Konseling Eksistensial MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

P a g e | 182 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Konteks sosial yang memberikan pengaruh awal pada pemebntukan gaya hidup adalah keluarga. Konstelasi keluarga meliputi beberapa aspek seperti: komposisi keluarga, peran setiap anggota keluarga, dan transaksi timbal balik antara anak dengan orang tua dan antara anak dengan saudaranya pada masa kanak-kanak. Iklim keluarga juga memberikan pengaruh pada perilaku. Iklim keluarga merupakan gaya style yang digunakan oleh keluarga dalam menangani masalah hidp dan gaya ini menjadi model bagi anak. Terdapat 12 macam profil iklim keluarga yang diyakini memberikan pengaruh negatif pada perilaku anak, yakni: otoriter, supresif, menolak, evaluatif, menerapkan standar yang terlalu tinggi, tidak harmonis, tidak konsisten, materialistis, terlalu melindungi, memanjakan, tak berdaya, dan martir Thompson, Rudolph, Henderson, 2004. Adler juga memiliki keyakinan bahwa urutan kelahiran juga turut memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku. Adler 1963 mengidentifikasi lima posisi psikologis dalam keluarga sebagai berikut: anak pertama, anak kedua, anak di tengah, anak termuda, anak tunggal. Urutan tersebut akan membentuk gaya hidup yang berbeda. Namun sejatinya, yang membedakan itu bukanlah urutannya tetapi cara bagaimana orang tua berinteraksi dengan anak-anak mereka pada masing-masing urutan kelahiran. Dalam konseling Adlerian , gangguan perilaku dikonseptualisasikan sebagai suatu “kegagalan hidup” dan disebabkan oleh rendahnya atau tak tersalurkannya minat sosial, kesalahan gaya hidup, dan kesalahan dalam menetapkan tujuan hidup Corey, 2005. Tujuan umum konseling Adlerian adalah membantu konseli berubah atau berkembang menjadi manusia dewasa yang utuh dan sehat secara pribadi dan sosial well-functioning , yakni menjadi individu yang mampu memperlihatkan kemandirian baik secara fisik maupun emosi, produktif, dan mampu menjalin kerja sama dengan orang lain baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun tujuan sosial. Secara khusus, tujuan konseling Adlerian adalah membantu konsedli untuk mengakui bahwa kegagalannya bukan disebabkan oleh orang lain tetapi oleh kesalahan logika mereka sendiri dan perilaku-perilaku salah yang berakar pada logika tersebut. Pengakuan ini akan membuat konseli mengubah respon dan pola berpikirnya dan pada gilirannya mampu menangani perasaan inferioritas, ketergantungan, dan perasaan gagal yang bertumpuk. Dalam proses konseling, konselor Adlerian bertindakberperan sebagai pendi-dikan yang harus memperlihatkan sikap mendukung, percaya, dan respek. Meskipun seringkali tumpang tindih, terdapat empat tahapan dalam proses konseling Adlerian , yakni: 1 membangun suatu hubungan konseling yang kolaboratif dengan konseli; 2 eksplorasi dan analisis; 3 pengembangan insight ; dan 4 reorientasi dan peru-bahan. Konseling Adlerian menggunakan banyak teknik yang sebenarnya lebih tepat untuk disebut sebagai pendekatan. Teknik yang pertama adalah ketrampilan interpersonal. Teknik ini digunakan pada tahapan eksplorasi dan analisis guna memahami gaya hidup konseli, logika pribadi, tujuan hidup, dan perilaku-perilaku yang merusak diri. Pada tahap eksplorasi, konselor juga perlu memberikan perhatian pada upaya memahami konstelasi keluarga, urutan kelahiran, impian- impian konseli, dan dorongan-dorongan konseli.

C. Konseling Eksistensial

Konseling Eksistensial KE memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl, Rollo May, Irvin Yalom, James Bugental, Ludwig Binswanger, dan Medard Boss. Para ahli dan praktisi KE memandang manusia sebagai ciptaan yang sulit untuk dimengerti. Meskipun demikian, para eksistensialis Seligman, 2001 mengemukakan keyakinannya tentang sifat dasar manusia dalam istilah kondisi manusia human condition yang meliputi pokok-pokok ajaran sebagai berikut:  Kematian . Kematianketiadaan merupakan peristiwa hidup yang tak bisa dihindari dan itu membuat manusia dihinggapi perasaan cmas dan tak berdaya.  Teralinasi . Meskipun manusia bisa memiliki banyak kolega, sahabat, teman, dan keluarga, namun pada akhirnya ia adalah sendirian. Tak seorangpun yang benar-benar dapat memahami diri kita, dan menyelamatkan kita dari kematian dan dari berbagai bentuk kehilangan. Perasan teralinasi ini membuat kita merasa kesepian, hampa, dan tak bermakna.  Tak berdayatak bermakna. Ketidakmampuan menghindari ketiadaan dan ketidakpastian membuat manusia seringkali merasa tak berdaya dn tak bermakna. Dalam kondisi seperti itu manusia mudah tergoda untuk mengkahiri hidupnya.  Rasa cemas dan rasa bersalah. Fakta bahwa keberadaan manusia bersifata terbatas dan akhirnya akan mati tak hanya menyebabkan ketidakberdayaan tetapi juga rasa cemas disebut kecemasan eksistensial. Manusia juga dihinggapi rasa bersalah jika gagal memenuhi tanggung jawab untuk membuat hidupnya menjadi berharga, bermakna, dan tak dapat menjadi orang seperti yang diinginkankannya. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 183 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Meskipun tampak menyajikan sisi gelap dari gambaran hidup manusia, para eksistensialis adalah kaum humanis. Para eksistensialis memiliki keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk menangani beberapa kondisi bawaannya dan membuat hidupnya menjadi lebih bermakna. Potensi-potensi tersebut adalah sebagai berikut: 1 kemampuan untuk menyadari diri dan lingkungannya kesadaran ; 2 kemampuan untuk membuat pilihan yang bebas bagi hidupnya sendiri autentik; 3 kemampuan untuk menerima tanggung jawab dari konsekuensio pilihan tanggung jawab; 4 kemmapuan untuk mengaktualisasikan diri; dan 5 kemampuan untuk memaknakan hidupnya. Gangguan perilaku disebut kesulitan neurotik atau gangguan emosional se-ringkali disebabkan oleh pola asuh orang tua yang tidak menekankan pada kebebasan terhadap anak-anak mereka Barton, 1992 dan oleh kegagalan dalam menangani isu-isu keberadaan seperti kematian, alinasi, ketidak bermaknaan, rasa bersalah, dan kecemasan. Manusia yang sehat adalah mereka yang dapat mengalami hidup saat sekarang being present atau being in the world , yang dikonseptualisasikan sebagai memiliki kesadaran dan bertanggung jawab bagi keberadaannya sendiri dan membuat hidupnya menjadi lebih bermakna Bauman Waldo, 1998. Kesadaran dan tanggung jawab itu juga mengimplikasikan bahwa manusia mengalami harmoni dengan dirinya sendiri, dengan teman, dengan keluarga dan kolega, dengan lingkungan fisik, dan dengan spiritualitasnya Seligman, 2001. Manusia mampu menyatukan keberadaannya dengan lingkungannya, mampu menjadi arsitek bagi kehidupannya sendiri, dan tidak menempatkan dirinya sbagai korban lingkungan atau nasib. Manusia hanya benar-benar menjadi manusia hanya jika ia sanggup membuat pilihan atau keputusan, betapapun sulitnya hidup yang sedang dihadapinya. Tujuan konseling KE adalah membantu manusia menemukan nilai, makna, dan tujuan dalam hidup mereka sendiri. Program perlakuan tidak perlu secara khusus diarahkan pada pengubahan perilaku atau meniadakan gejala, tetapi pada upaya membantu konseli menjadi lebih menyadari tentang apa yang sedang mereka lakukan dan keluar dari posisi peran sebagai korban dari kondisi hidupnya, memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yang bermakna May, 1981. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, para konselor KE menggunakan seperangkat luas teknik yang dipinjam dari pendekatan lain. Namun teknik utama dalam KE pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Beberapa teknik khusus yang direkomendasikan dalam KE lebih tepat disebut pendekatan adalah: menghayati keberadaan being in the world ; pengalaman pertumbuhan simbolik; konseling logo; lawan azas; dan derefleksi intervensi paradoksikal. Proses konseling KE tidak memusatkan perhatian pada masalah atau pada krisis tetapi lebih menekankan pada usaha membangun aliansi terapeutik yang mendalam. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, konselor KE perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretasi, tetapi tetap memberikan kebebasan pada konseli untuk memilih sendiri manakah di antara alternatif-alternatif yang telah diberikan. Konsep tentang hubungan konseling dalam KE menggambarkan konselor sebagai fully alive human companion for the client h.49. Konselor KE harus mengakui bahwa untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran konseli tentang isu-isu kematian, isolasi, dan rasa bersalah, mereka perlu untuk benar-benar melibatkan dirinya dalam kehidupan konseli. Konselor KE harus ...be with their clients as fully as possible Seligman, 2001:242 dengan cara mengkomunikasikan empati, respek atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. D. Konseling Gestalt Konseling gestalt KG – dikembangkan oleh Frederick Perls yang lebih dikenal nama Fritz Perls. Penggunaan kata gestalt dimaksudkan untuk menegaskan bahwa KG menekankan pada keutuhan unity , kebulatan wholleness , dan integrasi integration . Dalam bahasa Jerman, gestalt berarti utuh, bulat, tidak terpotong-potong. Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah penggunaan teknik “kursi kosong” empty chair dalam konseling yang diperkenalkan antara tahun 1962 s.d. 1969. Sejak saat itu ia menjadi populer dan dipandang sebagai sosok yang inovatif dan karismatik dalam bidang pengembangan potensi manusia. Seperti halnya para eksistensialis, Perls adalah seorang humanis yang memiliki pandangan yang optimistik tentang sifat dasar manusia. Manusia dipandangnay memiliki sifat-sifat berikut:  Dorongan untuk mengaktualisasikan diri. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 184 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar  Ciptaan yang dengan sifat dasar baik dan mampu untuk menangani perma-salahan hidupannya meskipun kadang-kadang membutuhkan bantuan.  Dapat bertindak secara produktif dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan pemeliharaan, dan secara intuitif bergerak menuju pertumbuhan dan pemeliharaan diri self- preservation .  Dapat menangani dengan berhasil masalah dalam hidupnya jika mereka tahu siapa dirinya dan dapat mengorganisasikan mengintegrasikan semua kemampuannya ke dalam suatu rajutan tindakan-tindakan yang efektif . Dalam sistem teori Gestal, gangguan perilaku dikonseptualisasikan sebagai gangguan emosional-merupakan bentuk gangguan perkembangan. Gangguan ini disebabkan karena karena manusia menolak untuk mengakui satu atau lebih aspek-aspek diri kepribadiannya atau mempolarisasikan bagian-bagian dirinya dan lingkungannya, tidak hidup pada saat sekarang, tidak melakukan kontak dengan lingkungannya, kurang memiliki kesadaran, dan kurang mengaktualisasikan dirinya. Gangguan perkembangan juga disebabkan karena orang senang menumpuk masalah masalah menganggap remeh masalah atau membiarkannya mengambang dan tak terpecahkan, dan membiarkan dirinya dalam keadaan tertekan. Untuk menjadi orang yang sehat orang harus dalam keadaan utuh atau mencapai a sense of wholeness. Sayangnya, banyak orang yang senang mempo-larisasikan dirinya dan kehilangan sentuhan realitas kontak. Dalam beberapa tingkat, polarisasi ini berakar pada dorongan untuk mencapai keseimbangan dengan cara membuang tidak mengakui bagian-bagian diri mereka yang tidak kongruen yang menyebabkan mereka merasa tertekan. Beberapa kaum pria, misalnya, mengingkari sifat sensitif dan aestetis sebagai bagian kepribadiannya karena menganggap bahwa kedua karakteristik tersebut akan merusak citra dirinya sebagai manusia yang kuat dan maskulin. Meskipun manusia berjuang mencapai keseimbangan, lingkungan selalu mengalami perubahan dan menyebabkan ketidakseimbangan kembali membutuhkan penyesuaian. Ketika kita lapar, maka kita perlu makan. Setelah makan menjadi seimbang, namun kemudian sebentar lagi mengantuk dan menjadi tak seimbang lagi. Begitu seterusnya dan inilah yang justeru menyebabkan terjadinya dinamika dan membuat manusia tidak berada dalam keadaan stagnan. Hidup kita selalu berubah. Dengan menyadari dan mengidentifikasi semua aspek kehidupan kita, kita dapat menangani perubahan tetapi masih tetap memiliki a sense of integrationwholeness. Dalam KG kesadaran merupakan elemen yang esensial bagi kesehatan emosional, karena kesadaran memiliki nilai menyembuhkan dan menjadi komponen inti dari pribadi yang sehat. Kesadaran dapat dicapai melalui kontak dengan lingkungan. Kontak ini dilakukan melalui tujuh fungsi indera: melihat, mendengar, menyentuh, berbicara, bergerak, tersenyum, dan merasakan. Melalui kontak, kita dapat belajar merasa menjadi bagian dari lingkungan. Orang yang menghindari kontak mungkin merasa bahwa mereka melindungi dirinya, tetapi sebenarnya mereka sedang membentuk hambatan pertumbuhan dan aktualisasi diri. Cara lain untuk meningkatkan kesadaran adalah dengan menghayati pengalaman pada tataran “di sini dan sekarang,” tidak memikirkan masa lampau atau masa depan. Setiap manusia harus mampu untuk hidup pada kondisi di sini dan sekarang. Ini akan memungkinkan kita menjadi autentikkongruen dan terintegrasi dan tak terpolarisasi. Bayangkan ketika Anda saat ini sedang mengikuti materi ini tetapi memikirkan peristiwa kemarin yang membuat Anda jengkel. Apa yang Anda rasakan sekarang? KG juga menekankan pentingnya manusia untuk menjadi otonom, yakni mengambil tanggung jawab pribadi untuk membuat pilihan dan menentukan hidupannya sendiri, tidak menyerahkan nasibnya pada orang lain atau lingkungan, serta tidak menyalahkan orang lain bagi kekecewaan atau kegagalannya. Secara umum tujuan KG adalah sama dengan tujuan dalam KE, namun secara khusus berbeda. Seligman 2001:265 mengemukakan sejumlah tujuan khusus KG yang bersifat unik, yakni untuk membantu konseli agar mampu untuk: mencapai kesadaran; menghayati hidup pada tataran di sini dan sekarang; mengungkapkan masalah-masalah pribadi yang terselesaikan; mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber potensi pribadinya; mengurangi ketergantungannya pada orang lain atau lingkungan; meningkatkan rasa tanggung jawab, membuat pilihan yang tepat, dan memperoleh kemampuan diri; melakukan kontak yang bermakna dengan semua aspek dirinya, orang lain, dan lingkungannya; meningkatkan harga diri, penerimaan diri, dan aktualisasi dirinya; menurunkan polaritas, khususnya polaritas mental dan fisik; mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola hidupnya secara berhasil dengan cara yang tidak merugikan orang lain; meningkatkan sense of wholeness, integrasi dan keseimbangan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 185 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Proses konseling KG mula-mula diarahkan untuk mendorong konseli mencapai kesadaran. Perubahan perilaku tidak akan terjadi sebelum konseli mencapai kesadaran. Proses membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara mengem-bangkan hubungan atau aliansi terpeutik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Konselor bekerja dengan tulus dan menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta membangun iklim hubungan yang dapat mendorong konseli mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berpikir, dan bertindak. Konselor juga mendorong konseli untuk berperan aktif dalam proses terapeutik dan mengambil tanggung jawab dalam membuat pilihan atau keputusan berkenaan dengan informasi mana yang akan ia gunakan dari seluruh informasi yang muncul dalam sesi-sesi konseling. Beberapa tenik yang sering digunakan oleh para konselr gestalt adalah eksperimen, penggunaan bahasa, analisis impian, fantasi, bermain peran, bermain top dogunderdog, interpretasi komunikasi tubuh, dan kelompok. Eksperimentasi digunakan untuk mendorong konseli mengalami dan menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi di sini dan sekarang. Eksperimen dapat dilaksanakan melalui prosedur bermain peran, atau memberikan kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan oleh konseli pada setiap sesi. Bahasa dipandang memainkan peran penting dalam mempengaruhi perkembangan. Diantara bahasa-bahasa yang direkomendasikan dalam KG antara lain adalah:  Menggunakan pertanyaan apa dan bagaimana dan bukan mengapa. Contoh: Apa yang Anda alami ketika hal itu terjadi? atau Bagaimana perasaan Anda ketika gagal mencapai apa yang Anda inginkan itu? dsb.  Menggunakan pernyataan “Saya.” Contoh: konselor mendorong konseli untuk membuat pernyataan: Saya merasa marah, dan bukan Ibu Saya telah membuat Saya marah.  Menekankan pernyataan dan pertanynaan. Sebagai contoh, alih-alih membuat pertanyaan, “Kemana saja engkau? lebih baik menggunakan pernyataan Saya merasa kita mulai jarang berhubungan, dsb.  Menyatakan pengalaman “di sini dan sekarang . ” Contoh, “Apa yang kamu rasakan sekarang?”  Mendorong tanggung jawab . Sebagai contoh, konselor mendorong konseli untuk mengatakan, Saya bertanggung jawab atas hilangnya dia. Penggunaan bahasa seperti ini memungkinkan konseli untuk mengakui dan menerima perasaannya. Bermain peran menjadi teknik yang esensial dalam KG. Salah satu bentuk bermain peran yang paling awal yang digunakan dalam KG adalah psikodrama. Namun dalam perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan lagi. Bentuk bermain peran yang paling sering digunakan adalah kursi kosong empty chair atau kursi panas untuk format konseling individual, dan “berkeliling” making arround untuk format konseling kelompok. Para konselor juga menggunakan permainan topdogunderdog , yakni menempatkan satu bagian diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam bagian diri yang lain dalam rangka menuju perilaku baik. Topdog membuat penilaian dan mengatakan kepada underdog tentang bagaimana seharusnya ia merasa, berpikir, atau bertindak. Topdog dapat diibaratkan kata hati atau superego dalam konsep psikoanalisa. Di sisi lain, underdog cenderung untuk menurut dan senang minta maaf tetapi tidak sungguh-sungguh untuk berubah. Teknik kursi kosong dapat digunakan untuk memunculkan kesadaran tentang permainan topdog underdog dan mendorong integrasi bagian- bagian diri di samping mendorong perubahan. KG dapat dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok. Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Jika dilaksanakan melalui format kelompok, KG dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik berkeliling. KG telah diterapkan sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk konseli-konseli yang memiliki masalah kecemasan, depresi, merasa tidak sempurna, dan konseli yang kurang bisa menyesuiakan diri secara tepat Parrot III, 2003. Namun, pada dekade belakangan ini KG telah diterapkan untuk berbagai macam masalah yang lebih luas Bryant, Kessler, Shirar, 1992, sebagai metode intervensi krisis, masalah yang berkaitan dengan sekolah, gangguan psikosomatijk, psikotik, gangguan kepribadian ganda, dan masalah-masalah perkawinan.

E. Konseling Berpusat pada Pribadi