25 primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria dan karena
kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton. Bahan-
bahan organik dalam berupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga dan bakteri, yang
kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat trofik di atasnya. Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de La
Cruz 1988 in Nybakken 1988 yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai 110 mg berat kering bahan organik per liter,
sementara perairan laut terbuka hanya mengandung bahan yang sama 1-3 mgl. Dalam penelitiannya di kawasan estuari segara anakan, Kabupaten
Cilacap Saptarini et al. 1995; Dudley 2000a, menunjukkan bahwa produktivitas estuari 1500 gm
2
th lebih tinggi dibanding produktivitas ekosistem laut lepas 125 gm
2
th dan perairan tawar 400 gm
2
th. - Penyedia habitat bagi beragam biota perairan yang bergantung pada
estuari, seperti habitat mangrove, lamun dan terumbu karang - Tempat memijah spawning ground, mencari makanan feeding ground,
dan tempat bereproduksi danatau tumbuh besar nursery ground beragam biota laut baik yang bersifat endemik maupun migratori khususnya
sejumlah spesies udang dan ikan. Sebagai contoh, pada berbagai hasil penelitian yang dilakukan di estuari segara anakan, memiliki potensi
keragaman larva dan juvenile ikan sebanyak 60 jenis dari kelompok Sciaenidae,
Leiognathidae, Anguillidae,
Scatophagidae, Ariidae,
Carangidae, Clupeidae, Engraulidae, Haemulidae, Sparidae, Synodontidae, Teraponidae, Trichiuridae yang merupakan jenis potensial ekonomis.
- Tempat singgah bagi beberapa fauna migrasi resting and migration routes areas
. Sebagai tempat singgah, estuari Alaska menjadi tempat faforit bgi sekelompok burung dan itik. Contoh lain, ikan salmon, memijah di daerah
hulu sungai, namun menghabiskan masa dewasanya di laut. - Perangkap sedimen dan penyaring nutrien maupun bahan pencemar.
- Penahan abrasi, khususnya untuk estuari yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Menurut Liyanage 2004, nilai keuntungan manfaat tidak
26 langsung dari ekosistem mangrove dirasakan lebih tinggi jika
dibandingkan manfaat langsungnya, khususnya dalam menurunkan tingkat erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intrusi air laut.
Hong dan San 1993, menambahkan bahwa pada kenyataannya ekosistem ini menjaga kestabilan garis pantai, menyediakan penghalang alami dari
badai, taufan, pasang surut yang tidak menentu dan bencana alam lainnya.
2. Manfaat ekonomis dan sosial estuaria, antara lain:
- Sebagai tempat pemukiman Sebagai ekosistem subur, merupakan daya tarik bagi penduduk untuk
bermukim dan mengantungkan nasib pada sumberdaya yang tersedia, sehingga hampir sebagian besar kawasan estuari dunia menjadi tempat
bermukim penduduk. Kawasan laguna segara anakan, yang merupakan salah satu estuari potensial di Indonesia, saat ini telah di huni oleh lebih
dari 14.500 jiwa dari beragam suku, dimana 98 menggantungkan hidup sebagai nelayan BPKSA, 2007.
- Sebagai tempat penangkapan dan budidaya ikan Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa estuari merupakan salah
satu kawasan penghasil sumberdaya ikan potensial Tabel 1. Pasa sebagian jenis biota, bahkan memiliki potensi kandungan asam lemak tak
jenuh ganda yang sangat tinggi, seperti hasil penelitian jeniffer et al 2002, terhadap Shewanella olleyana sp. salah satu spesies yang terisolasi
di Estuari muara sungai Tasmania, Australia. Tabel 1. Produksi ikan pada beberapa ekosistem estuari tropis
No Negara
Estuari Produksi
tonkm2th Referensi
1 India
Danau Chilka 3,7
Jhirram and natarajan 1969 Danau Pulikat
2,6 Jhirram and Gopalakrishnam 1973
Laguna Mandapan 5,6
Tampi 1959 2
Malaysia Larut-matang
38,6 Choy 1993
3 Pilipina
Teluk san miguel 23,8
Mines et al 1986 4
Afrika selatan Kosi
1,0 Kyle 1988
5 Ghana
Laguna sakum 15,0
Pauly 1976 6
Malagasy Laguna palanganas
3,7 Laserre 1979
7 USA
Teluk texas 12,1
Jones et al1963 8
Colombia Cienaga
12,0 Inderena 1974
9 Meksiko
Laguna caimanero 34,5
Warburton 1979 10
Venezuela Laguna takaragua
11,0 Gamboa et al 1971
27 - Sebagai jalur transportasi, kawasan pelabuhan, industri dan Kawasan
pengembangan pariwisata Daerah estuari yang terlindung dengan muara sungai sebagai penghubung
daratan dan lautan menjadi media perhubungan yang sangat praktis sekaligus tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat-saat laut
berombak besar. Daratan estuari juga merupakan akses yang bagus untuk kegiatan industri didukung ketersediannya air yang melimpah baik itu
untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat-alat tertentu, termasuk membuang limbah ke lingkungan akuatik
2.3. Fish Sanctuary suaka perikanan di Ekosistem Estuari
Dalam PP No 60 tahun 2007 tentang konservasi sumberdaya ikan, menyebutkan bahwa konservasi sumber daya ikan didefinisikan sebagai upaya
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Selanjutnya pasal 4 menjabarkan bahwa yang
termasuk dalam konservasi sumberdaya ikan adalah konservasi ekosistem, konservasi jenis dan genetik ikan. Beberapa tipe ekosistem terkait sumberdaya
ikan, terdiri atas; a laut, b padang lamun, c terumbu karang, d mangrove, e estuari, f pantai, g rawa, h sungai, i danau, j waduk, k embung, dan
l ekosistem perairan buatan. Satu atau beberapa tipe ekosistem tersebut kemudian dapat ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan dalam bentuk
taman nasional perairan, taman wisata perairan, suaka alam perairan, dan suaka perikanan.
Keberadaan kawasan perlindungan bagi sumberdaya ikan estuari seperti di segara anakan guna mendukung pemanfaatan produksi perikanan estuari dan laut
seperti telah dijamin dalam PP tersebut, maka sesuai dengan klasifikasi kawasan konservasi seperti disebutkan dalam pasal 1 ayat 12, dapat diusulkan dalam
bentuk suaka perikanan. Suaka perikanan didefinisikan sebagai kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu
sebagai tempat berlindungberkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang
28 berfungsi sebagai daerah perlindungan. Suaka perikanan sendiri sebenarnya
merupakan suatu sarana pengelolaan perikanan tangkap yang berfungsi untuk melestarikan produksi perikanan tangkap perairan disekitarnya yang berbasis pada
stok ikan yang tumbuh alami atau dengan kata lain suaka perikanan adalah kawasan untuk penyangga produksi
Dalam penetapan sebuah kawasan perlindungan bagi satu tipe ekosistem tertentu, memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi baik kaidah ekologi,
ekonomi dan sosial. Hartoto et al. 1998 menyebutkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menempatkan kawasan suaka perikanan di muara
sungai antara lain adanya ciri morfologi penting di ruas sungai utama seperti lubuk dengan kedalaman minimal 5 m pada saat suplai air minimal musim
kemarau, memiliki vegetasi riparian dengan ketebaan minimal 100m dari batas air, bila ruas sungai utama memiliki percabangan maka sebagian ruas anak sungai
utama harus menjadi bagian dari kawasan yang dilindungi. Selanjutnya menyebutkan bahwa kawasan konservasi yang dilindungi
sebagai suaka perikanan kemudian dikelola dengan sistem zonasi untuk tujuan mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan PP no 60 tahun 2007, pasal ayat 8. Zona inti adalah bagian tertentu dari kawasan suaka yang ikannya tidak boleh ditangkap oleh siapapun
dengan cara apapun, dan pada waktu kapanpun untuk tujuan agar ikan dapat melaksanakan daur hidupnya dengan baik dan tidak terganggu sama sekali dari
aktifitas penangkapan, gangguna fisik, kimia, biologi, dan faktor lainnya. Zona penyangga merupakan bagian kawasan yang membatasi zona inti, dimana
sumberdaya ikan boleh ditangkap namun dilakukan secara terbatas dan di atur oleh peraturan tertentu. Sedangkan zona ekonomi, merupakan bagian perairan
yang ikannya boleh ditangkap secara bebas dengan menggunakan cara dan alat sesuai dengan ketentuan yang telah di atur dalam undang-undang.
Beberapa kriteria dalam penetapan kawasan konservasi lainnya dijelaskan dalam pasal 8 ayat 3 PP No 60 tahun 2007, yakni mencakup:
a. ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterkaitan ekologis, keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka,
daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan;