mau membayar. Namun melihat hasil penelitian, lebih dari 50 responden desa dan kota merasa bahwa petugas pajak telah adil dalam penetapan NJOP atau dapat
diartikan tidak begitu banyak permasalahan WP tentang NJOP-nya. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab tidak signifikannya pengaruh NJOP.
Hasil ini dapat sejalan dengan hasil penelitian Fraternesi 2002 yang menemukan bahwa faktor rasio beda hitung Permanent-Difference berpengaruh
tidak signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kota Bengkulu. Menurutnya, prinsip keadilan sangat mengemuka bagi wajib pajak. Apabila tanah
dan rumah dianggap WP sama ukuran dan konstruksinya tetapi penetapan pajaknya berbeda, maka WP merasa keberatan dan menunda pembayaran pajak.
Hal yang sama juga terlihat dari hasil penelitian di lapangan. Sebesar 66 WP desa menjawab tidak setuju ketika ditanyakan apakah perhitungan NJOP yang
tidak sesuai mempengaruhi mereka untuk menunda pembayaran pajak sedangkan WP kota cenderung ragu-ragu. Dapat disimpulkan, NJOP secara umum tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan masyarakat Kota Padangsidimpuan dalam membayar PBB.
4.8.4 Pengaruh Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar PBB
Dari hasil pengujian analisis regresi berganda pada daerah desa diperoleh nilai signifikansi variabel kesadaran sebesar 0,007 dan daerah kota sebesar 0,009.
Hasil ini menunjukkan bahwa baik daerah desa maupun daerah kota memiliki tingkat signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Artinya, kesadaran perpajakan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan masyarakat Kota Padangsidimpuan dalam membayar PBB, baik di daerah desa maupun daerah
kota. Koefisien regresinya menunjukkan nilai positif. Artinya apabila terjadi
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kesadaran perpajakan, kepatuhannya juga akan semakin meningkat. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa kesadaran perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB di Kota Padangsidimpuan, dapat diterima.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Suyatmin 2004, Jatmiko 2006 dan Utomo 2011 yang menunjukkan bahwa kesadaran perpajakan berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB. Menurut Saifudin Azwar 1988 dalam Fraternesi 2002, hal ini logis karena ketika komponen
kognitif apa yang dipercayai subjek pemilik sikap, komponen afektif menyangkut emosional dan komponen konatif kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek, maka seorang WP akan sadar bahwa harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagai warga
negara sehingga mendorong WP untuk membayar kewajibannya setiap tahun. Kesadaran perpajakan telah terbukti berpengaruh terhadap kepatuhan
masyarakat dalam membayar PBB di kota Padangsidimpuan, baik pada WP desa maupun WP kota. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat sadar bahwa
membayar pajak merupakan kewajiban mereka sebagai warga negara yang baik. Mereka menyadari pajak tersebut digunakan sebagai pendapatan daerah, guna
membiayai fungsi dan tugas pemerintah. Meskipun banyak masalah-masalah penyelewengan pajak yang terjadi, namun masyarakat tetap berkeyakinan bahwa
hasil pemungutan pajak akan mereka nikmati. Dari penelitian di lapangan diketahui bahwa dengan adanya program bantuan pemerintah untuk rakyat
miskin, pembangunan jalan, dan fasilitas-fasilitas lain yang diterima masyarakat akan meningkatkan kepercayaanya pada pemerintah dan mendorong mereka
Universitas Sumatera Utara
untuk membayar pajaknya. Jadi dapat disimpulkan, semakin tinggi kesadaran masyarakat maka semakin meningkat juga kepatuhannya dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan.
4.8.5 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar PBB