P a g e | 137
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Metode psikotes ini mempergunakan berbagai alat diagnostik tertentu yang dapat mengukur dan mengetahui taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepri-badian dan hal lain dari proses
kejiwaan ataupun berbagai hal yang mempengaruhi proses kejiwaaan yang terjadi pada diri orang yang membutuhkan bantuan. Metode psikotes dipergunakan untuk membantu kekurangan dari kedua
metode wawancara dan pengamatan. Dalam menga-nalisa hasil tes, data dari hasil tes peng-amatan dan wawancara sangat penting untuk dipertimbangkan, sehingga diagnosa dan kemungkinan
treatment
ban-tuan terapi yang akan dilaksanakan sudah meru-pakan hasil pengenalan lengkap tentang diri klien. Oleh karena yang ingin dicapai adalah pemahaman tentang diri seseorang secara
menyeluruh, maka istilah “psikotes“ cenderung tidak sesuai dan tidak dipergunakan, tetapi lebih tepat mem-
pergunakan istilah “pengukuran psikologis”. Istilah pengukuran psikologis ini dida-sarkan atas anggapan bahwa setiap individu adalah berbeda satu dengan yang lain, disamping adanya persamaan
tertentu.
c.Syarat penggunaan tes psikologis
Dalam rangkah memecahkan masalah klien, perlu diperhatikan beberapa hal mengenai penggunaan alat pengukuran psikologis, antara lain:
1. Menghindarkan kekeliruan atau ketidaktepatan terhadap makna tes, yang dapat mempengaruhi hasil sebenarnya secara optimal. Dalam hal ini harus di-perhatikan unsur individu yang mengikuti
tes Psikologis
Testee
. Hasil dari tes psikologis pengukuran psikologis sangat dipengaruhi oleh kea-daan fisik, kesehatan, dan kedaan psikologis
testee
. 2. Individu petugas yang melakukan pemeriksaan psikologis
teser
harus me-menuhi persyaratan tertentu. Dalam hal ini tidak dapat dilepaskan segi tanggung jawab dari orang yang memang
berhak melakukan pemeriksaan psiko-logis, baik dengan alat maupun tanpa alat pemeriksaan pengukuran psikologis. Oleh karena itu, pemakai tes haruslah benar
–benar merupakan orang yang bertanggung jawab sedemikian rupa sehingga dapat menguasai batas kewenangannya.
Dalam administrasi tes antara lain perlu diperhatikan bahwa:
a. Pemeriksa harus cukup menguasai dan berpengalaman dalam peng-gunaan tes yang
dipakai.
b. Pemeriksa harus dapat memberi kesempatan yang sama kepada semua orang untuk
dapat mengungkapkan keadaan dirinya masing –masing melalui tes itu.
c. Bila ingin memperoleh hasil yang optimal harus terlebih dahulu dibentuk
Rapport
hubungan yang baik antar pemeriksa dan yang diperiksa. Dengan perkataan lain, orang yang diperiksa perlu mempu-nyai perasaan bahwa ia ingin dan mau bekerja sama dengan
pemeriksa
d. Pemeriksa pelaksana tes perlu benar–benar mengenal situasi pemeriksaan psikologis
yang baik, ketepatan waktu untuk melakukan peme-riksaan, dan lain –lain.
e. Perlu dilihat semua alat tes yang dipergunakan dalam pemeriksaan psikologis itu sendiri,
apabila alat –alat itu memang akan dipergunakan, misal: apakah sudah dilakukan
pengukuran validasi dan reliabilitas; kejelasan tulisan gambar pada alat tes; dan sebagainya.
d.Syarat tes psikologis yang baik
Cronbach 1960 dalam bukunya yang berjudul
Essentials of Psychological Tesing
, mengatakan bahwa tes merupakan prosedur yang sistematis untuk mem-bandingkan perilaku dua
orang atau lebih. Anastasi 1961, dalam bukunya
Psychological Tesing
, mengatakan bahwa
psychological tes
itu pada dasarnya, me-rupakan ukuran yang objektif dan telah distandarisasi mengenai perilaku seseorang. Dalam banyak buku lain, dapat ditemukan pengertian pemeriksaan
psikilologis seba-gai usaha untuk: 1. dapat mengukur kapasitas seseorang guna memperoleh berbagai kete-rampilan dalam hubungan
dengan pekerjaannya. 2. melihat berbagai pola perilaku yang dapat diterima masyarakat sekitar, ser-ta
3. menilai kapasitas produktivitas seseorang dalam pendidikan, pekerjaan, ke-hidupan sosial, dan lain
–lain. Pemeriksaan psikologis akan disebut baik, bila memiliki nilai diagnostik yang tepat.
Pemeriksaan psikologis berfungsi antara lain deskritif menguraikan dan pre-diktif meramalkan Mulyono, 1986. Oleh karena tes mempunyai arti penting bagi individu, maka dalam pemeriksaan
psikologis perlu sekali diperhatikan tingkat relia-bilitas keajegan dan validitas ketepatan dari alat tes yang dipergunakan. Relia-bilitas dan validilitas tes merupakan dua syarat dari beberapa syarat tes
psikologis, sehingga hasil tes psikologis dapat dipercaya kebenaranya. Untuk lebih jelas, berikut ini akan dibicarakan syarat
–syarat tes psikologis yang baik secara terperinci, yaitu:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 138
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Tes harus valid:
Soal valid atau tidaknya suatu tes atau sosial validitas suatu tes adalah soal yang terpenting diantara syarat
–syarat yang lain. Walaupun perumusannya berma-cam–macam, namun kalau disimpulkan, validitas suatu tes adalah sejauh mana tes tes itu mengukur apa yang harus
diukur. Jadi semakin tinggi validitas suatu tes, maka tes tersebut makin mengenai sasarannya; makin menunjukkan apa yang seharusnya ditunjukkannya.
Macam –macam validitas:
a.
face validity
: suatu tes dipandang valid kalau nampaknya memang telah mengu-kur apa yang seharusnya di ukur.
b.
content validity
: suatu tes dipandang valid bila isi tes dapat mengungkapkan ke-mampuan
testee.
c.
construct validity
: suatu tes dikatakan valid, kalau telah cocok dengan kontruksi teoritis sebagai dasar dari mana item tes itu dibuat.
d.
predictive validity dan Concurent Validity
: kedua macam validitas ini dibi-carakan secara bersamaan karena banyak mengandung persamaan. Bedanya kalau
predictive validity
lebih menunjukkan kepada apa yang kiranya akan terjadi di waktu yang akan datang.
Concurent Validity
lebih menunjukkan hubungan antara tes score yang dicapai dengan keadaan sekarang, sedangkan
predictive validity
lebih menunjukkan hubungan antara
tes score
dengan keadaan di waktu yang akan datang
e.
factory validity
: pengertian ini timbul dari teori faktor. Masalah valid tidaknya suatu tes diuji dari berbagai faktor yang ingin diukur dengan tes itu. Jadi suatu tes dikatakan valid kalau tes
tersebut mengukur berbagai faktor yang seharus-nya diukur.
2. Tes harus reliable:
Reliabilitas suatu tes adalah taraf sejauh mana tes ini ajeg, atau disebut ju-ga keajegan suatu tes. Reliabilitas mengandung persamaan dengan validitas dalam hal kedua dibandingkan
dengan sesuatu. Bedanya kalau vadilitas alat pembanding-nya adalah sesuatu hal yang ada di luar tes itu atau item tes yaitu kriteria, se-dangkan para reliabilitas alat pembanding itu adalah tes itu
sendiri.
Metode penyelidikan reliabilitas adalah:
1 Split half
atau
internal consistency 2
Retes approach
3
Alternate form
atau
equivqlence form
3. Tes harus distandarisasikan:
Standarisasi suatu tes bertujuan supaya setiap orang yang dites
testee
mendapat perlakuan yang benar
–benar sama. Hal yang perlu distandardisasikan adalah: a materi tes, b penyelenggaraan tes, c scoring tes, dan d interpre-tasi hasil tesing.
4. Tes harus obyektif:
Obyektifitas suatu tes ditinjau dari segi apakah teser baik tes admi-nistrator maupun tes interpreter mempunyai pengaruh terhadap pernilaian hasil tesing. Jadi yang obyektif itu adalah penilaiannya.
Tes yang objektif akan mem-berikan hasil yang sama walaupun dinilai oleh teser yang berlainan.
5. Tes yang diskriminatif:
Tes dimaksudkan untuk dapat mengungkap gejala tertentu dan menun-jukkan perbedaan diskriminasi gejala tersebut pada individu yang satu dan individu yang lain. Jadi tes yang
diskriminatif akan menunjukkan berbagai per-bedaan yang kecil mengenai sifat faktor tertentu pada individu yang berbeda
–beda.
6. Tes harus komprehensif:
Tes yang komprehensif dapat sekaligus mengungkapkan menyelidiki ba-nyak hal. Terutama dalam tes prestasi belajar, hal ini sangat penting. Tes yang cukup komprehensif akan mampu
mengungkapkan pengetahuan testee menge-nai segala hal yang harus dipelajari, jadi hal ini juga mencegah dorongan untuk berspekulasi.
7. Tes harus mudah digunakan:
Tes adalah suatu alat yang nilainya sangat tergantung kepada kegunaaanya. Kalau mempergunakannya sukar, maka tes tersebut rendah ni-lainya. Makin tinggi taraf syarat
–syarat tersebut pada suatu tes, semakin baiklah tes tersebut.
e.Tujuan testing psikologis