177
- Sosial
Kelembagaan - Meningkatkan keterlibatan
masyarakat - Kelembagaan formal
- Kelembagaan non-formal - Merancang tipe pengelolaan fish
sanctuary - Membuat peraturan daerah pada level
tingkat kabupaten hingga tingkat desa terkait pengelolaan fish sanctuary
- Mensosialisasikan peraturan yang telah ditetapkan
- Mengadakan pelatihan menyangkut peraturan yang ditetapkan
- Membentuk kelompok swadaya masyarakat yang berkaitan dengan
penetapan kawasan fish sanctuary - Kegiatan pendampingan
179
7. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan 1.
Sistem sosial ekologi di Estuari Segara Anakan Cilacap dicirikan dengan ketersediaan nilai natural capital asset dalam 9 kategori mangrove, tegalan,
alur sungai, tambak, sawah tadah hujan, laguna, hutan, mud flat dan kawasan industri. Status ketersedian dinilai melalui pendekatan penawaran dan
permintaan jasa ekosistem menunjukkan status ketersediaan tertinggi terdapat pada Desa Kutawaru dan Ujung Alang sedangkan ketersediaan rendah di
Desa Donan, Karang Talun dan Tritih. Keterkaitan kondisi sosial ekologi Estuari Segara Anakan dengan rencana pengembangan fish sanctuary, masih
sangat memungkinkan untuk dikembangkan . Hal tersebut dengan menilai natural capital asset
pada beberapa kawasan masih menyediakan sejumlah barang dan jasa ekosistem khususnya berupa kondisi perairan sebagai habitat
fauna akuatik dan hutan mangrove dalam kondisi baik.
2. Hasil valuasi ekonomi pada kawasan Estuari Segara Anakan menunjukkan bahwa fungsi ekologis estuari masih memegang peran penting dan mampu
meningkatkan nilai ekonomi kawasan yang berasal dari nilai fungsi ekologis habitat asuhan dan pemijahan biota aquatik.
3. Estuari Segara Anakan memiliki kesesuaian bagi pengembangan fish sanctuary.
Luas kawasan untuk kelas sesuai S sebesar 1.204,29 ha, dan kelas sesuai bersyarat seluas 1.579,71 ha. Perairan dengan tingkat kesesuaian
tinggi tersebar di Desa Kutawaru, Tritih, K. Kuning, dan Klaces, sedangkan dengan tingkat kesesuaian sedang tersebar di perairan Desa Karang talun,
Ujung Alang perairan Kali Sapuregel, K. Dangal, K. Ujung Alang, Panikel, dan Laguna-Ujung Gagak, dan 2 lokasi merupakan lokasi tidak sesuai
perairan Donan, dan Muara Citanduy. Sedangkan Hasil analisa perkiraan dampak pengembangan fish sanctuary pada berbagai kategori luasan calon
fish sanctuary , diketahui bahwa rencana pengembangan fish sanctuary
memberikan dampak bagi peningkatan stok perikanan laut, serta kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan.
180 Fish sanctuary
di Estuari Segara Anakan layak dikembangkan dalam luasan mengikuti hasil sosial-ecological mapping maupun kaidah penetapan luasan
optimal bagi pengembang fish sanctuary melalui sistem zonasi, diiringi dengan upaya penanganan sedimentasi dengan berkordinasi antar lintas
sektoral, dan rehabilitasi hutan mangrove melalui pelibatan masyarakat, serta pengembangan mata pencaharian alternatif berbasis perikanan dan
konservasi.
7.2. Saran
Pengembangan fish santuary di Estuari Segara Anakan Cilacap, dapat diwujudkan
melalui pendekatan
manajemen adaptif,
dengan tetap
mempertimbangkan dinamika aspek sosial ekologi, serta penanganan yang cepat terhadap tekanan eksternal kawasan khususnya sedimentasi, penanganan aktifitas
perikanan yang merusak, dan penanganan aktifitas pemanfaatan hutan mangrove secara illegal. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut khususnya terkait
sedimentasi serta pengelolaan sumberdaya hutan mangrove sangat diperlukan, sehingga rancangan fish sanctuary yang ditawarkan dapat memberikan manfaat
yang optimal bagi keberlanjutan Estuari Segara Anakan.