P a g e | 48
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
secara langsung, maka uraian tidak memer-lukan persiapan yang terlalu rumit, dan tidak menuntut hiasan musik atau efek suara.
b Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan dua pihak menge-nai satu
masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Jika penyajian program disampaikan dengan naskah yang lengkap, biasa disebut percakapan, dan apabila disampaikan dengan
naskah yang tidak lengkap atau garis besarnya, biasa disebut obrolan. Agar dialog menjadi hidup, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus dibawakan oleh pelaku yang baik, lincah, hidup,
sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain itu hendaknya pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda, dan naskah menunjukkan kesinambungan argumentasi.
c Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang berbeda
kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang bertugas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu sebagai yang diwawancarai. Jika wa-wancara dlakukan di luar
studio, maka diperlukan peralatan untuk merekam.
d Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana masing-masing pembicara
mempertahankan pernyataannya tentang suatu masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah
tape recorder
. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan komputer. Dengan bantuan komputer
proses editing dapat dilakukan lebih mudah.
c. Pembuatan Media Audio-Visual
Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam perencanaannya, yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan selama produksi. Misalnya saja untuk pemb-atan slide
–suara, seperti pada pembuatan media audio sebelum memproduksi diperlukan penyusunan naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai berikut:
a Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah sehingga mudah
dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan urutan kronologis,
flash back
, membandingkan, menguraikan dari keseluruhan menjadi bagian-bagiannya atau seba-liknya.
b Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar. Dalam hal ini dapat disajikan
bentuk aslinya non dramatis, atau dramatis di mana objek tersebut mampu menyajikan ilusi arti tersendiri.
c Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis disusun secara berutan mulai dari awal
akhir program. Atau babak demi babak dimana setiap babak
sequence
terdiri dari beberapa adegan
scene
, dan setiap adegan memerlukan satu atau lebih satu pe-motretan
shoot
. Dengan demikian dapat diketahui jumlah pemotretan dalam satu pro-gram.
d Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat untuk mendukung
penampilan slide. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun narasi adalah: jangan terlalu panjangpendek, gunakan kat-kata yang mudah dimengerti, kata-kata ka-limatnya jangan
diulang-ulang, kalimat ditujukan kepada pendengar. Perlu pula diingat bahwa narasi bukan sekedar kometar slide, tetapi merupakan penjelasan slide.
e Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi pengarahan kepada juru
potret tentang obyek yang diperlu diambil. f
Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide suara agak berbeda dengan progam audio. Disini musik biasanya dipakai pada awal dan akhir progam, sedang di
tengah digunakan sebagai selingan atau untuk mengiringi gambar grafis yang disajikan tanpa narasi. Efek suara FX yang digunakan pada progam audio tidak begitu banyak digunakan.
g Penuangan naskah kasar
draft
ke dalam blanko naskah. Naskah kasar yang telah selesai
dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil pemotretan ditandai dengan beberapa istilah, yaitu:
life
berasal dari objek sesungguhnya,
caption
berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas karton,
grafis
berasal dari gambar yang dibuat dengan tangan atau komputer.
d. Pembuatan Multimedia