108 Hasil analisa manfaat di atas dapat direkapitulasi seperti disajikan pada
Tabel 53, merupakan nilai ekonomi total sumberdaya terkait perikanan di Estuari di Segara Anakan.
Tabel 53. Rekapitulasi Nilai Ekonomi Total sumberdaya estuari, 2014 dengan luas kawasan 8234,46 ha
No Tipologi Nilai
Klasifikasi Fungsi manfaat Nilai Ekonomi
Total Rptahun Nilai ekonomi
Rphatahun 1
Nilai Manfaat langsung Direct
use value Log kayu mangrove
5.750.946.864 698.400,00
Kayu bakar 7.255.654.443
881.133,00 Daun nipah
755.470.533 91.745,00
Satwa 208.760.030
25.352,00 Perikanan kerang
2.065.386.836,91 250.822,38
Perikanan kepiting 10.515.668.884,89
1.277.032,00 Perikanan udang estuari
5.006.300.098,82 607.969,45
Perikanan udang laut 54.073.359.943,68
6.566.715,96 Perikanan ikan estuari
6.109.365.071,46 741.926,62
Pembelajaran 84.000.000
10.201,03 Jumlah
91.824.912.705,76 11.151.297,44
2 Nilai manfaat tidak
langsung indirect use value
Habitat pemijahanasuhan udang
324.456.473.718,92 39.402.277,98
Habitat mencari makanpenyedia pakan
615.682.339,74 74.769,00
Penyimpan karbon 3.577.049.424,00
434.400,00 Jumlah
328.649.205.482,66 39.911.446,98
Nilai Ekonomi Total total economic value
420.474.118.188,42 51.062.744,42
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai ekonomi ekosistem Estuari Segara Anakan yang dapat dibangkitkan terkait rencana pengembangan fish
sanctuary meliputi nilai manfaat langsung, dan nilai manfaat tidak langsung
masing masing sebesar Rp 91.824.912.705,76tahun Rp 11.151.297,44hatahun dan nilai manfaat tidak langsung sebesar Rp 328.649.205.482,66tahun Rp
39.911.446,98hatahun, dengan keseluruhan nilai ekonomi total sebesar Rp 420.474.118.188,42,-tahun, dimana jasa ekosistem sebagai penyedia habitat
pemijahanasuhan udang memiliki nilai manfaat tertinggi dengan kontribusi sebesar 77,16 dari total seluruh nilai manfaat Gambar 16.
109
Gambar 16. Nilai Ekonomi Estuari Segara Anakan
4.4 Simpulan
Hasil analisis valuasi ekonomi terhadap nilai ekonomi ekosistem estuari Segara Anakan dalam kaitannya dengan rencana pengembangan fish sanctuary
diperoleh hasil bahwa total nilai ekonomi terkait perikanan pada ekosistem Estuari Segara Anakan sebesar Rp. 420.474.118.188,42,-tahun atau Rp 51.062.744,42,-
hatahun. Nilai tersebut berasal dari nilai manfaat langsung, dan nilai manfaat tidak langsung masing masing sebesar Rp 91.824.912.705,76,-tahun, dan Rp
328.649.205.482,66,-tahun. Fungsi ekologis ekosistem sebagai penyedia habitat pemijahanasuhan merupakan komponen yang memberikan sumbangan nilai
ekonomi manfaat ekosistem paling tinggi.
0.00 50,000.00
100,000.00 150,000.00
200,000.00 250,000.00
300,000.00 350,000.00
Nilai Manfaat Langsung
Nilai Manfaat Tidak Langsung
91,824.91 328,649.21
N il
ai R
p 000.00
0, -
tah u
n
111
5. KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN FISH SANCTUARY DI ESTUARI SEGARA ANAKAN
5.1 Pendahuluan 5.1.1 Latar Belakang
Estuari yang berarti pasang-surut Nybakken 1988, didefinisikan sebagai ekosistem semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka
dan menerima masukan air tawar dari daratan, membentuk habitat air payau dengan salinitas yang berfluktuasi Pickard 1967. Kawasan yang umumnya
terbentuk di ujung sungai-sungai besar dan bermuara di laut, aliran airnya membawa serta partikel-partikel unsur hara, dan berpengaruh terhadap
produktifitas perairan. Produktivitas yang tinggi merupakan habitat yang memiliki daya dukung untuk tumbuh kembang berbagai jenis biota akuatik, baik
sebagai habitat asuhan, pemijahan dan lumbung pakan bagi ikan, udang dan gastropoda Elliot and Hemingway 2002. Ditegaskan oleh Ikejima et al 2003
bahwa ekosistem yang seringkali berasosiasi dengan hutan mangrove secara ekologi berperan sebagai habitat asuhan bagi biota akuatik seperti ikan, udang dan
kepiting, dan habitat penting bagi perkembangan larva ikan baik migratori peruaya ataupun sedentary penghuni tetap.
Estuari Segara Anakan merupakan estuari yang cukup potensial. Kawasan yang merupakan tempat pertemuan masa air tawar dari 8 sungai besar dengan air
laut dari Samudera Hindia, dan merupakan kawasan berhutan mangrove, yang diduga terluas di pulau Jawa LPP mangrove 1998. Sebagaimana kawasan estuari
lainnya, perairan ini menyimpan potensi fauna aquatik yang besar. Djuwito 1985 mencatat keberadaan 47 spesies ikan, selanjutnya Murni 1999; Dudley
2000; berturut turut mencatat 14 dan 60 spesies, dan Atmaja 2010 dalam penelitiannya di Perairan Kotawaru kanal timur menemukan 23 spesies,
sehingga total keragaman ikan di Segara Anakan mencapai 112 jenis. Keragaman karsinofauna udang mencapai 20 jenis yang didominasi jenis udang jerbung P.
Marguiensis , udang peci P. indicus dan udang jari M. Elegans, dua jenis
kepiting ekonomis penting rajungan dan kepiting bakau yang didominasi oleh
112 jenis S. Olivacea dan S. Serrata, dan beberapa jenis spesies penting lain dari
kelompok kerang-kerangan seperti kerang bulu dan kerang darah Dudley 2000. Dalam perkembangannya, kawasan ini terancam terdegradasi berat akibat
sedimentasi, pemanfaatan sumberdaya secara berlebih dan tidak ramah lingkungan khususnya konversi hutan mangrove, dan aktifitas penangkapan.
Penurunan kondisi hutan mangrove dan fauna aquatik, merupakan 2 indikator utama dalam menilai tingkat kerusakan ekosistem. Perkembangan kawasan hutan
mangrove selama 84 tahun 1930 -2014 menunjukkan luas yang semakin menurun, dan saat ini hanya tinggal 8.234,46 hektar.
Permasalahan sumberdaya ikan meliputi, sumberdaya kepiting yang diketahui terus mengalami penurunan hasil tangkapan. Rata-rata hasil tangkapan
bubu nelayan selama tahun 1987-1988 sebesar 4,5 kgtrip Wasilun 1991
, pada tahun 1999-2000 hanya mencapai 1,6 kgtrip Dudley 2000, yang bedampak
pada penurunan produksi total kepiting dari 850 tons 1988 menjadi 200 ton 1999. Penurunan produksi udang dari 5.250 ton 1979 saat ini tinggal 2.000-
3.000 tontahun dengan laju tangkap apong dari 15,1 kgtrip pada tahun 1987- 1988 Amin dan Hariati 1991, menjadi 6,5 kgtrip Dudley 2000a, bahkan saat
ini hasil tangkapan hanya berkisar antara 1,5-3 kgtrip Suradi 2005. Penurunan ini juga ditandai dengan penurunan ukuran udang yang tertangkap yang sebagian
besar adalah stadia juvenile dengan kisaran 4-5 grekor Dudley, 2000a, 2 grekor Nurfiarini et al. 2012.
Dalam kondisi yang kian parah, keberadaan Estuari Segara Anakan ternyata masih memegang peran ekologis dan ekonomis penting dimana sebanyak 8 dari
total ikan dan 34 dari total udang yang tertangkap nelayan di perairan sekitar pesisir Selatan Jawa, menetas dan dibesarkan di kawasan estuari segara anakan
dengan nilai ekonomi mencapai 62 milyar rupiahtahun Dudley 2000. Kondisi tersebut menuntut untuk segera dilakukan upaya pengelolaan untuk
mempertahankan keberlanjutan sistem perikanan dan daya dukung ekosistem estuari dalam perannya sebagai kantong benih, sehingga keberadaan sumberdaya
ikan dapat tetap terjaga mendekati kestabilan. Secara alamiah, pengelolaan sistem
perikanan tidak dapat dilepaskan dari tiga dimensi yang tidak terpisahkan satu sama lain yaitu 1 dimensi sumberdaya perikanan dan ekosistemnya; 2 dimensi
113 pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk kepentingan sosial ekonomi
masyarakat;dan 3 dimensi kebijakan perikanan itu sendiri Charles 2001. Berkaitan dengan konsep tersebut di atas, maka salah satunya adalah dengan
cara memacu rekruitmen alami FAO 1999. Alternatif langkah dalam melestarikan plasma nutfah perikanan adalah dengan penyediaan suaka perikanan
fish sanctuary . sebagai salah satu cara pelestarian habitat melalui pengelolaan
yang efektif dan efisien, karena secara langsung dapat melindungi dan meningkatkan sumber daya perikanan Utomo et al. 1994. Suaka yang efektif,
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi hasil tangkapan nelayan, serta pelestarian sumberdaya dan kekayaan plasma nutfah, mengingat
bahwa saat ini, segara anakan juga menjadi tempat bergantung sekitar 3.388 RTP nelayan. Oleh karena itu pengembangan kawasan suaka perikanan memerlukan
perencanaan ruang sebagai alat untuk melakukan sustainable development dengan mengkordinasikan aspek sosial, pembangunan ekonomi, sekaligus perlindungan
lingkungan 5.1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menyusun peta kesesuaian dan zonasi kawasan utuk pengembangan fish sanctuary berbasis integritas dan
konektivitas sosial ekologi kawasan.
5.2 Metode Penelitian 5.2.1. Bahan
Perencanaan kawasan suaka perikanan didasarkan atas hasil analisis kesesuaian. Data yang dibutuhkan dalam analisis kesesuaian untuk
pengembangan suaka perikanan terdiri dari data primer dan sekunder. Adapun pengumpulan jenis dan sumber data terkait analisis tersebut disajikan pada Tabel
54.
114 Tabel 54. Pengumpulan data, jenis data, dan sumber data
No Pengumpulan Data
Jenis data Sumber data
1. Data sekunder
Geomorfologi dan Hidrologi: - Bentang alamtopografi
- Hidologi dan DAS Bappeda Kab, 2012
Pemanfaatan lahan darat: Pemukiman, tegalan, industri, pertambakan, sawah,
dan hutan Bappeda Kab, 2012
Pemanfaatan lahan perairan: Pelabuhandarmaga,
alur pelayaran,
perikanan tangkap,
Bappeda Kab, 2012
Data Spasial: - Citra landsat 8 ETM+ P 121R.065
- Peta rupa bumi - Peta wilayah administrasi Desa
- Peta Tata ruang wilayah kabupaten Cilacap SEA-MEO Biotrop, 2014
BIG, 2000 Bappeda Kab, 2012
Bappeda Kab, 2012
2. Data Primer
Fisika, Kimia, dan oseanografi: - Parameter non spesifik salinitas, turbiditas, pH,
DO, suhu - Parameter nutrisi T-N, T-P, TNTP, NO
3
, P-PO
4
- Parameter pengganggu N-NO
2
, N-NH
4
- Parameter logam kaliumpotasium, kalsium,
magnesium, sodium, besi, mangan, kadmium, timbal, tembaga, seng, nikel, merkuri
- Parameter sumberdaya pakan alami Fitoplankton, Zooplankton
Ground Check
Ekosistem: Mangrove,
vegetasi, substrat
dasar perairan,
sedimentasi Ground Check
Sumberdaya fauna aquatik: - Ikhtiofauna
- Karsinofauna udang - Karsinofauna kepiting
- Organisme bentik Ground Check
Sosial Kelembagaan: -
Modal sosial - Sistem nilai kearifan lokal
- Potensi ancaman dari kegiatan ekonomi ekstraktif - Potensi konflik pemanfaatankepentingan
- Potensi kelembagaan
Interview, Kuesioner
Ekonomi: -
Nilai penting kawasan bagi ekonomi kerakyatan
-
Potensi untuk pengembangan wisata
-
Jarak dari kawasan pemanfaatan lainnya
Interview, Kuesioner Integrasi Sosial Ekologi
- Status ketersediaan jasa ekosistem Hasil analisis sebelumnya
5.2.2. Metode analisis data
Perencanaan ruang spasial plan didasarkan atas hasil penilaian kesesuaian terhadap segenap aspek terkait pengembangan suaka perikanan estuari,
dimana dalam penelitian ini menggunakan pendekatan integritas sosial-ekologi. Integritas ekologi diperkenalkan sebagai kesehatan ekosistem. Terkait ekosistem