175
6.3. Kesesuaian Kawasan bagi Pengembangan Fish Sanctuary
Penilaian kesesuaian lokasi pengembangan calon fish sanctuary di Estuari Segara Anakan, menggunakan pendekatan integritas ekologi, integritas biologi,
dan konektivitas sosial-ekologi yang dikelompokkan dalam 23 kriteria kesesuaian. Hasil analisa spasial menunjukkan bahwa dari 13 lokasi yang diamati, lima
diantaranya layak untuk dikembangkan sebagai suaka dengan tingkat kesesuaian tinggi yakni Perairan Kutawaru, Tritih, K. Kuning, dan Klaces dengan total luas
sebesar 1.204,28 ha perairan, enam lokasi dengan tingkat kesesuaian sedang meliputi Perairan Karang Talun, Kali Sapuregel, Kali Dangal, Kali Ujung Alang,
Muara Dua, dan Laguna-Ujung Gagak, dan 2 lokasi merupakan lokasi tidak
sesuai Perairan Donan, dan Muara Citanduy.
Perkiraan dampak pengembangan fish sanctuary di Segara Anakan pada berbagai kategori luas menunjukkan bahwa pada opsi fish sanctuary
dikembangkan pada seluruh kawasan sangat sesuai yakni seluas 1.204,29 ha, akan terjadi peningkatan produksi udang laut sebesar 1.343.219 kg, memberikan
dampak pada kehilangan mata pencaharian bagi sekitar 847 RTP nelayan udang laguna, namun memberikan peluang berusaha bagi masyarakat sebesar 4.547 RTP
baru. Artinya dengan mengkonservasi seluruh kawasan yang memiliki tingkat kesesuaian tinggi, berimplikasi terhadap strategi relokasi nelayan laguna menjadi
nelayan samudera sebesar 847 RTP, memberikan peluang berusaha bagi masyarakat lainnya serta meningkatkan rata-rata hasil tangkapan nelayan yang
beimplikasi pada peningkatan kesejahteraan nelayan dan ekonomi wilayah. Demikian terjadi apabila dikembangkan pada luasan optimal dimana fish
sanctuary dapat berfungsi efektif minimal 30 dari total luas daerah tangkapan
ikan.
6.4. Implikasi kebijakan bagi Pengelolaan sumberdaya perikanan
Berdasarkan pada hasil analisis kondisi sistem sosial ekologi, penilaian kesesuaian kawasan, serta penilaian manfaat ekonomi yang dapat dibangkitkan
dari jasa ekosistem estuari. Hasil penilaian menunjukkan bahwa meskipun pada saat ini ekosistem Estuari Segara Anakan telah mengalami degradasi sumberdaya
cukup parah, akibat sedimentasi, pemanfaatan sumberdaya secara berlebih dan
176 tidak ramah lingkungan khususnya konversi hutan mangrove, dan aktifitas
penangkapan, namun peran penting kawasan baik secara ekoogis maupun ekonomis masih sangat besar. Pengembangan fish sanctuary sebagai salah satu
upaya bagi penyelamatan keberlanjutan ekologis estuary pada akhirnya dapat berdampak pada kemantapan estuari dalam menyediakan jasa ekosistem bagi
kepentingan manusia. Selanjutnya mengacu pada Permen KP No 17 tahun 2008 tentang kawasan
konservasi pesisir dan pulau pulau kecil, serta Permen KP no 30 tahun 2010 tentang rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan, maka
kawasan yang memiliki tingkat kesesuaian sangat sesuai dapat dikembangkan sebagai calon zona inti bagi pengembangan fish sanctuary. Sedangkan kawasan
dengan nilai sesuai bersyarat serta kelas tidak sesuai, dapat dijadikan sebagai zona penyangga serta zona perikanan berkelanjutan. Terkait fungsi ekologis penting
lainnya yakni fungsi habitat pemijahan bagi biota khas estuari, maka dua tipe fish sanctuary
dapat menjadi pilihan dalam implementasi pengelolaannya, yakni close sistem
, dan tipe close season. Arahan dan kebijakan pengembangan fish santuary di Estuari Segara Anakan, secara rinci disajikan pada Tabel 81.
Tabel 81. Arahan dan kebijakan pengembangan fish santuary di Estuari Segara Anakan
Dimensi Arahan
Prioritas Kebijakan Ekologi
- Meminimalkan beban sedimentasi terhadap lingkungan perairan
estuary - Melarang aktifitas pengrusakan
hutan mangrove - Melakukan pemulihan kondisi
ekosistem mangrove -
- Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lingkungan perairan estuari,
dengan berkordinasi secara lintas sektoral
- Memanfaatkan kawasan fish sanctuary sebagai kawasan prioritas utama dalam
kebijakan pengelolaan - Melakukan rehabilitasi terhadap
ekosistem mangrove - Melarang pemanfaatan pada zona inti
- Merancang aturan terkait pengelolaan mangrove
Ekonomi - Memperbaiki pendapatan
masyarakat sekitar dan meningkatkan PAD
- Meningkatkan daya saingdaya juang masyarakat pesisir estuari
- Merancang mata pencaharian alternatif berbasis perikanan dan konservasi
- Mendorong masyarakat untuk mengembangan usaha ekowisata
- Membina masyarakat dengan membentuk kelompok usaha mandiri
serta memfasilitasi masyarakat dalam usaha wisata
177
- Sosial
Kelembagaan - Meningkatkan keterlibatan
masyarakat - Kelembagaan formal
- Kelembagaan non-formal - Merancang tipe pengelolaan fish
sanctuary - Membuat peraturan daerah pada level
tingkat kabupaten hingga tingkat desa terkait pengelolaan fish sanctuary
- Mensosialisasikan peraturan yang telah ditetapkan
- Mengadakan pelatihan menyangkut peraturan yang ditetapkan
- Membentuk kelompok swadaya masyarakat yang berkaitan dengan
penetapan kawasan fish sanctuary - Kegiatan pendampingan