Kompetensi 1. Standar Kompetensi Ikhtisar 1. Konsep bimbingan dan konseling sekolah

P a g e | 227 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN BELAJAR 13 PENDHULUAN

A. Kompetensi 1. Standar Kompetensi

Menguasai teori dan praksis dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling sekolah

2. Kompetensi dasar

Mampu merancang dan melaksanakan kegiatan bimbingan klasikal dengan benar sebagai bagian dari kegiatan bimbingan layanan dasar secara keselu-ruhan untuk tujun mambantu peserta didik memperoleh pengetahuan, kete-rampilan, nilai, dan sikap guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan akademik, pribadi-sosial, dan karier.

3. Indikator

Setelah mengikuti kegiatan belajar melalui modul ini peserta diklat diharapkan memiliki kemampuan untuk: a. Menjelaskan pengertian bimbingan dengan benar b. Menempatkan kegiatan bimbingan dalam program layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. c. Menjelaskan karakteristik bimbingan klasikal. d. Merancang dan melaksanakan satu rancangan program kegiatan bimbingan klasikal untuk satu tahapan perkembangan atau suatu kelas tertentu yang di dalamnya memuat standar kompetensi, kompetensi dasar,jabaran indikator-indikator, materi, dan tahapan kegiatan.

B. Ikhtisar 1. Konsep bimbingan dan konseling sekolah

Bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan psikologis yang diberikan oleh profesional guna membantu individu mencapai kesejahteraan hidup. Bimbingan dan konseling diterapkan di berbagai seting, salah satunya di sekolah disebut bimbingan dan konseling sekolah, disingkat BKS. Di Indonesia, BKS mulai diterapkan diin-tegrasikan ke dalam sistem sekolah sejak diberlakukannya Kurikulum Pendidikan tahun 1975 untuk sekolah umum SMP dan SMA namun masih terbatas. Saat ini BKS telah diterapkan di hampir semua jenjang pendidikan, khususnya di sekolah menengah meskipun dengan kondisi dan kualitas yang bervariasi. Bimbingan dan konseling bisa dipisahkan dalam arti perangkat layanan. Artinya, bimbingan danatau konseling menjadi salah satu komponen layanan dalam keseluruhan pelayanan BKS. Dalam sistem BK itu, konseling dipandang umumnya dipraktekkan sebagai layanan penting bahkan seringkali dijadikan sebagai layanan sentral atau inti. Itulah mengapa istilah konseling selalu dirangkaikan dengan bimbingan. Atas dasar fakta itu maka banyak pembimbing seringkali mengalami kebingungan untuk membedakan antara bimbingan dan konseling dalam arti kegiatannya. Artinya praktisi sering merasa tidak yakin untuk menyebut layanan yang diberikan itu apakah tergolong bimbingan atau menjadi kawasan konseling. Bahkan, kalau Anda dapat menemukan banyak sekolah di USA menamakan program bimbingan dan konselingnya sebagai “program konseling” dan bukan “program bimbingan dan konseling.” Di tanah airpun pernah ada pakar yang ingin mengganti mewacanakan istilah program BKS dengan program konseling. Namun tampaknya banyak kalangan yang tidak setuju sehingga istilah itu urung untuk digunakan. Ketidak setujuan itu didasarkan pada pemikiran bahwa BKS dilaksanakan di sekolah dan dengan demikian mutaan pedagoginya harus jelas. Jika digunakan istilah layanan konseling untuk menggantikan layanan BKS dinilai kurang tepat karena istilah konseling dengan menghilangkan bimbingan lebih banyak berbau klinis dan kurang pedagogis.Dalam konsep tradisional, bimbingan merupakan salah satu bentuk layanan BKS yang dapat dilakukan melalui bimbingan individual atau bimbingan kelompok. Dalam konsep BKS yang baru kontemporer, yakni bimbingan yang menggunakan pendekatan perkembangan – dikenal dengan istilah bimbingan komprehensif – yang sekarang ini telah diterapkan hampir di semua sekolah di seluruh negara bagian di Amerika dari tingkat pra sekolah hingga SMTA – layanan bimbingan dapat kita temukan dalam komponen kurikulum bimbingan guidance curri-culum . Istilah kurikulum itu sendiri sering digunakan dalam konteks pembe-lajaran dan dalam arti yang sederhana menunjuk pada mata pelajaran. Dengan demikian, kurikulum bimbingan dapat kita artikan sebagai materi kegiatan layanan bimbingan. Dalam rambu-rambu pelaksanaan bimbingan dan kon-seling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik-an dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 disebut dengan nama “layanan dasar.” Secara harfiah, istilah bimbingan digunakan sebagai padan kata dari guidance bhs. Inggris dan istilah guidance itu sendiri sering disamakan dengan kata helping. Secara terminologi, helping PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 228 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar menunjuk pada “tindakan menolong” atau “memberikan bantuan.” Pertolongan atau bantuan yang dimaksudkan dalam bimbingan bukan dalam bentuk memberikan sesuatu yang dibutuhkan, seperti memberi makanan kepada individu yang lapar atau menuntun anak untuk menyeberang jalan, tetapi upaya memampukan individu agar ia dapat meme-nuhi kebutuhan atau menangani kesulitannya sendiri. Dalam bentuknya yang operasional, bimbingan diberikan cara meningkatkan pengetahuan dan membe-lajarkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan atau relevan de-ngan upaya pemenuhan kebutuhan. Banyak ahli dan penulis dalam bidang bimbingan dan konseling juga telah memberikan definisi konseptual tentang bimbingan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh para mahasiswa konseling di Amerika, ditemukan lebih dari 100 definisi bimbingan dalam literatur Shetzer Stone, 1981. Definisi-definisi tersebut umumnya memperlihatkan beberapa perbedaan tergantung dari sudut pandang ahli yang merumuskannya, meskipun tujuan secara substansial mengandung tujuan yang sama. Untuk memberikan gambaran yang lebih memadai tentang konsep bimbingan, berikut ini adalah beberapa contoh definisi tentang bimbingan Suatu definisi yang tergolong klasik menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada individu dari berbagai kelompok usia agar individu tersebut dapat mengelola kehidupan, mengembangkan pandangan hidup, membuat keputusan, dan menanggung konsekuensi dari pilihankeputusannya sendiri Crow Crow, 1960, dalam Shetzer Stone, 1981. Sedangkan Shetzer Stone sendiri mendefinisikan bimbingan sebagai suatu proses membantu individu untuk memahami dirinya dan lingkungannya. Definisi ini tampak sederhana namun jika dijabarkan akan mengandung pengertian yang sangat luas. Terdapat beberapa konsep kunci dalam definisi Shetzer Stone tersebut. Konsep kunci yang pertama adalah proses. Penggunaan kata proses dalam konteks ini menyatakan bahwa bimbingan melibatkan serangkaian tindakan atau langkah-langkah progresif menuju pencapaian tujuan tertentu. Konsep kunci yang kedua adalah bantuan. Bantuan digunakan untuk menunjuk pada pemberian pertolongan. Dalam konteks klinis klinis, pertolongan memiliki tujuan untuk melakukan pencegahan atau pemecahan masalah atau kesulitan. Dalam konteks sekolah, kata individu menunjuk kepada siswapeserta didik. Dalam konsep bimbingan, individu yang menjadi sasaran bantuan adalah individu normal yang mengakami hambatan perkembangan, bukan individu yang tergolong abnormal atau yang mengalami patologi atau disintegrasi kepribadian. Terakhir, istilah memahami diri dan lingkungan mengimplikasikan bahwa individu yang dibimbing akan menjadi sadar tentang sispa dirinya sebagai individu – menyadari identitas pribadinya dan memiliki persepsi yang jelas tentang karakteristik pribadinya. Dalam penerapannya di sekolah, bimbingan didefinisikan sebagai, suatu sistem yang komprehensif dari fungsi, pelayanan, dan program sekolah yang dirancang untuk mempengaruhi perkembangan pribadi dan kompetensi psikologis peserta didik. Bimbingan meliputi penerapan seperangkat perlakuan yang dirancang untuk membantu peserta didik mencapai hasil-hasil perkembangan dan pendidikan secara optimal. Demikian pula, sebagai suatu bentuk pelayanan pendidikan, bimbingan, seperti halnya pengajaran, berisikan sejumlah fungsi dan tindakan-tindakan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mencapai hasil-hasil perkembangan dan pendidikan Aubrey, 1979; dalam Pietrofesa, dkk., 1981. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pengertian bimbingan dapat dilihat antara lain dalam undang-undang yang mengatur pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah seperti Undang- Undang Nomor 21 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 28 dan Nomor 29 tahun 1990 masing-masing tentang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Sebagai contoh, dalam PP No. 28 disebutkan secara eksplisit bahwa pelayanan bimbingan oleh tenaga pendidik yang kompeten merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 25 disebutkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dalam kurikulum 2006 yang dikenal dengan KTSP, bimbingan dikonseptualisasikan sebagai suatu bentuk pelayanan pengembangan diri, meskipun beberapa kalangan menilai jabaran konsep pengembangan diri ini agak bias dari konsep bimbingan yang sesungguhnya.

2. Bidang sasaran bimbingan

Apapun definisi yang digunakan, BKS umumnya dikonseptualisasikan sebagai komponen sekolah yang dimaksudkan untuk membantu setiap peserta didik agar mencapai taraf perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek pribadinya. Terdapat empat aspek perkembangan yang menjadi sasaran bimbingan, yakni: akademik belajar, pribadi, sosial, dan karier. Dalam konsep bimbingan dan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 229 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar konseling perkembangan, aspek pribadi dan sosial digabungkan menjadi satu sehingga menjadi pribadi-sosial. Penggabungan ini barangkali terkait dengan konsep dalam perkem-bangan yang umumnya menggabungkan perkembangan aspek kepribadian dan perkembangan aspek sosial seringkali disatukan. Berdasarkan pada bidang sasaran tersebut maka terdapat bimbingan pribadi, bimbingan sosial atau bimbingan pribadi-sosial, dan bimbingan karier. Jadi, melalui pelayanan bimbingan diharapkan siswa akan mencapai taraf perkembangan yang optimal dalam bidang akademik atau belajar, pribadi-sosial, dan karier. Dalam konsep bimbingan perkembangan, perkembangan akademik dikonseptualisasikan sebagai learning to learn, perkem-bangan pribadi-sosial sebagai learning to live, dan perkembangan karier sebagai learning to work. Konseptualisasi tersebut tampak mengimplikasikan bahwa bim-bingan merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Dalam aspek pribadi-sosial, BK membantu siswa agar: 1 memiliki kesadaran diri dan dapat mengembangkan sikap positif, 2 membuat pilihan secara sehat, 3 menghargai orang lain, 4 mempunyai rasa tanggung jawab, 5 mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi interpersonal, 6 menyelesaikan konflik, 7 membuat keputusan secara efektif. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Dalam aspek tugas perkembangan belajar, BK membantu siswa agar: 1 dapat melaksanakan keterampilanteknik belajar secara efektif, 2 dapat menentukan tujuan perencanaan pendidikan, 3 mampu belajar secara efektif, 4 memiliki keterampilan kemampuan dalam menghadapi ujian. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja dan produktif. Dalam aspek tugas perkembangan karier, BK membantu siswa agar: 1 dapat membentuk identitas karier, 2 dapat merencanakan masa depan, 3 dapat membentuk pola karier, 4 mengenali keterampilan, kemampuan, minat dalam dirinya 3. Bimbingan Klasikal Dalam konsep bimbingan tradisional, pelayanan bimbingan mencakup sejumlah atau seperangkat layanan seperti layanan pengumpulan data atau penilaian siswa, layanan informasi, layanan orientasi, layanan penempatan, layanan bimbingan, layanan konseling, layanan konsultasi, layanan referal, dan layanan evaluasi lihat Pietrofesa, dkk., 1981; Shertzer Stone, 1981; Gibson Mitchell, 2004. Dalam konsep ini bimbingan klasikal dapat menjadi bagian dari layanan bimbingan lihat Prayitno, 2006. Dalam konsep bimbingan perkembangan – bimbingan perkembangan merupakan suatu model bimbingan yang komprehensif yang saat ini diterapkan di hampir semua sekolah di seluruh negara bagian di Amerika, program bimbingan dan konsleing meliputi: pelayanan bimbingan guidance curriculum , perencanaan individual indi-vidual planning , dan layanan responsif responsive service . Komponen inintampak sama dengan apa yang tercantum di dalam rambu –rambu pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 perangkat pelayanan bimbingan meliputi: layanan dasar, layanan responsif, dan perencanaan individual. Hanya ada sedikit perbedaan dalam penggunaan istilah pada komponen bimbingan guidance curriculum yang digantikan dengan istilah layanan dasar. Namun jika dilihat dari substansi materinya adalah sama. Pelayanan bimbingan layanan dasar merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada seluruh siswa melalui kegiatan pengalaman perkembangan. Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk memahami diri dan orang lain, menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan eksplorasi dna perencanaan karier, membuat keputusan, dan belajar. Layanan dasar diberikan melalui kegiatan bimbingan klasikal dan kelompok. Perencanaan individual berisikan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengungkap, merencanakan, memantau, dan mengelola kegiatan belajarnya di samping perkembangan pribadi, akademik, dan kariernya. Perencanaan individual diberikan melalui kegiatan penilaian individual, pemberian informasi, dan penempatan. Layanan responsif bertujuan untuk memenuhi kebutuhan atau membantu meme-cahkan masalah siswa yang sifatnya mendesak melalui konsultasi, konseling pribadi, konseling krisis, dan referal. Dari pengertian tersebut jelas bahwa dilihat dari program BKS secara keseluruhan, bimbingan klasikal merupakan bagian dari komponen pelayanan bimbingan atau pelayanan dasar. Berdasarkan pada defiisinya, bimbingan klasikal merupakan suatu pelayanan bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing di dalam kelas. Dalam kegiatan ini pembimbing menyampaikan berbagai materi bimbingan melalui berbagai pendekatan dan teknik yang dimaksudkan untuk membelajarkan pengetahuan danatau keterampilan kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 230 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar menggunakannya untuk mencapai perkembangan yang optimal dalam bidang akademik, pribadi- sosial, dan karier. Karena diberikan di dalam setting kelas, maka bimbingan klasikal umumnya disampaikan dengan menggunakan metode yang menyerupai pembelajaran. Atas dasar inilah maka bimbingan klasikal juga didefi-nisikan sebagai pembelajaran tentang perkembangan secara terstrutur dan sistematis yang dirancang untuk membantu siswa mencapai kompetensi perkembangan yang diharapkan sesuai dengan taraf perkembangan yang sedang dialami. Karena sifatnya yang terstruktir dan sistematis, maka kegiatan bimbingan dapat dan seharusnya berisikan materi kegiatan yang telah diprogramkan terlebih dahulu secara jelas, baik dalam bentuk program besar tahunan atau semesteran dan program kecil atau detil dalam bentuk satuan kegiatan dulu kita kenal dengan istilah satuan layanan, dan sekarang dengan istilah RPBK. Karena telah diprogramkan, maka bimbingan – baik klasikal maupun kelompok – umumnya lebih berfungsi prefentif alih-alih remedial. Bimbingan klasikal ini agak berbeda dengan bimbingan kelompok. Jika bimbingan klasikal lebih menyerupai kegiatan pembelajaran, maka bimbingan kelompok lebih merupakan aktivitas-aktivitas di luar kelas untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Jika pembimbing ingin mempertimbangkan jumlah alokasi waktu dalam memberikan bimbingan klasikal dalam perspektif kegiatan bimbingan secara akeseluruhan, bobot alokasi waktu kegiatan bimbingan klasikal adalah antara 35-45 untuk tingkat sekolah dasar; 25 - 35 untuk tingkat SLTP; dan 15 - 25 untuk tingkat SLTA. C. Organisasi Materi Materi dalam modul ini diorganisasikan ke dalam tiga bab yang masing-masing memaparkan materi secara ringkas, yakni: bab I berisikan pendahuluan; bab II memaparkan kompetensi sasaran bidang pengembangan; bab III menyajikan kegiatan belajar membuat contoh program bimbingan klasikal; dan rujukan. ________________ PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 231 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar II. KOMPETENSI SASARAN Berikut ini adalah suatu contoh kompetensi sasaran standar kompetensi dan indikator kompetensi yang dikutip dari model Program Bimbingan Komprehensif yang saat ini dilaksanakan di seluruh negara bagian amerika mulai dari jenjang pra sekolah hingga kelas XII. Apa yang dicontohkan di sini tidak berarti dianjurkan apalagi dipaksakan untuk diterapkan di sekolah para peserta diklat. Sekali lagi ini hanyalah contoh yang hanya dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi untuk mengembangkan gagasan. Memang, kompetensi yang dicontohkan di sini merupakan standar bagi pengembangan peserta didik yang didasarkan pada asesmen nasional dan berbagai teori perkembangan yang diintegrasikan sebagai kerangka kerja perkembangan. Meskipun demikian, akan tetap bagi kita untuk selalu memberikan respek kepada variabel lingkungan atau konteks sosial budaya sebagai salah satu determinan penting bagi perkembangan. Artinya, kebutuhan akan perkembangan bisa bisa bervariasi antara kelompok populasi yang satu dengan lainnya tergantung dari latar belakang budayanya. Jadi, meskipun mungkin saja terdapat beberapa aspek kompetensi yang sama dengan peserta didik para peserta diklat, kita tetap wajiab melakukan asesmen tentang kebutuhan peserta didik kebutuhan perkembangan sebagai landasan bagi pengembangan program kita. Karena peserta diklat ini adalah para pembimbing yang bertugas di SLTP dan SLTA, maka contoh berikut ini hanya menggambarkan kompetensi sasaran bagai anak SLTP dan SLTA dan tidak memasukkan kompetensi perkembangan pada anak pra sekolah hingga sekolah dasar. Meskipun demikian, kompetensi dasar yang dikemukakan di sini adalah sama untuk semua tingkatan usia perkembangan. Perbedaan hanya ada pada indikatornya. Jadi, kompetensi dasar untuk anak kelas dua SD dan kelas tiga SMA bisa sama, tetapi indikatornya berbeda. Kompetensi ini meliputi kompetensi dalaam bidang perkembangan pribadi-sosial, perkembangan akademik, dan perkembangan karier. Standar kompetensi untuk semua tingkatan usia juga sama, yakni: 1 mencapai taraf perkembangan yang optimal di bidang probadi-sosial menguasai kecakapan untuk hidup; 2 mencapai taraf perkembangan yang optimal di bidang akademkbelajar menguasai kecakapan untuk belajar; dan 3 mencapai taraf perkembangan yang optimal di bidang karier menguasai kecakapan untuk bekerjaberkarier. Indikator-indikator yang dicontohkan di sini tidak bersifat kaku, tetapi dapat Anda ubah atau ganti sesuai dengan konseptualisasi Anda atau kebutuhan perkembangan dari perserta didik yang Anda identifikasi.

A. Bidang Pribadi-Sosial