Value = nilai manfaat langsung
DUV = Direct Use Value = nilai manfaat langsung
IUV = Indirect Use value = nilai manfaat tidak langsung
4.3. Hasil dan Pembahasan
Penilaian manfaat sumberdaya estuari terkait pengembangan fish sanctuary
di Segara Anakan, terlebih dulu dilakukan dengan mengklasifikasi
97 fungsi dan manfaat sumberdaya di Ekosistem Estuari. Nilai ekonomi total
ekosistem estuari untuk terkait pengembangan fish sanctuary meliputi 3 kategori yaitu 1 Nilai manfaat langsung, 2 Nilai manfaat tidak langsung, dan 3 Nilai
pilihan.
4.3.1 Nilai manfaat langsung
o
Nilai manfaat kayu log kayu mangrove
Log kayu mangrove di Segara Anakan oleh masyarakat sekitar estuari, sebagian besar di gunakan sebagai bahan baku bangunan. Nilai manfaat langsung
tegakan pohon log kayu mangrove dihitung berdasarkan data tegakan, kerapatan, dan diameter kayu. Dengan asumsi bahwa karakteristik pertumbuhan mangrove
Segara Anakan mengikuti hasil penelitian Santoso 1998 yaitu 19,4m
3
hath, harga kayu log di lokasi saat ini Rp 90.000m
3
, sehingga diperoleh nilai penerimaan dari log kayu sebesar Rp 1.746.000hatahun. Jika di asumsikan biaya
operasional mengikuti Marlianingrum 2007 yakni 30 dari nilai tegakan, diperoleh manfaat bersih log kayu sebesar Rp 1.222.200hatahun. Total luas
mangrove di Estuari Segara Anakan hasil interpretasi citra tahun 2014 adalah seluas 8234,46 Ha, maka dapat dihitung nilai ekonomi yang dapat dibangkitkan
dari potensi log kayu yang dihasilkan dari hutan mangrove segara anakan sebesar Rp 10.064.157.012th
o
Nilai manfaat kayu bakar
Ranting ranting mangrove merupakan salah satu sumber energi bagi sebagian masyakarat sekitar estuari, khususnya bagi penduduk yang berprofesi
petani, nelayan, dan buruh. Hasil wawancara dengan 7 responden yang mewakili pencari kayu bakar pada masing masing desa, menunjukkan hampir seluruh
responden menyatakan bahwa pengambilan kayu untuk tujuan kepentingan sendiri memasak, dan sebagian hasilnya di jual kepada tetangga atau pengolah
ikankerang serta pembuatan arang. Pengambilan kayu dilakukan 1-4 kali seminggu dengan hasil berkisar antara 0,5-2,5 m
3
trip dengan rata rata 1,18m
3
RTPtrip. Lama waktu pengambilan kayu bervariasi antara 2-4 jamtrip.
98 Biaya yang dikeluarkan hanya berupa perbekalanrokok Rp 10.000trip, dan
biaya penyusutan perahu pada kisaran Rp 2.448,-hari dan biaya penyusutan mesin di abaikan sebagian besar pencari kayu bakar menggunakan sampan tanpa
mesin. Biaya tenaga kerja dihitung dengan rata rata alokasi HKE yang diicurahkan yaitu 0,41 HKE dimana nilai rata rata upah buruh sebesar Rp
35.000HKE. Harga kayu bakar saat ini Rp 40.000m3, sehingga dapat dihitung manfaat bersih kayu bakar yang diperoleh adalah Rp 19.085RTPtrip. Jika di
asumsikan hanya sekitar 10 dari rumahtangga yang berada pada lokasi yang memiliki kemudahan dalam mengakses gas elpiji, dan 30 rumah tangga pada
desa yang terisolir, maka diketahui bahwa jumlah pencari kayu bakar Segara Anakan mencapai 1.917 orang pada lahan mangrove seluas 7.287,17 ha.
Diperoleh nilai ekonomi dari nilai manfaat kayu bakar sebesar Rp 881.133hatahun Lampiran 6 atau sebesar Rp 7.255.654.443tahun.
o
Nilai manfaat nipah
Pada sebagian masyarakat khususnya di desa Kuta Waru dan Desa Ujung Alang, nipah yang melimpah di perairan sekitar pinggir desa mereka,
dimanfaatkan untuk dijual menjadi menjadi atap dan pembungkus gula. Jumlah pencari daun nipah yang berhasil identifikasi pada saat ini sekitar 30 orang,
dengan rata rata pengambilan 5 tripminggu 260 tripth. Jumlah daun nipah yang berhasil dikumpulkan berada pada kisaran 30-50 ikat rata rata 40 ikatRTPtrip.
Sehingga diketahui bahwa potensi daun nipah yang dimanfaatkan sebesar 312.000 ikattahun 37,89 ikathatahun. Harga jual daun nipah saat ini berkisar antara Rp
2000 – 3000ikat. Sehingga dapat dihitung nilai ekonomi dari nilai manfaat daun
nipah sebesar Rp 91.745,-hatahun Lampiran 7, sehingga dapat diketahui bahwa nilai ekonomi manfaat daun nipah sebesar Rp 755.470.533,-tahun.
o
Nilai manfaat satwa
Meskipun sudah mulai jarang dilakukan, namun hingga saat ini hutan mangrove masih menjadi primadona bagi para pemburu satwa, khususnya untuk
jenis burung dan ular. Jumlah penangkap burung dan pencari ular. Kegiatan ini sangat membutuhkan ketrampilan khusus, sehingga tidak banyak yang bisa
99 melakukan. Ada sekitar 10 orang penduduk Desa Ujung Alang dan Ujung gagak
yang masih melakukan aktifitas tersebut sebagai usaha sambilan. Kegiatan menangkap burung biasanya dilakukan pada musim kemarau atau saat ngember
atau sekitar 1-2 tripminggu 78 triptahun. Jumlah perolehan berkisar antara 2-10 ekor burung rata rata 6 ekortrip atau sekitar 1 ekorhatahun. Harga burung
sangat bervariasi tergantung dari jenis dan ukurannya, biasanya berkisar antara 25.000-300.000ekor dengan rata rata Rp 50.000ekor. Jenis jalak merupakan
burung yang memiliki harga cukup tinggi. Penerimaan hasil satwa burung sebesar Rp 300.000trip atau Rp 50.000ha. Biaya yang dikeluarkan dalam aktifitas ini
meliputi biaya inventasi perahu, alat tangkap jaring dan sangkar, biaya operasional bahan bakar dan perbekalan, penyusutan, dan biaya tenaga kerja rata
rata sebesar Rp 25.114trip atau Rp 25.585ha Lampiran 8, sehingga diperoleh nilai manfaat satwa sebesar Rp 24.415hatahun atau sebesar Rp
201.046.965tahun.
o
Nilai Manfaat Perikanan Kepiting
Rata rata produksi kepiting harian adalah 2,51 kgtrip dengan rata rata penerimaan sebesar Rp 94.000kgtrip. Jumlah trip dalam satu tahun berkisar
antara 260-312 trip rata rata 281 trip. Jumlah keseluruhan nelayan wadong dan
pintur di Segara Anakan sebanyak 502 RTP yang tersebar pada 8 desa pesisir.
Nilai manfaat produksi kepiting di Segara Anakan sebesar 38 kgha, dengan nilai manfaat bersih Rp 1.277.032,-hatahun atau sebesar Rp 10.515.668.884,89.-th.
Hasil analisis secara rinci disajikan pada Lampiran 9.
o
Nilai Manfaat Perikanan kerang
Kerang merupakan salah satu hasil perikananyang cukup menjanjikan sebagai usaha sampingan disamping mencari ikan, sebagian besar dilakukan oleh
kalangan ibu ibu anak anak dengan memanfaatkan waktu sepulang sekolah dan para nelayan memanfaatkan masa ngember untuk mencari kerang. Berdasarkan
hasil perhitungan masa ngapong selama tahun 2012 yakni 234 hari, sehingga dapat diketahui bahwa kegiatan ini tidak dilakukan setiap hari namun hanya
sebanyak 131 triptahun. Sedangkan bagi para ibu dan anak anak dapat melakukan
100 aktifitas ini 2-4 kaliminggu atau 208 triptahun. Jumlah penduduk yang
menempatkan aktifitas mencari kerang sebagai pekerjaan sehari hari sebanyak 204 orang, sedangkan 240 RTP menempatkan kegiatan ini sebagai sambilan.
Pengambilan kerang di perairan sebesar 37,92kgRTPtrip, sedangkan harga kerang bercangkang mengikuti harga rata rata yang berlaku di lokasi studi yaitu
sebesar Rp 1500kg. Sehingga dapat dihitung rata rata penerimaan Rp 56.873RTPtrip. Rata rata biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tenaga kerja,
bahan bakar, bekal, dan peyusutan perahumesin sebesar Rp 27.379RTPtrip. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa setiap hektar mangrove
memberikan sumbangan produksi kerang sebesar 322 kg hath dengan nilai manfaat langsung perikanan kerang Rp 250.822hath atau sebesar Rp
2.065.386.837th Lampiran 10.
o
Nilai manfaat perikanan udang
Udang merupakan hasil tangkapan dominan bagi masyarakat nelayan estuari. Aktifitas penangkapan udang menggunakan berbagai jenis alat tangkap
antara lain apong, surungan, jaring kantong, dan widey. Jaring apong merupakan alat tangkap dominan yang digunakan hampir di seluruh wilayah perairan estuari.
Hasil penelitian selama tahun 2013 menunjukkan bahwa dalam satu tahun apong rata rata dioperasikan sebanyak 128 trip dengan hasil tangkapan udang sebanyak
4.706 kgth 4,6 kgtrip, widey 156 trip dengan hasil tangkapan 1.351 kgth 1,44 kgtrip, surungan sebanyak 218 trip dengan hasil tangkapan 1.225 kg 2,82
kgtrip, dan jaring kantong sebanyak 117 trip dengan hasil tangkapan 594 kgtahun 0,85 kgtrip. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis usaha penangkapan
udang Lampiran 11 diketahui bahwa setiap hektar perairan mampu memberikan nilai manfaat bersih sebesar Rp 5.006.238.770,52,-tahun Rp 607.962 hatahun.
Selain nilai manfaat udang estuari, nelayan juga melakukan penangkapan udang di laut, dimana sumber benur nya berasal dari estuari, khususnya udang
peci, jerbung dan udang dogol. Maka dengan menghitung nilai produksi dari beberapa TPI di sekitar estuari 9 TPI, maka diperoleh jumlah produksi
tangkapan udang pada tahun 2012 sebesar 1.953.799,68 kgtahun atau rata rata 28,56 kgtrip. Komposisi hasil tangkapan udang jerbung, peci, dogol, dan windu