Penggunaan tes psikologis dalam bimbingan dan konseling di sekolah Tujuan penggunaan tes

P a g e | 141 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar diperoleh deskripsi mengenai ciri –ciri kepribadian anak sebagai bahan untuk menentukan sumber timbulnya kesulitan belajar. Gangguan emosi merupakan hal yang sering merintangai kematangan bela-jar anak, baik di sekolah maupun di rumah. Melalui wawancara dan pengamatan dapat diperoleh data penting, tetapi acapkali pula harus dilakukan tes kepribadian untuk dapat memancing hal yang lebih mendalam dan mendasar pada kepribadian anak. Dengan mengetahui adanya hal tertentu pada kepri-badiannya yang dapat menghambat prestasi belajarnya, maka akan dapat di-tentukan langkah lebih lanjut untuk mengatasinya. Dalam usaha menanggulangi masalah belajar pada anak yang ber-sumber pada segi kepribadian anak sering kali diperlukan kerja sama dengan pi-hak sekolah, guru, wali kelas, kepala sekolah dan yang lebih penting adalah kerja sama dengan pihak orang tua atau keluarganya. LATIHAN 1. Diskusikan dalam kelompok tentang contoh dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjelaskan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alat ukur 2. “Kalau bisa, seumur hidup seseorang itu tidak menjalani tes psikologis” Bagaimana komentarmu tentang pendapat di atas ? 3. Dari sekian definisi mengenai tes, cobalah membuat kesimpulan tentang pengertian tes

f.Penggunaan tes psikologis dalam bimbingan dan konseling di sekolah

a.Tujuan penggunaan tes

Penggunaan tes dalam konseling bertujuan untuk menyediakan informasi yang tidak ada sebelumnya atau untuk meninjau keterandalan informasi yang telah ada dengan tes psikologis bisa dengan tes yang sama atau dengan tes yang lain yang mempunyai fungsi yang sama. Pemakaian tes seperti ini disebut “teori keputusan“ yang mengharuskan bahwa nilai informasi sejauh mungkin hendaknya meningkatkan keputusan yang dibuat atau diambil dengan tidak menggunakan tes. Walaupun dalam pelaksanaannya derajat ketepatannya tidak selalu dapat didekati. Misalnya, jika ada seseorang yang ingin memper-kirakan kemungkinan tingkat sekolah yang dapat dicapai, maka tes bakat sko-lastik dapat memberikan sumbangan terhadap apa yang telah dilakukannya sebelumnya. Informasi yang diperoleh dari pengungkapan melalui tes psikologis dapat digunakan dalam tiga fase utama konseling, yaitu pra-konseling, proses konseling, dan akhir konseling.

1. Pra - Konseling

Penggunaan informasi dalam fase pra-konseling dimaksudkan untuk mem-bantu konselor dengan atau tanpa kerja sama dengan konseli dalam menentukan je-nis pelayanan apakah yang dibutuhkan oleh konseli. Proses pemasukan ini secara ak-tual dapat merupakan suatu awal yang terpisah dari konseling atau dapat juga di-tandai dengan unsur lain dari konseling. Para konselor yang bekerja dengan cara ini melihat masukan intake dan diagnisis sebagai suatu proses yang berkesinam-bungan yang berlangsung selama hubungan konseling. Ada suatu sikap fleksibilitas di dalam jenis konseling ini, dengan memandang kedua hal di atas analisis situasi masalah dan pengambilan keputusan sebagai usaha untuk menentukan apakah seorang konseli harus terus berhubungan dengan konselornya atau tidak. Misalnya, kemungkinan besar bahwa penilaian pertama konselor tentang konseli tertentu menganggap konseli itu cukup layak diberi bantuan dengan pelayanan konseling. Tetapi kemudian setelah diadakan pengungkapan tentang karakteristik kepribadiannya menunjukkan bahwa derajat gangguan yang dialami olek konseliitu perlu mendapat pelayanan dari ahli lainnya. Konselor seawal mungkin hendaknya sudah dapat menentukan apakah ia akan terus bekerja dengan konselinya ataukah ia harus mengalihtangankan konselinya ke ahli lain yang lebih berwenang. Hal ini hanya mungkin dilakukan bila konselor me-miliki informasi yang lengkap tentang konseli yang didapat baik melalui, tes atau juga cara-cara lain seperti wawancara, daftar isian peng- ungkapan masalah. Setelah kon-selor dapat menentukan bahwa konseli dapat di-beri bantuan, ia berusaha mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang konse-linya.

2. Proses Konseling

Untuk dapat membantu konseli dengan lebih baik, konselor me-merlukan sejumlah pelayanan tertentu yang dapat digunakan untuk menghadapi konseli sesuai de-ngan karakteristiknya. Untuk itu konselor memerlukam me-tode, pendekatan, alat dan teknik mana yang sebaiknya digunakan. Salah satu cara yang bisa membantu adalah sistem pengklasifikasian masalah. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 142 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Menurut Bordin, penggunaan tes dapat membantu konseli dalam mengem-bangkan harapan yang realistik tentang konseling. Tes dalam fase ini memberikan sumbangan kepada konselor untuk menstruktur kembali proses konseling dan me-nentukan rencana-rencana baru.

3. Konseling Akhir

Pada fase ini penggunaan tes biasanya sering dilakukan. Karakteristik yang paling umum dalam konseling ialah bahwa tes itu sendiri berhubungan dengan berbagai keputusan dan rencana. Tujuan konseling, bagaimanapun juga adalah memberikan bantuan dalam membuat keputusan dan rencana-rencana untuk masa depan dan pemilihan alternative-alternatif tindakan secara realistik. Di dalam fase ini, tes memberikan sumbangan untuk proses perencanaan dan pemilihan dengan memberikan konseli in-formasi tambahan termasuk penjelasan dan konfirmasi informasi sebelumnya ten-tang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan fakta-fakta sesuatu pekerjaan atau pendidikan.

b.Pemilihan tes