17
Gambar 3. Tipe estuari berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air Ross 1995
2.2. Sumberdaya Ikan di Ekosistem Estuari
Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter sering kali menciptakan lingkungan yang sangat menekan bagi
organisme, yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuari lebih sedikit dibanding dengan di habitat laut lainnya. Namun kandungan
bahan organik yang tinggi lebih tinggi dari perairan tawar dan perairan laut di depannya memberikan dampak bagi keberadaan populasi yang cukup
mendominasi kawasan. Biota air yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran
antara yang hidup endemik artinya yang hanya hidup di estuari, dengan biota yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya
yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi.
Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuari merupakan lingkungan yang sangat kaya akan
nutrient yang menjadi unsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari. Sebagai kawasan yang sangat
kaya akan unsur hara nutrient estuari dikenal dengan sebutan daerah pembesaran bagi berjuta ikan, invertebrata crustacean, bivalve, echinodermata, annelida dan
masih banyak lagi kelompok infauna. Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan laut ekonomis penting seperti siganus, baronang, kerapu, menjadikan daerah estuari
sebagai daerah pemijahan dan pembesaran. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber
18
makanan.
Biota khas estuari antara lain kelompok kepiting, kerang, udang, dan beberapa spesies ikan komersil. Estuari juga merupakan jalan keluar masuk bagi
ikan diadromus anadromus dan katadromus. Ikan ikan anadromus menggunakan estuari sebagai jalam masuk dari laut menuju sungaiestuari,
sedangkan ikan katadromus menggunakan estuari sebagai jalan keluar dari sungaidanau untuk bermigrasi menuju ke laut. Nursyid 2002 dalam
penelitiannya di estuari segara anakan, menemukan lebih dari 45 jenis ikan, dimana 17 jenis merupakan ikan peruaya migratory, 12 jenis menetap resident
spesies dan 16 jenis ikan pendatang occasional visitor. Selanjutnya Ditjen
Perikanan 1992 menyebutkan bahwa beberapa jenis ikan peruaya di Segara Anakan diantaranya teri Sardinella fimbriata, belanak Mugil sp., sidat
Anguila anguila, dan pepetek Leiognathus spp.
2.2.1. Komposisi Fauna Estuari
Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna utama yaitu: fauna laut, fauna air tawar dan fauna payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air
laut atau lebih dikenal sebagai hewan stenohaline dan euryhalin Kinne 1964. Hewan stenohalin yakni kelompok fauna yang terbatas kemampuannya dalam
mentolelir perubahan salinitas umumnya ≥ 30000 atau hanya toleran pada kisaran salinitas yang sempit Kinne 1967, sedangkan hewan euryhaline
mempunyai kemampuan untuk mentolerir berbagai perubahan atau penurunan salinitas di bawah 30000. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-
perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas
30‰ stenohaliyn. Sebagian fauna lautan yang toleran eurihalyn mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau
kurang occasional visitor. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada
di bagian hulu dari estuaria.
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-
30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Kelompok ini ditemukan pada sejumlah
19 spesies dari Famili Clupeidae, Gobiidae, Engraulidae, dan Ambassidae Day et al.
1981 in Blaber 1997, serta beberapa jenis tiram dan kerang Ostrea, Scrobicularia
, siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing Polikaeta Nereis
. Kelompok ketiga adalah fauna-fauna peralihan, yang berada di estuaria
untuk sementara waktu saja sedentary. Beberapa jenis udang Penaeus, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut
ketika dewasa. Day et al. 1981 in Blaber 1997 menyebutkan bahwa disamping tipe biota di atas, ada dua tipe lainnya yakni kelompok biota anadromus dan
katadromus. Jenis-jenis sidat Anguilla dan ikan salem Salmon, Onchorhynchus sp. tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke
laut, atau sebaliknya untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung, yang datang untuk mencari makanan Nybakken 1988.
Fauna khas estuaria memiliki keragaman spesies lebih sedikit dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem lain yang berdekatan.
Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan mangrove atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa
fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung niche, yang bertanggung
jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini karena ketidakmampuan organisme dalam mentolerir kenaikanpenurunan salinitas, sehingga hanya spesies
yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari.
2.2.2. Komposisi Flora di Estuari
Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuari juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat
tumbuh mendominasi. Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena substrat,
pengaruh sinar cahaya yang minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan bawah tanpa tumbuhan hidup dan lapisan atas mempunyai tumbuhan
20 yang terbatas. Padang rumput laut Zosfera Thalassia, Cymodocea dapat
dijumpai pada bagian hilir estuari, selain di tumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva, Entheromorpha
dan Chadophora. Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien nutrient trap yang mengakibatkan semua unsur-unsur esensial dapat
didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus atau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang tinggi.
Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Biasanya yang ditemukan hanya jenis diatom dan diflagellata. Jenis diatom yang dominan adalah
Skeletonema, Asterionella dan Melosira. Sedangkan dinoflagellata yang
melimpah adalah Gymnodinium, Gonyaulax dan Ceratium. Banyaknya zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan
produktivitas fitoplankton
2.2.3. Tingkah laku dan Adaptasi Fauna Estuari
Sebagai tempat bersatunya debit sungai partikel baru garam laut. Estuari dipegaruhi oleh pasang surut. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut, dan sangat dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup
di estuari antara lain rumput rawa, ganggang, dan fitoplankton. Sedangkan komunitas hewan antara lain berbagai jenis cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar Harvey et
al. 1983.
Jenis interaksi pada spesies seperti persaingan, predasi, saling eksklusi, gangguan dan perilaku kelompok dapat mempengaruhi struktur komunitas,
Karena nekton yang tidak merata di antara habitat perairan. Ekologi estuari merupakan suatu habitat yang memiliki daya tarik yang tinggi dalam menentukan
kehadiran mereka, ekologi komunitas merupakan pola struktur komunitas ditentukan oleh interaksi antara spesies dalam suatu lokasi tertentu. Pola dalam
kelompok sering menyiratkan keteraturan dalam kelimpahan relatif spesies atau jumlah jenis yang ada di lingkungan, terjadinya berulang atau kelangkaan spesies
tertentu atau perbedaan perilaku atau morfologi suatu spesies yang tergantung
21 pada kehadiran pesaing Rozas dan Odum 1987. Pada organisme laut yang
masuk ke daerah estuari, konsentrasi garam internalnya lebih tinggi dari pada konsentrasi garam air estuaria, sehingga air cenderung melewati selaput, masuk ke
dalam tubuh untuk menyamakan konsentrasi. Pengaturan dilakukan melalui pengeluaran kelbihan air tanpa kehilangan garam atau pengantian garam yang
hilang dengan penyerapan iondari lingkungan secara aktif. Untuk binatang air tawar, terjadi proses sebaliknya, Pada binatang bertubuh lunak tertentu, seperti
cacing polichaeta, respon pengaturan osmosisnya relatif lambat. Organisme ini dapat mentolerir kisaran konsentrasi internal yang lebar, untk jangka waktu
tertentu. Sedangkan pada moluska bivalvia biasanya merupakan osmoregulator yang buruk dan tanggap terhadap penurunan salinitas yang drastis dengan
menutup diri di dalam cangkangnya untuk menghindrai pengenceran cairan tubuhnya yang berlebihan Weinstein et al. 1980.
2.2.4. Rantai Makanan di Estuari
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan tumbuhan-
herbivora-carnivora. Pada setiap tahap pemindahan energi, 80 –90 energi
potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan
semakin besar pula energi yang tersedia Anonim 2010. Ada dua tipe dasar rantai makanan, yaitu:
1. Rantai makanan rerumputan grazing food chain. Misalanya tumbuhan- herbivora-carnivra.
2. Rantai makanan sisa detritus food chain. Bahan mati mikroorganisme detrivora = organisme pemakan sisa predator.
Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada
ekosistem estuaria merupakan rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber
makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan