Gambaran Umum Penerimaan PBB Kota Padangsidimpuan

4.1.2 Gambaran Umum Penerimaan PBB Kota Padangsidimpuan

Komponen perpajakan dalam suatu perekonomian merupakan penyumbang pendapatan negara yang terpenting. Melalui langkah-langkah ektensifikasi dan intensifikasi di bidang perpajakan, penerimaan perpajakan diharapkan dapat meningkat dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah pusat terus berupaya melakukan penguatan kewenangan perpajakan daerah local taxing power. Dengan UU 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penguatan perpajakan daerah dilakukan antara lain melalui pemberian diskresi penetapan tarif dan pendaerahan beberapa jenis pajak baru, seperti Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB dan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Pedesaan PBB-P2. Pengalihan kewenangan pemungutan pajak ini diharapkan akan menambah peluang bagi daerah untuk melakukan pemungutan secara optimal. Pengalihan Pengelolaan PBB-P2 dari pusat ke daerah baru dilaksanakan Kota Padangsidimpuan pada tahun 2014. Pengalihan ini tampaknya akan menjadikan peningkatan penerimaan PBB yang signifikan. Hal tersebut tampak pada penerimaan PBB Kota padangsidimpuan tahun 2008-2012 yang cenderung meningkat. Pada tabel 4.2 terlihat realisasi penerimaan PBB kota ini tahun 2008 mencapai 1,44 milyar rupiah dan terus mengalami peningkatan hampir di setiap tahunnya. Meskipun pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan, namun pada tahun 2012 penerimaan PBB Kota Padangsidimpuan mencapai 2,34 milyar rupiah. Setelah pengelolaannya diserahkan daerah, angka ini bisa jadi akan terus bertambah. Karena setiap daerah memiliki kewenangan dan kesempatan luas untuk mengembangkan pemungutan pajak di daerahnya. Universitas Sumatera Utara Pajak daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto PDRB sangat erat kaitannya karena dapat menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam Tabel 4.2 ditunjukkan peningkatan PDRB Kota Padangsidimpuan secara nominal berdasarkan harga berlaku dari tahun 2008 hingga tahun 2012. PDRB Kota Padangsidimpuan secara berturut-turut yaitu 1,7 triliun, 1,9 triliun, 2,1 triliun, 2,3 triliun dan 2,6 triliun rupiah. Peningkatan PDRB ini menunjukkan kinerja perekonomian di Kota Padangsidimpuan yang juga semakin meningkat. Jika pertumbuhan ekonomi daerah baik maka dapat menjadi potensi penerimaan pajak pada daerah tersebut. Tabel 4.2. Penerimaan PBB, PDRB dan Rasio PBB Kota Padangsidimpuan Tahun 2008-2012 Tahun Penerimaan PBB Jutaan Rp PDRB Jutaan Rp Rasio PBB 2008 1441,56 1744259,36 0,083 2009 1542,69 1900038,86 0,081 2010 1740,49 2099990,72 0,083 2011 1734,95 2304043,13 0,075 2012 2337,28 2561844,14 0,091 Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan Untuk melihat perkembangan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Padangsidimpuan terhadap PDRB dapat dilihat dari rasio PBB-nya. Rasio PBB merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan PBB dengan PDRB. Rasio PBB dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB, mengukur kinerja perpajakan, dan melihat potensi PBB yang dimiliki. Berdasarkan tabel 4.2 diatas, rasio PBB Kota Padangsidimpuan menunjukkan angka yang tidak stabil. Pada tahun 2008, besarnya penerimaan PBB dibandingkan PDRB adalah 0,083 dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,081. Persentase rasio PBB Kota Padangsidimpuan terbesar dalam Universitas Sumatera Utara periode tahun 2008-2012 adalah 0,091, yaitu pada tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan semakin berkembangnya pembangunan di Kota Padangsidimpuan karena terjadi peningkatan perekonomian. Peningkatan rasio PBB juga menunjukkan masih banyak potensi PBB yang dimiliki oleh Kota Padangsidimpuan dan masih mungkin untuk ditingkatkan. Kota Padangsidimpuan merupakan kota yang strategis dan masih terus berkembang, sehingga potensi PBB-nya juga besar. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya pembangunan yang dilakukan, seperti pembangunan perumahan, hotel, perkantoran dan sebagainya. Selain itu, masih luasnya area persawahan dan perkebunan di kota ini juga dapat meningkatkan penerimaan PBB daerah jika dikelola dengan baik. Untuk itu, perlu kerja keras petugas pajak daerah dalam mendata objek pajak yang belum terdaftar, peninjauan NJOP yang tidak sesuai dengan harga pasaran setempat, atau menyangkut ukuran tanah dan bangunan yang tidak sesuai dengan aslinya, sehingga penerimaan PBB dapat meningkat lebih signifikan dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.

4.2 Karakteristik Responden