Hasil dan Pembahasan 1. Integritas sosial ekologi ekosistem Estuari Segara Anakan

132 Napitupulu dan Ramu, 1982. Sungai Citanduy sebagai sungai terbesar dan menyumbang sekitar 80 debit yang masuk ke laguna selain sungai lainnya. Tabel 66. Sebaran kondisi geomorfologi dan DAS di Estuari Segara Anakan No Parameter Desa Desa Pesisir Estuari Zona Timur Zona Tengah Zona Barat Do Tal Tri KW UA Pan Kla UG 1. Topografi Dataran Dataran dataran Dataran Dataran dataran Dataran- perbukitan Dataran 3 Geomorfologi Alluvial Alluvial Alluvial Alluvial Alluvial, campuran Alluvial, muda Alluvial, muda Alluvial, muda 2. DAS terbatas terbatas terbatas luas luas luas terbatas luas

5.3.1.3 Sedimentasi

Hasil analisa terhadap volume sedimentasi pada beberapa muara sungai besar yang bermuara di perairan estuari menunjukkan rata rata sedimen mengendap 0,009-0,021 cm 3 detik. Sedimentasi tertinggi terjadi di sekitar Muara Citanduy, Muara Jeruk legi, dan Muara Donan, sedangkan terendah di perairan parid kotawaru. Gambar 21. Rata rata pengendapan sedimen pada 12 muara sungai

5.3.1.4 Kualitas Perairan

Kajian terhadap kualitas lingkungan perairan terkait integritas ekologi bagi kesesuaian pengembangan fish sanctuary meliputi 22 sub parameter dalam 5 kategori yakni non spesifik lima sub parameter, nutrisi empat sub parameter, 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 rata rata p e n g e n d ap an c m 3d tk 133 pengganggu dua sub parameter, logam dan pencemar 9 sub parameter, serta sumberdaya pakan dua sub parameter. Hasil analisis kualitas air disajikan pada Tabel 67. o Salinitas, turbiditas, pH, suhu, dan Oksigen terlarut DO Kisaran nilai salinitas tidak menggambarkan pola yang meningkat dari hulu ke hilir estuari. Hal tersebut diduga terkait dengan waktu pengambilan sampel yang sangat dipengaruhi oleh pengaruh pasang surut harian. Nilai salinitas di lokasi berkisar antara 3,75-13,55 ppt, artinya sebaran sanilitas perairan estuari masih berada pada kisaran yang disarankan untuk mendukung kehidupan biota estuari. Ikan ikan yang hidup di perairan estuari umumnya memiliki toleransi yang tinggi terhadap variasi salinitas euryhalin, dan secara rutin mampu beradaptasi dengan fluktuasi perubahannya Blaber 2000. Nilai kisaran turbiditas antara 3,99 – 32,79 NTU. Quinn et al. 1992 menyatakan bahwa di amerika kriteria nilai turbiditas untuk perlindungan hewan aquatik berada pada kisaran 5 – 25 NTU, mengingat peningkatan nilai turbiditas sangat berpengaruh pada kekayaan organisme bentik. Namun,bagi perairan tropis, umumnya nilai tersebut lebih tinggi mengingat curah hujan yang intensif sepanjang tahun berakibat pada tanah yang mudah tererosi sehingga menimbulkan luapan sedimen yang terbawa melalui aliran sungai ke muara Sanderson taylor 2003. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada beberapa stasiun menunjukkan nilai turbiditas yang cukup tinggi , umumnya merupakan daerah muara sungai besar stasiun 11, dan 12 dengan nilai 32,55 dan 32,79 NTU. Nilai suhu, pH, dan DO hampir secara keseluruhan mendukung kehidupan biota, hanya pada beberapa stasiun menunjukkan nilai suhu lebih tinggi 30 o C dari yang disyaratkan. Hal tersebut sangat terkait pada kondisi cuaca dan intensitas matahari pada saat pengambilan data berlangsung. Namun demikian perlu mendapat perhatian bagi pengembangan suaka perikanan, diman suhu 30 o C berpotensi meningkatkan streess pada fauna nekton Kirby-Smith et al. 2003, sebagaimana DO sangat dianjurkan berada pada nilai 3 mgL. 134 Tabel 67. Kondisi Kualitas Perairan di Segara Anakan no parameter satuan baku mutu perikanan Stasiun Zona Timur Zona Tengah Zona Timur Do Tal Tri UA UA KW UA UA Pan Kla UG UG UG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 A Parameter non spesifik 1 Turbiditas NTU 5-25 rata-rata 3,99 6,11 22,08 8,84 6,71 8,02 10,51 12,1 22,93 12,45 32,79 32,55 7,46 kisaran 3,96 - 4,02 5,86-6,36 8,98-35,18 10,88 - 6,8 4,43 - 9,0 5,84 - 10,2 8,22 - 12,8 8,76 - 15,44 15,2 - 30,66 9,96 - 14,94 11,24 - 54,35 12,35 -52,76 7,21 - 7,71 2 Salinitas Ppt 0,5 - 17 rata-rata 11,35 13,55 12,5 10,04 13,35 7,65 7,74 7,85 7,60 4,40 6,15 3,75 10,05 kisaran 8,4 - 14,3 13,4 - 13,7 12,4 - 12,6 9,5 -10,9 13 - 13,7 7,64 - 7,65 7,73 - 7,75 7,8 - 7,89 7,5 - 7,7 3,8 - 5 3,8 - 8,5 1,8 - 5,7 5,9 - 14,2 3 Suhu air C 30 rata-rata 28,94 29,82 30,43 29,96 29,88 29,74 30,02 30,83 30,8 29,53 29,31 29,525 29,24 kisaran 28,93-28,96 29,66-29,98 30,40-30,46 29,95-29,97 29,86-29,90 29,63-29,85 30-30,04 30,67-31,00 30,62-30,98 29,6 -29,85 29,17 -29,46 29,52-29,53 28,58-29,9 4 pH - 6,5 -8,5 rata-rata 8,40 8,14 8,02 7,93 7,96 7,65 7,74 7,85 7,60 8,10 7,97 7,76 8,18 kisaran 8,38 - 8,43 8,11 - 8,17 7,98 - 8,06 7,83 - 8,03 7,93 - 7,98 7,64 - 7,65 7,73 - 7,75 7,8 - 7,89 7,5 - 7,7 8,05 - 8,15 7,74 - 8,2 7,76 - 7,81 8,07 - 8,29 5 Oksigen terlarut DO mgL 5 rata-rata 6,54 4,11 6,7 4,96 5,75 5,36 5,64 8,97 9,17 6,71 9,05 6,69 7,09 kisaran 5,96 - 7,12 3,26 - 4,96 6,61 - 6,79 4,45 - 5,47 5,03 - 6,44 3,9 - 4,81 5,64 8,33 - 9,60 8,49 - 9,85 6,26 - 7,15 8,64 - 9,45 6,32 - 7,05 6,62 - 7,57 B Parameter Nutrisi 6 Nitrogen total T-N mgl 1,5 16.378 15,763 16,992 14,314 16,755 18,551 15,259 17,07 18,504 17,133 18,204 15,338 18,141 7 Fosfat Total T- P mgl 0,05 0,032 0,033 0,031 0,05 0,036 0,044 0,039 0,05 0,071 0,041 0,043 0,069 0,056 8 Nitrat NO3 mgl 10 0,323 0,28 0,136 0,177 0,208 0,215 0,192 0,405 0,303 0,86 0,376 1,142 0,577 9 P-PO4 mgl 0,2 0,042 0,037 0,055 0,036 0,05 0,224 0,147 0,013 0,015 0,075 0,04 0,044 0,095 C Parameter pengganggu 11 Nitrit N-NO2 0,06 0,008 0,01 0,007 0,008 0,01 0,01 0,008 0,014 0,012 0,026 0,036 0,022 0,014 12 Amonium N- NH4 0,02 0,867 0,591 0,828 0,694 0,479 0,765 0,490 0,846 0,779 0,515 0,765 0,701 0,458 D Parameter Logam 13 Kalium K mgl 200-400 - 212,881 247,075 170,573 252,848 114,135 124,106 83,665 27,783 31,416 55,477 84,543 36,422 14 Kalsium Ca mgl 180-220 - 221,84 282,041 204,914 334,261 140,061 137,975 98,71 53,95 45,728 84,472 51,664 46,37 15 Natrium Na mgl 5000-9000 - 133,578 133,872 137,42 135,589 137,782 136,2 135,409 133,307 132,381 132,2 130,799 129,985 16 Magnesium Mg mgl 900-1500 - 545,992 577,008 261,019 679,007 49,735 101,151 109,487 1.576 12.567 67.022 73.072 1,326 17 Besi Fe mgl 0,15-0,2 - 0,142 0,091 0,086 0,225 0,1 0,114 0,091 0,081 0,077 0,081 0,095 0,086 18 Mangan Mn mgl 0,02 – 0,03 - 0,047 0,065 0,058 0,116 0,078 0,032 0,068 0,073 0,033 0,017 0,024 0,013 19 Timbal Pb mgl 0,008 - 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 20 Kadmium Cd mgl 0,001 - 0,071 0,051 0,036 0,002 0,039 0,046 0,028 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 21 Tembaga Cu mgl 0,008 - 0,092 0,078 0,069 0,017 0,059 0,076 0,052 0,052 0,035 0,023 0,03 0,032 Sumber: data primer hasil pengamatan, 2014.Ket: - = sample rusak 134 135 o Parameter nutrisi T-N, T-P, TNTP, NO 3 , P-PO 4 Rata rata parameter nutrisi N-NO 3 , P-PO 4 , T-N memiliki kisaran konsentrasi yang sangat mendukung kehidupan biota muara, namun nilai T-P menunjukkan konsentasi yang rendah dibanding nilai yang disyaratkan. perairan alami biasanya memiliki konsentrasi nitrat berkisar antara 0,05-0,2 mgL Wetzel 2001. T-N dan T-P masing-masing 1,5 mgL dan 0,05 mgL yang menandakan perairan yang subur SEPA 1991. Namun kondisi yang lebih rendah memungkinkan bagi perairan dengan vegetasi yang masih baik terkait fungsi ekologis sebagai filter alami dalam proses reduksi sedimen, nutrien dan polutan Cullen 2002. o Parameter pengganggu N-NO 2 , N-NH 4 Parameter pengganggu diwakili oleh N-NO 2 dan N-NH 4. Oleh sebab itu perairan yang baik, umumnya memiliki konsentrasi N-NO 2 dan N-NH 4 yang rendah. Rata rata konsentrasi nitrit masih berada dibawah kisaran yang ditetapkan oleh PP No.20 tahun 2000, yakni 0,006 mgL, namun konsentrasi cenderung lebih tinggi dari batas maksimum untuk kehidupan biota aquatik 0,002 mgL. Bagi Segara anakan, nilai tersebut belum menjadi masalah mengingat kondisi pH dan suhu yang cukup tinggi, akan membantu proses oksidasi amonia dan nitrat menjadi nitrit. o Parameter logam Parameter logam Kalsium Ca, Sodium Na, kaliumpotasium K, Besi Fe, dan Mangan Mn merupakan unsur logam yang pada tingkat tertentu diperlukan dalam proses metabolisme organisme. Ion kalsium diperlukan dalam pembentukan cangkang organisme moluska dan invertebrata yang cukup melimpah di perairan estuari. Na membantu pertumbuhan tumbuhan, K sebagai enzim aktivasi sel, Fe sebagai metabolisme oksidatif dan fotosintesis pada tumbuhan citrokrom, sedangkan Mn sebagai ko-faktor beberapa enzim. Magnesium mg diperlukan dalam proses reaksi transfer energipertukaran enzim, dan bukan merupakan faktor pembatas yang berarti Goldman Horne, 1983. Hasil analisa logam perairan menunjukkan bahwa konsentrasi logam yang 136 berperan bagi kelangsungan hidup biota aquatik sebagian besar masih berada pada kisaran yang mendukung. Kecuali K menunjukkan nilai yang rendah 200 mgL dan Ca diatas ambang batas. Kondisi ini diduga berpengaruh pada produksi kekerangan melimpah. Konsentrasi Mn, Pb, Cd pada masing masing stasiun relatif rendah dan aman PP No.20 tahun 2000; jorgensen 1980, kecuali pada logam tembaga Cu umumnya berada pada kisaran 0,1 sebuah kondisi cukup membahayakan bagi kehidupan ikan Jorgensen 1980. o Parameter sumberdaya pakan Fitoplankton, Zooplankton Plankton merupakan sumberdaya pakan organisme yang menentukan produksi organisme pada tingkat trofik berikutnya. Komposisi dan kelimpahannya di perairan merupakan suatu indikasi dari penyebaran individu suatu spesies karena pengaruh faktor lingkungan Mc.Naughton and Wolf 1990. Hasil pengamatan Phytoplankton pada bulan juni 2014 musim kemarau menunjukkan bahwa komposisi fitoplankton meliputi 4 kelompok; Bacilariopiceae 28 genera, Chloropyceae 10 genera, Cyanopiceae dan Dinopyiceae masing masing 5 dan 4 genera. Nilai kelimpahan berada pada kisaran 179.759 – 1.831.564 selL , dimana jenis Chaetocheros sp, Coscinodiscus sp, Holospharea sp, dan Oscilatoria sp ditemukan dalam kelimpahan tinggi Lampiran 2. Kisaran nilai indek keanekaragaman 0,196 – 1,831, dimana hampir seluruh stasiun termasuk dalam kategori keaneragaman sedang Shannon-Wenner in Odum 1998, kecuali pada stasiun Ujung Gagak yang memiliki keragaman rendah. Gambar 22. Jumlah genera plankton di Segara Anakan, Juni 2014 5 10 15 20 25 Do Tal Tri KW UA Pan Kla UG 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 6 8 16 10 11 7 14 8 5 12 3 2 1 1 4 1 ju m lah g e n e ra CYANOPHYCEAE CLOROPHYCEAE BACILLARIOPHYCEAE DINOPHYCEAE 137 Jika dibanding dengan hasil pengamatan selama tahun 2012 oleh BP2KSI 2012, pada musim peralihan April dan September dan musim hujan Desember ditemukan empat kelas fitoplankton yang terdiri dari 18-33 genera. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 94.834-46.935.598 selL dengan rata- rata 7.283.557 selL. Pada bulan april, Chaetoceros, Asterionella, dan Bacteriastrum ditemukan dengan kelimpahan tinggi terutama di St. Kebun Sayur Ds. Donan, St. Parid Ds. Kotawaru dan ST. Plawangan Ds. Ujung Gagak. Pada Bulan September genera fitoplankton didominasi oleh kelompok diatom, sedangkan pada bulan desember memiliki rata rata kelimpahan yang rendah dalam kisaran 94.833 selL, sebagaimana dikemukakan oleh ECI 1987 dan Tim Ekologi IPB 1984 bahwa pada saat terjadi kenaikan jumlah air tawar di laguna, populasi plankton pada umumnya untuk sementara berkurang hingga mencapai nilai kepadatan rata-rata sebesar 3.900 planktonl. dan akan meningkat pada musim kemarau Juli-Agustus hingga sebesar 5.270 individul. Gambar 23. Komposisi kelimpahan kelas fitoplankton rata-rata untuk masing- masing stasiun pengamatan Kelompok zooplankton pada bulan juni 2014 musim kemarau terdiri dari 5 kelompok yakni Crustacea 14 genera, Cilliata dan moluska masing masing 3 genera, Rotatoria dan Holoturadea masing masing 1 genera Gambar 24. 138 Gambar 24. Jumlah genera zooplankton di Segara Anakan, Juni 2014 Kelompok zooplankton pada bulan April, september dan desember berturut turut ditemukan 6 kelas 3-12 genera; 5 kelas 6-12 genera dan 6 kelas yang terdiri dari 1-10 genera, dimana kelas Crustacea memiliki jumlah genera tertinggi yaitu 2-8 genera selama pengamatan. Pada bulan april, krustacea dominan di zona barat dan timur dibandingkan wilayah tengah, sedangkan pada bulan september dan desember dominan di zona tengah. Gambar 25. Komposisi kelimpahan kelas zooplankton berdasarkan bulan pengamatan pada masing-masing stasiun BP2KSI, 2012 2 4 6 8 10 12 14 16 Do Tal Tri KW UA Pan Kla UG 6 7 4 7 10 6 6 10 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1 ju m lah ge n e ra CRUSTACEAE: CILLIATA: HOLOTHUROIDEA: MOLLUSCA : ROTATORIA: 139 Berdasarkan kategori diversitas menurut Krebs 1978 Kelompok zootoplankton memiliki nilai indek keaneragaman dalam kategori rendah yakni dibawah 2,5. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman, menunjukkan kondisi perairan yang kurang stabil di tinjau dari komunitas.

5.3.1.5 Integritas vegetasi mangrove

Hasil analisis spasial terhadap pendugaan luasan hutan mangrove di Segara Anakan adalah sebesar 8.234,46 ha Gambar 23, yang terdiri dari kelompok mangrove kerapatan lebat seluas 3.465,88 42,09, kerapatan sedang seluas 2.027,32 ha 24,62, dan kerapatan jarang seluas 2.741,25 ha 33,29. Luas ini mengalami kenaikan, dibanding dugaan luas mangrove pada tahun 2012 dan 2013 masing masing sebesar 8.036,9 ha Ardli et al. 2013, dan 6.716 ha Purwanto et al. 2014. Kondisi ini diduga bahwa sebagian tanah timbul yang baru, mulai ditumbuhi oleh semak dan mangrove asosiasi. Potensi mangrove tersebar diseluruh kawasan estuari, yakni di sepanjang sisi barat dan utara aliran Sungai Donan zona timur yang didominasi oleh vegetasi mangrove sejati dengan kerapatan rendah 0,0001-0,25. Perairan sepanjang aliran Sungai Kembang Kuning meliputi perairan klaces, motean dan cikiperan, Kali Dangal, Kali Ujung Alang, serta sisi utara sekitar Pulau Nusakambangan dan sisi barat sepanjang aliran Sungai Sapuregel zona tengah didominasi oleh vegetasi mangrove campuran dengan tingkat kerapatan sedang 0,25-0,50. Perairan sekitar klaces, tanah timbul dan sisi barat sekitar laguna serta Pesisir Muara dua zona barat didominasi oleh mangrove asosiasi dan mangrove pioner dengan tingkat kerapatan tinggi 0,51-1,0. 140 Gambar 26. Sebaran Mangrove di Estuari Segara Anakan Hasil pengamatan terhadap vegetasi mangrove, pada saat ini masih ditemukan 27 jenis mangrove 6 jenis diantaranya di temukan diluar petak contoh yang menyusun populasi hutan mangrove di Estuari Segara Anakan meliputi 17 jenis pohon, 2 jenis semak, 2 jenis lianapemanjat, 3 jenis paku pakuanpalma, dan 3 jenis herba tanah Tabel 9. Jenis jenis tersebut adalah Acanthus ebracteatus, A. ilicifolius L, Acrosticum aureum, Aigiceras corniculatum, Avecinnia marina, A. alba, A.officinalis, Atalantia trimera oliv, Bruguiera cylindrica, B. gymnorhiza, Cerbera manghas linn, Ceriop tagal, Corypha uton, Derris trifolliate, Dolichaudrone spathacea, Excoecaria agallocha, Ficus retusa, Finlaysonia maritima, Heritera litoralis, Hibiscus tiliaceus, nyipa fruticant Sonneratia caeseolaris, S. alba, Rhizophora apiculata, R.mucronata, Xilocarpus granatum, dan Terminalia cattapa. Beberapa jenis yang sebelumnya teridentifikasi namun tidak ditemukan pada saat penelitian antara lain B. Parviflora, X. Mollucensis, dan Premna obtusifolia LPP mangrove 1998. Hasil analisis kelimpahan vegetasi Lampiran 1, diketahui bahwa zona tengah memiliki jumlah jenis paling tinggi yakni 18 jenis didomasi oleh R. Apiculata dan Ceriop tagal, demikian juga zona timur. Sedangkan zona barat 141 didominasi oleh jenis A. marina, S. alba, dan S. Caseolaris. A. marina menyusun zonasi yang paling depan dekat dengan laut kemudian diikuti oleh S. Caseolaris dan S. alba. Hal yang sama juga ditemukan oleh Ewusie 1990 dalam penelitiannya di sepanjang pantai Malaysia, dan Suyarso dan Soeroyo 1996 di Teluk Birik Sumatra Selatan, menjelaskan bahwa pada bagian tepi didominasi oleh Avicennia dan Sonneratia, dimana subtratnya berupa lumpur hasil sedimentasi. Lebih lanjut Chapman 1984 menjelaskan bahwa pada daerah yang terbentuk dari hasil sedimentasi baru umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dan kandungan bahan organik yang sedikit dan vegetasinya didominasi oleh Avecennia. Avecinnia spp merupakan jenis pioner di bagian depan yang menghadap ke laut dan dapat mentoleransi salinitas hingga 35 ppt. Setelah zonasi A. marina selanjutnya terbentuk zonasi S. caeseolaris. Hal ini diduga karena salinitas yang semakin kecil kearah daratan serta adanya aliran sungai. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Chapman 1976 dan Kitamura et al. 1997 yang mengatakan bahwa S. Caeseolaris dapat tumbuh dengan baik di daerah yang bersalinitas rendah dengan aliran air tawar. Pada bagian dalam zona ini, hampir sebagian besar kawasan mangrove tertutup oleh mangrove asosiasi jenis Acanthus sp dan Heritera Littoralis, yang menandakan kondisi mangrove yang telah terdegradasi. Jumlah jenis kelimpahan pada setiap zona disajikan pada Gambar 27. Gambar 27. Histogram kelimpahan spesies mangrove di setiap zona Indeks nilai penting INP merupakan besaran yang menunjukkan kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain di dalam suatu komunitas. INP 2000 4000 6000 8000 10000 12000 zona t imur zona t engah zona barat ke lim pa ha n in d ha Aigiceras corniculat um Acant hus ilicifolius L Avicennia alba Avicennia marina Avicennia officinalis At alant ia t rimera oliv Bruguera cilindrica Bruguera ghimnorhiza Ceriop t agal Derris t rifolliat e Excoecaria agallocha ficus ret uso Herit era lit oralis nyipa frut icant Rhizopora Apiculat a Rhizopora Mucronat a Sonerat ia alba Sonerat ia caseolaris T erminalia cat t apa Xilocarpus granat um 142 diturunkan dari kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR dan dominansi relatif DR dari jenis-jenis yang menyusun komunitas yang diamati Lampiran x. Snedakeer dan Snedaker 1984. mengelompokkan INP dalam tiga katagori yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Di zona timur terlihat bahwa R. apiculata memiliki nilai INP paling tinggi pada setiap tingkatan pertumbuhan dibanding jenis lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa jenis ini lebih menguasai habitatnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Snedakeer dan Snedaker 1984 bahwa jenis yang memiliki kerapatan, penyebaran dan dominansinya lebih tinggi biasanya unggul dalam memanfaatkan sumberdaya dan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan setempat. Setelah R. Apiculata, kemudian disusul R. mucronata, dan A. marina pada tingkan pohon, serta C. tagal pada stadia anakan dan semai. Seperti halnya zona timur, R. apiculata merupakan jenis yang memiliki INP tinggi pada setiap tingkat pertumbuhan di zona tengah, namun tampak penyebaran jenis lain yang cukup merata pada N.fruticant, A. Marina dan S. Alba pada stadia pohon dengan kisaran INP 30,25-67,09. Sedangkan pada stadia anakan dan semai didominasi oleh jenis A. Corniculatum, C. Tagal , X. Granatum, S. Caseolaris dengan kisaran INP 30,43-66,89. Pada zona barat jenis S. Caseolaris dan A. Marina merupakan dua jenis yang mendominasi tipologi vegetasi pada setiap tingkat pertumbuhan dengan kisaran INP 47,78 – 135,18 stadia pohon dan 46,80-148,02 stadia anakan, dan 51,47-95,30 stadia semai. Jenis lain yang menguasai habitat zona barat S. Alba dan N. Fruticant pada stadia pohon, A. Corniculatun dan C.tagal pada stadia anakan, serta A. Illicifolius pada stadia semai. Gambar 28. INP jenis mangrove di zona timur Estuari Segara Anakan 18 ,5 4 77 ,0 05 68 ,0 65 17 ,1 7 19 ,0 65 11 ,6 9 11 9, 13 14 ,6 65 32 ,1 3 37 ,4 5 16 ,3 2 6, 92 6, 74 5 15 4, 99 5 11 ,7 1 29 ,8 7 30 ,3 97 ,6 2 9, 42 21 ,1 05 20 40 60 80 100 120 140 160 A. co rn icu lat um A. al ba A. m ar ina B. C ili nd ric a B. gh im no rh iza C. ta ga l Rh . A pi cu lat a Rh . M uc ro na ta S. al ba S. ca se ola ris N. fr uti ca nt IN P je ni s Pohon pancang Semai 143 Gambar 29. INP jenis mangrove di zona tengah Estuari Segara Anakan Gambar 30. INP jenis mangrove di zona barat Estuari Segara Anakan Nilai indeks keragaman H’ berkisar antara 1,519 – 1,834 dan nilai indeks keseragaman E berkisar antara 0,635 – 0,718. Sedang nilai indeks kesamaan dan ketidaksamaan antar stasiun, masing masing berkisar antar 18,28 – 76,82 dan 23,18-81,72. Nilai indek keragaman pada seluruh zona 2, menunjukkan keragaman vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah, seperti di ungkapkan oleh Barbour et al. 1987, bahwa nilai H’ berkisar antara 0-7, sehingga H’ 2, dinyatakan sebagai kondisi keragaman yang rendah, atau dapat dikatakan bahwa saat ini vegetasi penyusun hutan mangrove di Estuari Segara Anakan tidak terlalu bervariasi. Meskipun demikian, zona tengah memiliki keaneragaman jenis vegetasi paling tinggi di banding zona lainnya. 21 ,19 8, 86 49 ,21 4, 71 2, 67 2, 69 9, 29 4, 18 30 ,25 13 ,27 8, 44 49 ,92 6, 17 19 ,77 30 ,43 40 ,23 18 ,57 6, 61 20 ,00 67 ,09 58 ,97 12 ,00 4, 56 2, 67 50 ,12 4, 23 27 ,96 66 ,89 4, 28 54 ,00 6, 61 20 ,00 20 ,00 5, 87 21 ,43 21 ,04 5, 87 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 A. c or ni cu la tu m At al an tia tr im er a ol iv A. m ar in a A. o ffi ci na lis B. c ilin dr ic a B. g hi m no rh iz a C . t ag al D er ris tr ifo llia te Ex co ec ar ia a ga llo ch a Fi cu s re tu so H er ite ra li to ra lis N . f ru tic an t R . A pi cu la ta R . M uc ro na ta S. a lb a S. ca se ol ar is Te rm in al ia c at ta pa X. g ra na tu m IN P j e n is Pohon Anakan Semai 47 ,78 8, 12 22 ,04 9, 57 13 ,21 41 ,29 13 5, 16 7, 00 34 ,81 20 ,83 46 ,80 15 ,85 15 ,03 14 8, 02 13 ,21 51 ,47 37 ,47 11 ,25 9, 17 95 ,30 16 ,67 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 Ac an th us ili cif ol ius L Ai gic er as c or nic ula tu m Av ice nn ia m ar ina Av ice nn ia o ffi cin ali s Ce rio p ta ga l ny ipa fr ut ica nt Rh izo po ra A pic ula ta Rh izo po ra M uc ro na ta So ne ra tia a lb a So ne ra tia c as eo lar is Xi loc ar pu s g ra na tu m Zona Barat IN P je ni s Pohon Anakan Semai 144 5.3.1.6 Habitat pemijahan asuhan Pendekatan pengetahuan akan komponen larva meroplankton, dan juvenil ikan merupakan salah satu hal yang dapat diakomodasi dalam upaya menduga potensi fungsi ekologis sebagai habitat pemijahan dan asuhan. Pengetahuan mengenai larva ikan baik ikan laut maupun tawar berkaitan dengan berbagai segi aplikasi dalam perikanan terutama pengelolaan untuk kelestarian dan keberlanjutan stok ikan. Keberhasilan hidup pada fase larva menentukan proses rekrutmen selanjutnya. Mempelajari mengenai variasi populasi larva ikan pada suatu habitat merupakan hal penting untuk memahami faktor yang mempengaruhi dinamika perekrutan diantaranya lokasi dan kesesuaian habitat atau pun penurunan kualitas habitat akibat pencemaran oleh aktivitas manusia. Berdasarkan konsep tersebut, maka hasil pengamatan terhadap meroplankton selama tahun 2013 menunjukan bahwa kelimpahan berkisar antara 4.723 – 96.229 ind.1.000 m 3 dengan rata-rata 26.905 ind.1.000 m 3 . Kelimpahan tertinggi terdapat di stasiun Parit Desa Kotawaru 96.229 ind.1000 m 3 dan Kali Dangkal Desa Ujung alang 87.189 ind.1000 m 3 . Komposisi meroplankton didominasi oleh zoea kepiting 524 - 46.711 ind.1.000 m 3 dan kopepoda 146 - 39.144 ind.1.000 m 3 . Hasil pengamatan tersebut relatif lebih rendah dibandingkan pengamatan tahun 2011, yaitu berkisar antara 5.130 - 85.778 ind.1.000 m 3 dengan rata-rata 31.514 ind.1.000 m 3 dan relatif lebih tinggi dibandingkan pengamatan tahun 2010 dan 2012, yaitu antara 24 - 68.751 ind.1.000 m 3 dengan rata-rata 13.858 ind.1.000 m 3 2010 dan 1.134 - 59.698 ind.1.000 m 3 dengan rata-rata 20.595 ind.1.000 m 3 2012. Gambar 31. Komposisi jenis dan kelimpahanind1.000m 3 larva 0.00 50.00 100.00 16.688 1.193 11.643 14.061 87.188 96.277 4.723 4.723 22.902 13.819 24.022 34.605 23.687 11.941 3.659 5.017 9.948 K. Sayur Talun tritih K. Kuning K. Dangal Parit K. Ujungalang K. Kobar Muara Dua Motean Klaces L. timurL. tengahL. barat M. Cibeureum M. Citanduy P. Barat Kompo si si jen is Egg telur zoea udang Mysis udang Penaidae udang Palaemonidae udang Others udang lain fish Ikan Zoea kepiting Megalopa kepiting Sergestidae Rebon Squilidae Chaethognatha Luciferidae Alpheidae Copepoda Physaliidae Amphipoda 145 Hasil pengamatan komposisi meroplankton pada bulan April di Laguna Segara Anakan menunjukkan bahwa hampir seluruh perairan didominasi oleh larva kepiting 20-1.181 ind1.000 m 3 dan dari kelompok kepiting ini didominasi stadia zoea 17-1.161 ind1.000 m 3 . Sedangkan kopepoda sebagai predator distribusinya dominan di stasiun pengamatan Plawangan 515 ind1.000 m 3 . Distribusi larva udang tertinggi pada di stasiun Plawangan 283 ind1.000 m 3 , kemudian Parid 237 ind1.000 m 3 dan Kebun Sayur 224 ind1.000 m 3 . Distribusi larva ikan sangat tinggi di stasiun pengamatan Muara Dua 293 ind1.000 m 3 dan kelimpahan terendah di stasiun pengamatan Parit 5 ind1.000 m 3 . Distribusi telur sangat dominan di Kebun Sayur pintu masuk laguna dari Timur yang mencapai 910 butir1.000 m 3 , dan Plawangan barat 66 ind1.000 m 3 . Hal tersebut diduga telur hasil pemijahan ikan maupun udang di perairan laut, selanjutnya hanyut masuk ke laguna dan tertinggi masukkan dari pintu Timur Kebun Sayur. Pada musim peralihan kemarau-hujan bulan September, komposisi meroplankton relatif berbeda dengan bulan april awal musim kemarau, dimana distribusi telur berada di daerah mulut laguna, sangat tinggi di Kebun Sayur bagian timur 8.414 butir1.000 m 3 dan disusul Laguna bagian Barat 534 butir1.000 m 3 , dan Plawangan 512 ind.1.000 m 3 . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Laguna Segara Anakan pada musim akhir kemarau mendapat masukkan rekruitmen berupa telur dari luar perairan laguna yaitu telur hasil pemijahan ikan dan udang di laut sekitar Cilacap Samudera Hindia. Kelimpahan telur berkisar 52.618 butir1.000 m 3 lebih tinggi dibandingkan pengamatan bulan april 1.953 butir1.000 m 3 , maupun bulan desember 12.843 butir1.000 m 3 . Hasil percobaan penangkapan juvenil ikan, udang dan kepiting pada bulan juni 2014 diperoleh 23 jenis, yang terdiri dari 11 jenis ikan, 10 jenis udang dan 2 jenis kepiting. Selanjutnya pengamatan bulan April, September, dan Desember 2013 BP2KSI 2013 diperoleh 45 jenis yang terdiri 29 jenis ikan, 13 jenis udang dan 3 jenis kepiting. Secara menyeluruh hasil pengamatan juvenil diperoleh 62 jenis, dan terdiri dari 36 jenis ikan, 22 jenis udang dan 4 jenis kepiting. 146 Kelimpahan juvenil rata-rata untuk masing-masing jenis berkisar antara 0,02- 41,81 ind.1.000 m 2 dengan rata-rata 3,79 ind.1.000 m 2 . Kelimpahan rata-rata juvenil tertinggi adalah famili Sergestidae dengan udang rebon Acetes sp rata- rata 41,81 ind.1.000 m 2 , kemudian disusul oleh Penaeidae dengan udang dogol M. elegans 26,12 ind.1.000 m 2 , Palaemonidae 11,51 ind.1.000 m 2 dan Bagridae 4,49 ind.1.000 m 2 Gambar 28. Sedangkan menurut stasiun pengamatan kelimpahan rata-rata juvenil berkisar antara 7-203 ind.1.000 m 2 dengan rata-rata 99 ind.1.000 m 2 . Kelimpahan juvenil tertinggi ada di stasiun Karang Kobar 203 ind.1.000 m 2 , kemudian stasiun Tritih 174 ind.1.000 m 2 , Parit 140 ind.1.000 m 2 , dan Motean 125 ind.1.000 m 2 . Gambar 32. Komposisi jenis dan kelimpahanind1.000m 3 juvenil Keadaan yang membuktikan bahwa estuari segara anakan merupakan tempat asuhan beragam biota perairan, diketahui pada hasil tangkapan nelayan. Aktifitas penangkapan dengan menggunakan Apong, jaring kantong, sebagian besar ikan tertangkap pada fase juwana seperti juwana dan pra-dewasa seperti ikan alu alu, julung julung, croang, tracas, kerapu, kakap, tenggiri, cangkek, pepetek, dan kuwe. Keseluruhannya merupakan ikan ekonomis penting. Keberadaan juvenil ikan sebagai bagian dari komposisi terbesar dari spesies menunjukkan peran ekologis penting estuari sebagai daerah pemijahan, asuhan dan pembesaran, serta sumber makanan. 147 Tabel 68. Rata rata ukuran ikan yang tertangkap pada stadia juwana dan pra- dewasa di Estuari Segara Anakan No Jenis Ikan Ukuran maksimal Rata-rata ukuran tertangkap Spesies Nama Lokal Panjang cm panjang cm berat gram 1. Strongylura leiuraTylosorus leiurus Blekker 1850 Cendro 100 7,2 1,81 2. Strongylura strongylura Van Hasselt 1823 Julung julung 100 11,1 5,74 3. Strongylura incisa Valenciennes 1846 Kacang kacang 100 6,0 1,57 4. Caranx ignobilis Forsskål 1775 Kuwe 170 5,6 3,12 5. Caranx sexfasciatus Quoy Gaimard 1825 Cangkek 120 6,9 4,2 6. Scomberoides tala Cuvier 1832 Kartaji 70 1,3 0,98 7. Chorinemus lysan Forsskål 1775 Sentalang 90 4,5 0,93 8. Cheilinus trilobatus Lacepède 1801 Mangmung 170 5,4 1,6 9. Drepane longimana Bloch Schneider 1801 Gedeber 50 1,4 2,1 10. Drepane punctata Linnaeus 1758 Deblek 50 1,7 2,8 11. Gerres oyena Forsskål 1775 Rek rekan 30 3,7 0,69 12. Gerres filamentoasus G, Cuvier 1829 Kapasan 35 11,8 22,6 13 Hyporhamphus quoyi Valenciennes 1847 Tracas 200 17,3 13,27 14. Secutor indicus Siegel 1984 Petek 24 1,3 0,01 15. Lutjanus johni Bloch 1792 Kakap 40 4,8 1,57 16. Lutjanus Weberi Bleeker, 1849 Bambangan 40 8,1 8,22 17. Lutjanus fulviflamma Forsskål, 1775 Tambalan 35 1,2 1,78 18. Lutjanus ruselli Bleeker 1849 Pahatan 40 8,4 10,4 19. Megalops cyprinoides Broussonet 1782 Jemberet 35 1,7 2,92 20. Chelon subviridis Valenciennes 1836 Belanak 75 3,9 0,55 21. Mugil buchanani Bleeker 1853 Kada 35 3,2 0,35 22. Upeneus moluccensis Bleeker 1855 Kuniran 22 5,5 2,14 23. Epinephalus tauvina Forsskål 1775 Kerapu 75 7,6 5,3 24. Scatophagus argus Linnaeus 1766 Kiper 35 4,8 3,31 25. Johnius carutta Bloch 1793 Tombol 30 5,6 1,65 26. Scianid sp Montok 35 0,9 1,32 27. Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817 Kembung 35 6,8 4,6 28. Scomberomorus commerson Lacepède, 1800 Tenggiri 240 7,4 6,3 29. Sphyraena commersoni Cuvier, 1829 Alu alu 210 6,1 1,14 30. Sphyraena barracuda Edwards, 1771 Halo halo 210 6,5 1,74 31. Arothron immaculatus Bloch Schneider, 1801 Buntal 25 6,1 5,6 32. Terapon jorbua Forsskål, 1775 Terongan 36 4,4 1,1 33. Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758 Layur 200 7,8 3,04 34. Eleutheronema tetradactylum Shaw 1804 Mbaleng 200 6 2,47 35. Thryssa mystax Bloch Schneider 1801 Blibiran 45 8,6 4,12 36. Platycephalus indicus Linnaeu, 1758 Susur wedi 100 4,1 0,45 37. Saurida tumbil Bloch 1795 Bloso 35 7,6 3,2 38. Sillago sihama Forsskål, 1775 Bojor 50 3,5 0,93 39. Pseudorhombus arsius Hamilton 1822 Topol borok 45 10,4 11,9 Ket = sumber: www. fise base.org

5.3.1.7 Sumberdaya Ikan

o Ikhtiofauna Hasil pengamatan selama penelitian terkumpul ikan sebanyak 23.521 ekor, dan teridentifikasi sebanyak 87 spesies ikan dari 45 famili. Keragaman fauna ikan di Estuari Segara Anakan termasuk tinggi dibandingkan di kawasan tropis lainnya seperti Estuari Teluk Kendari berjumlah 76 spesies Asriyana et al. 2009, Laguna Gediz berjumlah 56 Bay-han et al. 2008, dan Estuari Mayangan sebanyak 77 spesies Simanjuntak et al. 2001; bahkan 40 lebih banyak dari ragam sumberdaya ikan yang ditemukan selama kurun waktu 25 tahun 1985- 148 2010 sebanyak 61spesies dari 34 famili. Jenis ikan yang terbanyak berasal dari Famili Gobidae 9 jenis, kemudian Engraulidae, Carangidae, Lutjanidae, Leiognathidae, Belontidae dan Mugillidae dalam kisaran 3-7 spesies Tabel 69. Berdasarkan katagori Day et al. 1981 in Blaber 1997, diketahui bahwa 4 dari 5 katagori fauna estuari terdapat di Segara Anakan, dimana keragaman didominasi oleh spesies laut sebanyak 46 spesies, dan sisanya merupakan spesies estuari 36 spesies, air tawar empat spesies dan satu spesies anadromus. Tabel 69. Keanekaragaman jenis ikan di Estuari Segara Anakan Famili No Spesies Nama Lokal Habitat Kelimpahan relatif Frekwensi keterdapatan Ambassidae 1. Ambassis interrupta Bleeker 1853 Pempreng E 7,889 100,00 Angullidae 2. Anguila bicolor McClellan, 1844 Sidat A 0,026 42,86 Apogonidae 3. Apogon sp. Pempreng E 0,017 28,57 Atherinidae 4. Atherinomorus duodecimalis Valenciennes 1835 Teri rungit E 4,871 57,14 Bagridae 5. Mystus gulio Hamilton 1822 Kating E 3,894 85,71 Balistidae 6. Balistapus undulatus M. Park 1797 Pakol M 0,004 14,29 Belonidae 7. Strongylura leiuraTylosorus leiurus Blekker 1850 CroangCendro M 0,004 14,29 8. Strongylura strongylura Van Hasselt 1823 Julung Julung M 0,004 14,29 9. Strongylura incisa Valenciennes 1846 Kacang kacang M 0,009 14,29 Carangidae 10. Caranx ignobilis Forsskål 1775 Kuwe M 0,004 14,29 11. Caranx sexfasciatus Quoy Gaimard 1825 Cangkek M 0,871 85,71 12. Scomberoides tala Cuvier 1832 Kartaji M 0,106 57,14 13 Selaroides leptolepis Cuvier 1833 Selar kuning M 0,366 28,57 14. Chorinemus lysanForsskål 1775 Sentalang M 0,332 14,29 Chanidae 15. Chanos chanosForsskål 1775 Bandeng M 0,030 28,57 Cheilidae 16. Cheilinus trilobatus Lacepède 1801 Mangmung M 0,030 28,57 Cichlidae 17. Oreochromis mozambicus W. K. H. Peters 1852 Mujair F 0,485 28,57 Clupeide 18. Sardinella albella Valenciennes 1847 Mursiah E 0,978 100,00 Cynoglosidae 19. Cynoglosus puntisep Richardson 1846 Lendralidah pasir E 0,905 71,43 20. Cynoglosus lungua F. Hamilton 1822 Lendralelet E 0,155 14,29 Drepaneidae 21. Drepane longimana Bloch Schneider 1801 Gedeber M 0,017 14,29 22. Drepane punctata Linnaeus 1758 Deblek M 0,068 14,29 Eleotridae 23. Butis koilomatodon Bleeker 1849 Bucu lenga E 2,563 85,71 Engraulidae 24. Setipina tati Valenciennes 1848 Bilis pipih E 0,017 14,29 25. Setipinna tenuifilis Valenciennes 1848 Bilis-sungut E 0,349 28,57 26. Thryssa mystax Bloch Schneider 1801 Blibiran E 0,081 14,29 27. Stolephorus indicus Van Hasselt 1823 Teri glagahgilik E 7,532 85,71 28. Anchoviella commersoni Lacepède 1803 Teri gepeng E 6,572 42,86 29. Stelophorus spp. Teri mancung E 0,553 71,43 30. Stelophorus spp. Blenyit E 8,527 71,43 31. Thryssa setirostis Richardson 1846 Leah E 0,357 42,86 Gerreidae 32. Gerres oyena Forsskål 1775 Rek rekan M 0,106 28,57 33. Gerres filamentoasus G, Cuvier 1829 Kapasan M 0,183 42,86 Gobiidae 34. Glossogobius sp.1 Bobosok E 0,264 42,86 35. Glossogobius giuris Hamilton 1822 Bucu gedang E 1,853 100,00 36. Acentrogobius viridipunctatus Valenciennes 1837 Glodok E 0,174 28,57

37. Periophthalmus argentilineatus Valenciennes 1837 Gelodok

E 0,030 42,86 38. Oxyurichthys microlepis Bleeker 1849 Nyongo E 1,067 71,43 39. Glossogobius sp.2 Songgo langit E 0,591 28,57 40. Oxyurichthys sp.1 Tenggeleng E 2,431 71,43 41. Oxyurichthys sp.2 Tenggeleng cina E 0,952 28,57 42. Trypauchen vagina Bloch J. G. Schneider 1801 Tungon E 1,450 57,14 Hemiramphidae 43. Hyporhamphus quoyi Valenciennes 1847 Tracas E 0,026 14,29 Labridae 44. Labridae Blondokan M 0,068 14,29 Leognathidae 45. Secutor indicus Siegel 1984 Petek M 7,613 100,00 46. L. Dussumeri Valenciennes, 1835 Pepetek M 0,017 14,29 47. Leiognathus equulus Forskal 1775 Petek M 6,172 100,00 48 Leiognathus lineolatus Valenciennes 1835 Petek lonjong M 0,349 42,86 49. Gaza minuta Bloch 1795 Petek M 0,922 57,14 Lutjanidae 50. Lutjanus johni Bloch 1792 Kakap M 0,004 14,29 149 Tabel 69, Lanjutan Famili No Spesies Nama Lokal Habitat Kelimpahan relatif Frekwensi keterdapatan 51. Lutjanus Weberi Bleeker, 1849 Bambangan M 0,034 28,57 52. Lutjanus fulviflamma Forsskål, 1775 Tambalan M 0,285 57,14 53. Lutjanus ruselli Bleeker 1849 Pahatan M 0,026 28,57 Megalopidae 54. Megalops cyprinoides Broussonet 1782 Jemberet M 0,009 14,29 Moringuidae 55. Moringua sp.1 Oleng E 0,106 28,57 56. Moringua sp.2 Catit E 2,857 85,71 Mueraenesocidae 57. Muraenesox etnereus Forsskal, 1775 Remang E 0,013 28,57 Mugilidae

58. Chelon subviridis Valenciennes 1836 Belanak

M 1,156 71,43 59. Mugil buchanani Bleeker 1853 Kada M 11,316 85,71 Mullidae 60. Upeneus moluccensis Bleeker 1855 Kuniran M 5,339 71,43 Muraenidae 61. Gymnothorax dorsalis Seale 1917 Pelus ipah F 0,009 28,57 Ophichthidae 62. Pisodonophis boro Hamilton 1822 Pelus pucuk F 0,013 28,57 63. Cirrhimuraena calamus Günther, 1870 Pelus pucuk F 0,004 14,29 Paralichthyidae 64. Pseudorhombus arsius Hamilton 1822 Tapol borok M 0,055 42,86 Platycephalidae 65. Platycephalus indicus Linnaeu, 1758 Susur wedi E 0,055 42,86 Polynemidae 66. Eleutheronema tetradactylum Shaw 1804 Mbaleng M 0,064 42,86 Pomadasydae 67 Pomadasys kakaan Cuvier 1830 Bekukon M 0,004 14,29 Priachantidae 68. Priacanthus spp Cuvier 1829 Kurisi M 0,102 14,29 Synodontidae 69. Saurida tumbil Bloch 1795 Bloso E 0,306 28,57 Serranidae 70. Epinephalus tauvina Forsskål 1775 Kerapu kayu M 0,038 14,29 Scatophagidae 71. Scatophagus argus Linnaeus 1766 Kiper E 1,160 100,00 Scianeidae 72. Johnius carutta Bloch 1793 Tombol M 0,089 71,43 73 Johnius tricephalus Bleeker 1851 Tiga waja M 0,213 42,86 74. Johnius sp. Gulamah M 0,034 14,29 75. Scianid sp. Montok M 2,219 71,43 Scombridae 76. Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817 Kembung M 0,098 14,29 77. Scomberomorus commerson Lacepède, 1800 Tenggiri M 0,106 28,57 Sillaginidae 78. Sillago sihama Forsskål, 1775 Bojor E 0,514 57,14 Sparidae 79. Acanthopagrus berda Forsskål, 1775 Bekuku M 0,038 28,57 Sphyraenidae 80 Sphyraena commersoni Cuvier, 1829 Alu alu M 0,081 42,86 81. Sphyraena barracuda Edwards, 1771 Halo halobarakuda M 0,017 28,57 Stromateidae 82. Pampus argenteus Euphrasen, 1788 Bawal putih M 0,004 14,29 83. Formio niger Bloch, 1795 Dawahb. hitam M 0,582 42,86 Tetraodontidae 84. Arothron immaculatus Bloch Schneider, 1801 Buntal E 0,166 28,57 85 Tetraodon kretamensis Inger, 1953 Buntal lisang E 0,489 57,14 Terapontidae 86 Terapon jorbua Forsskål, 1775 Terongan M 0,026 28,57 Trichiuridae 87 Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758 Layur M 0,527 71,43 Ket: A = Spesies Anadromus; E = Spesies Estuaria; F = Spesies SungaiAir Tawar; M=Spesies Laut Kelimpahan relatif : tinggi 5,686, S = sedang 2,845-5,686 , rendah 2,845 Frekwensi Keterdapatan: seluruh perairan 71,43 , beberapa tipe perairan 42,86 -71,43 , tipe tertentu 42,86 Kelimpahan tinggi didominasi oleh famili Ambassidae, Leognathidae, Engraulidae jenis teri-terian, Mugilidae dari jenis kada, dan Mullidae. Kelimpahan sedang didominasi oleh famili Atherinidae, Bagridae, dan Moringuidae, sedang sisanya umumnya ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Frekwensi keterdapatan tertinggi pada jenis ikan dari famili Scatophagidae, Ambassidae, serta beberapa jenis dari Leognathidae dan Gobiidae hampir ditemukan diseluruh tipe perairan. Berdasarkan habitat yang didiami, fauna ikan yang dominan tertangkap merupakan ikan yang mendiami perairan mulut estuari berjumlah 55 spesies. Pada habitat muara sungai ditemukan 54 spesies, di laguna dan alur sungai berhutan mangrove masing masing ditemukan 53 dan 50 spesies. ikan yang mampu mendiami seluruh estuaria berjumlah 22 spesies Gambar 33. 150 Gambar 33. Sebaran jumlah spesies ikan berdasarkan habitat yang didiami Identifikasi terhadap komposisi trofik kebiasan makan ikanudang, maka komposisi ikanudang herbivora, omnivora dan karnivora relatif seimbang. Ditegaskan BP2KSI 2012 dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa komposisi tingkat trofik di Segara Anakan cukup seimbang, dimana jenis herbivora dan omnivora banyak memanfaatkan detritus dan makrofita sebagai makanannya, sedangkan jenis karnivora dan omnivora banyak memanfaatkan udang, ikan dan organiesme benthik, sebagai makanannya. Sedangkan berdasarkan komposisi habitat yang dibedakan dalam 2 kategori yakni kelompok pelagis dan dan demersal. Tabel 70. Jenis ikan yang ditemukan berdasakan kelompok makanan dan habitat No Spesies Nama Lokal Level Trofik Komposisi habitat 1. Ambassis interrupta Bleeker 1853 Pempreng Omnivora Demersal 2. Anguila bicolor McClellan, 1844 Sidat Karnivora Demersal 3. Apogon sp. Pempreng Omnivora Demersal 4. Atherinomorus duodecimalis Valenciennes 1835 Teri rungit Planktivora Pelagis 5. Mystus gulio Hamilton 1822 Kating Omnivora Demersal 6. Balistapus undulatus M. Park 1797 Pakol Omnivora Demersal 7. Strongylura leiuraTylosorus leiurus Blekker 1850 CroangCendro Karnivora Pelagis 8. Strongylura strongylura Van Hasselt 1823 Julung Julung Karnivora Pelagis 9. Strongylura incisa Valenciennes 1846 Kacang kacang Karnivora Pelagis 10. Caranx ignobilis Forsskål 1775 Kuwekerong Predator Pelagis 11. Caranx sexfasciatus Quoy Gaimard 1825 Cangkek Predator Pelagis 12. Scomberoides tala Cuvier 1832 Kartaji Karnivora Pelagis 13 Selaroides leptolepis Cuvier 1833 Selar kuning Predator Pelagis 14. Chorinemus lysan Forsskål 1775 Sentalang Karnivora Pelagis 15. Chanos chanos Forsskål 1775 Bandeng Herbivora Pelagis 16. Cheilinus trilobatus Lacepède 1801 Mangmung Karnivora Pelagis 17. Oreochromis mozambicus W. K. H. Peters 1852 Mujair Omnivora Pelagis 18. Sardinella albella Valenciennes 1847 Mursiah Planktivora Pelagis 19. Cynoglosus puntisep Richardson 1846 Lendralidah pasir Karnivora Demersal 20. Cynoglosus lungua F. Hamilton 1822 Lendralelet Karnivora Demersal 21. Drepane longimana Bloch Schneider 1801 Gedeber Karnivora Demersal 22. Drepane punctata Linnaeus 1758 Deblek Karnivora Demersal 23. Butis koilomatodon Bleeker 1849 Bucu lenga Karnivora Demersal 24. Setipina tati Valenciennes 1848 Bilis pipih Karnivora Pelagis-Neritik 25. Setipinna tenuifilis Valenciennes 1848 Bilis-sungut Karnivora Pelagis-Neritik 26. Thryssa mystax Bloch Schneider 1801 Blibiran Planktivora Pelagis-Oseanik 27. Stolephorus indicus Van Hasselt 1823 Teri glagahgilik Planktivora Pelagis-Neritik 28. Anchoviella commersoni Lacepède 1803 Teri gepeng Planktivora Pelagis-Nertik 29. Stelophorus spp. Teri mancung Planktivora Pelagis 30. Stelophorus spp. Blenyit Planktivora Pelagis 55 53 50 54 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 mulut estuari laguna alur sungai berhutan mangrove muara sungai Habitat Ju m la h S pe si es 151 Tabel 70. Lanjutan No Spesies Nama Lokal Level Trofik Komposisi Habitat 31. Thryssa setirostis Richardson 1846 Leah Planktivora Pelagis 32. Gerres oyena Forsskål 1775 Rek rekan Karnivora Pelagis 33. Gerres filamentoasus G, Cuvier 1829 Kapasan Karnivora Pelagis 34. Glossogobius sp.1 Bobosok Karnivora Bentopelagis 35. Glossogobius giuris Hamilton 1822 Bucu gedang Karnivora Bemthopelagis 36. Acentrogobius viridipunctatus Valenciennes 1837 Glodok Karnivora Demersal 37. Periophthalmus argentilineatus Valenciennes 1837 Gelodok Karnivora Demersal 38. Oxyurichthys microlepis Bleeker 1849 Nyongo Karnivora Demersal 39. Glossogobius sp.2 Songgo langit Karnivora Bentopelagis 40. Oxyurichthys sp.1 Tenggeleng Karnivora Demersal 41. Oxyurichthys sp.2 Tenggeleng cina Karnivora Demersal 42. Trypauchen vagina Bloch J. G. Schneider 1801 Tungon Omnivora Demersal 43. Hyporhamphus quoyi Valenciennes 1847 Tracas Karnivora Pelagis Neritik 44. Labridae Blondokan Omnivora Demersal 45. Secutor indicus Siegel 1984 Petek Karnivora Pelagis 46. L. Dussumeri Valenciennes, 1835 Pepetek Karnivora Pelagis 47. Leiognathus equulus Forskal 1775 Petek Karnivora Pelagis 48 Leiognathus lineolatus Valenciennes 1835 Petek lonjong Karnivora Pelagis 49. Gaza minuta Bloch 1795 Petek Karnivora Pelagis 50. Lutjanus johni Bloch 1792 Kakap Karnivora Demersal 51. Lutjanus Weberi Bleeker, 1849 Bambangan Karnivora Demersal 52. Lutjanus fulviflamma Forsskål, 1775 Tambalan Karnivora Demersal 53. Lutjanus ruselli Bleeker 1849 Pahatan Karnivora Demersal 54. Megalops cyprinoides Broussonet 1782 Jemberet Predator Bentopelagis 55. Moringua sp.1 Oleng Karnivora Demersal 56. Moringua sp.2 Catit Karnivora Demersal 57. Muraenesox etnereus Forsskal, 1775 Remang Karnivora Demersal 58. Chelon subviridis Valenciennes 1836 Belanak Detritrivora Demersal 59. Mugil buchanani Bleeker 1853 Kada Detritrivora Pelagis-Neritik 60. Upeneus moluccensis Bleeker 1855 Kuniran Detritrivora Demersal 61. Gymnothorax dorsalis Seale 1917 Pelus ipah Karnivora Demersal 62. Pisodonophis boro Hamilton 1822 Pelus pucuk Karnivora Demersal 63. Cirrhimuraena calamus Günther, 1870 Pelus pucuk Karnivora Demersal 64. Pseudorhombus arsius Hamilton 1822 Tapol borok Karnivora Demersal 65. Platycephalus indicus Linnaeu, 1758 Susur wedi Karnivora Demersal 66. Eleutheronema tetradactylum Shaw 1804 Mbaleng Karnivora Pelagis-Neritik 67 Pomadasys kakaan Cuvier 1830 Bekukon Karnivora Pelagis 68. Priacanthus spp Cuvier 1829 Kurisi Karnivora Demersal 69. Saurida tumbil Bloch 1795 Bloso Karnivora Demersal 70. Epinephalus tauvina Forsskål 1775 Kerapu kayu Karnivora Demersal 71. Scatophagus argus Linnaeus 1766 Kiper Karnivora Pelagis 72. Johnius carutta Bloch 1793 Tombol Herbovira Demersal 73 Johnius tricephalus Bleeker 1851 Tiga waja Karnivora Demersal 74. Johnius sp. Gulamah Karnivora Demersal 75. Scianid sp. Montok Karnivora Demersal 76. Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817 Kembung Karnivora Pelagis 77. Scomberomorus commerson Lacepède, 1800 Tenggiri Karnivora Pelagis 78. Sillago sihama Forsskål, 1775 Bojor Karnivora Demersal 79. Acanthopagrus berda Forsskål, 1775 Bekuku Karnivora Demersal 80 Sphyraena commersoni Cuvier, 1829 Alu alu Predator Pelagis 81. Sphyraena barracuda Edwards, 1771 Halo halobarakuda Predator Pelagis 82. Pampus argenteus Euphrasen, 1788 Bawal putih Planktivora Demersal 83. Formio niger Bloch, 1795 Dawahb. hitam Planktivora Demersal 84. Arothron immaculatus Bloch Schneider, 1801 Buntal Omnivora Demersal 85 Tetraodon kretamensis Inger, 1953 Buntal lisang Omnivora Demersal 86 Terapon jorbua Forsskål, 1775 Terongan Omnivora Demersal 87 Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758 Layur Karnivora Pelagis Selanjutnya dalam merumuskan keutuhan sumberdaya ikan sebagai dasar untuk memilih kesesuaian lokasi bagi suaka perikanan estuari didekati menggunakan kriteria indeks integritas biologi IBI Tabel 71. 152 Tabel 71. Index of biological integrity untuk menilai keaneragaman hayati perairan di Ganashan dan Hughes, 1998; Nasution 2009 Kategori metrik Kriteria Tinggi Skor:5 Sedang Skor:3 Rendah Skor:1 Kekayaan taksonomis Jumlah Spesies spesies 42 34 - 42 34 Jumlah spesies asli spesies 18 14-18 14 Komposisi habitat Jumlah spesies bentik spesies 16 13-16 13 Jumah spesies pelagis spesies 20 10-20 10 Komposisi trofik spesies plantivora 12,31 10,100 - 12,31 7,69 - 10,00 spesies herbivorus 5,80 3,92 - 5,80 2,04 - 3,92 spesies karnivorus 84,69 78,21 - 84,69 65,22 - 78,21 Kesehatan dan kelimpahan ikan Kelimpahan juvenil ind1.000m 2 998.378 502.582-998.378 6.786-502.582 Kelimpahan larva Ind1.000 m 3 67.548 38.798 – 67.548 38.798 individu bukan spesies khas 14 -20 20 -26 26 Salah satu pendekatan penilaian IBI merujuk pada pendekatan yang dipakai oleh Ganasham dan Hughes 1998, yang dimodifikasi pada komponen kesehatan dan kelimpahan ikan, maka diperoleh nilai yang menggambarkan IBI dari masing-masing lokasi calon fish sanctuary di Segara Anakan Gambar 34. Gambar 34. Indeks Integritas Biologi IIB ikan di Segara Anakan o Karsinofauna Naamin 1991 dalam Anonimous 2 1998 mengidentifikasi enam jenis udang di Segara Anakan yaitu udang jerbung Penaeus merguensis, Penaeus chinensis , udang windu Penaeus monodon, dan udang dogol Metapenaeus ensis, udang krosokjari Metapenaeus elegan. Pengamatan selama Bulan Maret- Juni 2014 diperoleh keaneragaman jenis udang sebanyak 23 jenis yang terbagi dalam 4 famili, dimana kelompok Peneidae merupakan kelompok dominan di estuari. 5 10 15 20 25 In d e k B I Ikan