Petugas pajak fiskus memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyedia pelayanan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya membayar pajak tergantung bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Terkait dimensi pelayanan yang
dikemukakan oleh Parasuraman, pelayanan perpajakan dalam hal ini dapat berupa kemudahan dalam akses pembayaran, penetapan SPPT yang adil, ketanggapan
fiskus terhadap keberatan wajib pajak, adanya penyuluhan yang diberikan kepada wajib pajak, dan pelayanan perpajakan yang baik dan cepat.
Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas maka wajib pajak akan senang dan patuh dalam membayar pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suyatmin 2004, Fraternesi 2002 dan Kahono 2003 yang
mengungkapkan bahwa sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajip pajak dalam membayar pajak. Oleh karena itu,
variabel pelayanan perpajakan relevan untuk digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.
2.4.3 Sanksi Pajak
Sanksi merupakan hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan. Sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada wajib pajak
ataupun pejabat karena melakukan pelanggaran baik secara sengaja maupun tidak.
Sanksi perpajakan menurut Mardiasmo 2009:57 merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan norma perpajakan akan
diturutiditaatidipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
Pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Ada 2 jenis sanksi
pajak yang dikenakan kepada wajib pajak, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara,
khususnya berupa bunga dan kenaikan. Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan dan merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang
digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi Mardiasmo, 2009:57. Sanksi administrasi yang paling banyak diterapkan adalah dengan denda,
yaitu sebesar 2 dari pokok ketetapan pajak terutangnya pada tahun yang bersangkutan. Denda PBB ini diberlakukan jika
wajib pajak tidak membayar pajak terutang pada saat jatuh tempo atau kurang dibayar, terhitung dari saat jatuh
tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. Menurut Undang-undang No 28 Tahun 2009 pasal 174, sanksi pidana dapat
dikenakan pada wajib pajak dengan ketentuan sebagai berikut: 1.
Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan
yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau pidana denda
paling banyak 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan
Universitas Sumatera Utara
pidana penjara paling 2 dua tahun atau pidana denda paling banyak 4 empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pengenaan sanksi perpajakan kepada wajib pajak dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Menurut Suyatmin 2004 masyarakat akan mematuhi pembayaran PBB bila memandang sanksi denda akan
lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan PBB yang harus dibayar oleh WP, maka akan semakin berat bagi wajib pajak PBB untuk
melunasinya. Oleh sebab itu, sanksi pajak diduga akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Semakin tinggi
sanksi pajak yang diberikan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.
2.4.4 Nilai Jual Objek Pajak NJOP