pengamatan di lapangan, responden desa mengetahui bahwa ada petugas yang memungut pajak tetapi tidak semuanya mengerti akan aturan atau prosedur dalam
pemungutan PBB itu sendiri. Ketika responden ditanya apakah mereka mengerti cara mendaftarkan pajaknya atau berapa tarif pajaknya, sebagian besar menjawab
tidak tahu dan ragu-ragu. Bagi WP desa umumnya, yang terpenting adalah ketika petugas pengutip pajak datang, mereka harus membayar pajaknya. Jika besarnya
pajak masih sesuai maka mereka tidak begitu mempersoalkan hal lain, seperti sesuai atau tidaknya besar NJOP. Hal ini dapat terjadi karena penyuluhan
perpajakan yang diperoleh masyarakat desa sangat minim, sehingga menyebabkan pengetahuan mereka juga minim.
Kesadaran hukum WP yang buruk juga dapat menyebabkan pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar PBB. Kesadaran
hukum yang dimiliki masyarakat belum menjamin bahwa masyarakat akan menaati suatu aturan hukum atau perundang-undangan Ali, 2009. Kesadaran
hukum yang buruk akan menyebabkan WP melakukan pelanggaran, sekalipun ia memiliki pengetahuan yang tinggi. Sebagian WP, meskipun telah mengetahui
adanya pengenaan sanksi denda bagi yang terlambat atau tidak membayar pajak, namun tetap melakukan pelanggaran. Hal tersebut terjadi karena WP memiliki
kesadaran hukum yang buruk, sehingga pengetahuan yang dimilikinya tidak lagi mempengaruhi kepatuhannya.
4.8.6 Pengaruh Pendapatan Terhadap Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar PBB
Dari hasil analisis regresi berganda daerah desa diperoleh nilai signifikansi variabel pendapatan sebesar 0,338 dan daerah kota sebesar 0,010. Hasil ini
menunjukkan daerah desa memiliki tingkat signifikan lebih besar dari 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Artinya, pendapatan WP berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan membayar PBB di desa. Pada daerah kota, nilai signifikansinya lebih kecil dari
0,05. Artinya, pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar PBB di kota. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa
pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB di Kota Padangsidimpuan, dapat diterima untuk daerah kota. Namun untuk
daerah desa, hipotesis tersebut ditolak. Hasil penelitian di daerah kota sejalan dengan hasil penelitian Putri 2013
yang menemukan bahwa tingkat ekonomi dengan adanya moderasi dari petugas desakelurahan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan masyarakat. Fraternesi
2002 juga menemukan bahwa faktor rasio beban PBB dibandingkan dengan pendapatan WP terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB.
Menurutnya, hal tersebut terjadi karena apa yang dibayarkan oleh WP untuk pajaknya bersumber dari penghasilan WP sendiri. Selain itu, membayar pajak
merupakan kewajiban WP sehingga mereka harus menyisihkan sebagian pendapatannya. Apabila pendapatan WP meningkat maka akan semakin banyak
pula yang disisihkannya, sehingga akan lebih mudah membayar pajaknya. Pendapatan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepatuhan
membayar PBB di desa karena pendapatan masyarakat desa yang pada umumnya rendah menuntut mereka untuk mendahulukan kebutuhan hidupnya yang lebih
mendesak dibandingkan membayar pajak yang memberatkan. Selain itu, sebagian besar pekerjaan WP desa adalah sebagai petani, dimana pendapatan per bulannya
tidaklah menentu. Terkadang ketika petugas pajak datang, WP sedang tidak memiliki uang lebih, sehingga harus menunda pembayaran pajaknya. Adanya
Universitas Sumatera Utara
kendala dalam pengumpulan pajak ini mendorong beberapa desa untuk membuat kebijakan, seperti mendahulukan pembayaran PBB desanya yang diambil dari kas
desa. Dengan demikian, tidak terjadi keterlambatan dan penunggakan pajak pada desa tersebut. Hal ini juga diduga menjadi penyebab pendapatan WP berpengaruh
tidak signifikan dalam peningkatan kepatuhan masyarakat desa dalam membayar PBB di Kota Padangsidimpuan.
4.8.7 Perbedaan Kepatuhan Antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Dalam Membayar PBB