P a g e | 185
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Proses konseling KG mula-mula diarahkan untuk mendorong konseli mencapai kesadaran. Perubahan perilaku tidak akan terjadi sebelum konseli mencapai kesadaran. Proses membangkitkan
kesadaran dapat dicapai dengan cara mengem-bangkan hubungan atau aliansi terpeutik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Konselor bekerja dengan
tulus dan menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta membangun iklim hubungan yang dapat mendorong konseli mengembangkan kepercayaan,
kesadaran, dan kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berpikir, dan bertindak. Konselor juga mendorong konseli untuk berperan aktif dalam proses terapeutik dan mengambil
tanggung jawab dalam membuat pilihan atau keputusan berkenaan dengan informasi mana yang akan ia gunakan dari seluruh informasi yang muncul dalam sesi-sesi konseling.
Beberapa tenik yang sering digunakan oleh para konselr gestalt adalah eksperimen, penggunaan bahasa, analisis impian, fantasi, bermain peran, bermain top dogunderdog, interpretasi
komunikasi tubuh, dan kelompok.
Eksperimentasi
digunakan untuk mendorong konseli mengalami dan menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi di sini dan sekarang.
Eksperimen dapat dilaksanakan melalui prosedur bermain peran, atau memberikan kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan oleh konseli pada setiap sesi.
Bahasa
dipandang memainkan peran penting dalam mempengaruhi perkembangan. Diantara bahasa-bahasa yang direkomendasikan dalam KG
antara lain adalah:
Menggunakan pertanyaan apa dan bagaimana dan bukan mengapa. Contoh: Apa yang Anda alami ketika hal itu terjadi? atau Bagaimana perasaan Anda ketika gagal mencapai apa
yang Anda inginkan itu? dsb. Menggunakan pernyataan “Saya.” Contoh: konselor mendorong konseli untuk membuat
pernyataan: Saya merasa marah, dan bukan Ibu Saya telah membuat Saya marah. Menekankan pernyataan dan pertanynaan. Sebagai contoh, alih-alih membuat pertanyaan,
“Kemana saja engkau? lebih baik menggunakan pernyataan Saya merasa kita mulai jarang berhubungan, dsb.
Menyatakan pengalaman “di sini dan sekarang
.
” Contoh, “Apa yang kamu rasakan sekarang?” Mendorong tanggung jawab
.
Sebagai contoh, konselor mendorong konseli untuk mengatakan, Saya bertanggung jawab atas hilangnya dia. Penggunaan bahasa seperti ini memungkinkan
konseli untuk mengakui dan menerima perasaannya.
Bermain peran
menjadi teknik yang esensial dalam KG. Salah satu bentuk bermain peran yang paling awal yang digunakan dalam KG adalah psikodrama. Namun dalam perkembangannya
psikodrama hampir tidak digunakan lagi. Bentuk bermain peran yang paling sering digunakan adalah kursi kosong
empty chair
atau kursi panas untuk format konseling individual, dan “berkeliling”
making arround
untuk format konseling kelompok. Para konselor juga menggunakan permainan
topdogunderdog
, yakni menempatkan satu bagian diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam bagian diri yang lain dalam rangka
menuju perilaku baik.
Topdog
membuat penilaian dan mengatakan kepada
underdog
tentang bagaimana seharusnya ia merasa, berpikir, atau bertindak.
Topdog
dapat diibaratkan kata hati atau
superego
dalam konsep psikoanalisa. Di sisi lain,
underdog
cenderung untuk menurut dan senang minta maaf tetapi tidak sungguh-sungguh untuk berubah. Teknik kursi kosong dapat digunakan untuk
memunculkan kesadaran tentang permainan
topdog underdog
dan mendorong integrasi bagian- bagian diri di samping mendorong perubahan.
KG dapat dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok. Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Jika dilaksanakan melalui format kelompok, KG dapat dilaksanakan dengan
menggunakan teknik berkeliling. KG telah diterapkan sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk konseli-konseli yang memiliki masalah kecemasan, depresi, merasa tidak sempurna, dan konseli yang
kurang bisa menyesuiakan diri secara tepat Parrot III, 2003. Namun, pada dekade belakangan ini KG telah diterapkan untuk berbagai macam masalah yang lebih luas Bryant, Kessler, Shirar, 1992,
sebagai metode intervensi krisis, masalah yang berkaitan dengan sekolah, gangguan psikosomatijk, psikotik, gangguan kepribadian ganda, dan masalah-masalah perkawinan.
E. Konseling Berpusat pada Pribadi
Teori konseling berpusat pada pribadi – juga populer dengan nama atau konseling
Rogerian –
- pada awalnya dikembangkan oleh Carl Rogers 1942 dengan nama ‘konseling yang tidak
mengarahkan’
nondirective conseling
. Konseling ini menekankan peran konselor yang cenderung pasif dan hanya mendorong dan mendengarkan konseli. Pada perkembangan selanjutnya nama
konseling
nondirective
diganti dengan konseling berpusat pada konseli
client-centered counseling
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 186
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
untuk menekankan tanggung jawab yang lebih besar – bahkan sepenuhnya – pada konseli untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Belakangan, Rogers dan para pengikutnya – disebut
Rogerian
– lebih senang menggunakan istilah konseling ‘berpusat pada pribadi’ untuk lebih memanusiawikan proses
konseling, dalam arti lebih memberikan pengakuan pada keterlibatan antar pribadi – pibadi konselor
dan pribadi konseli - dalam proses konseling. Rogers menentang pendekatan psikodinamik dan perilaku dan memegang keyakinan
konseling seharusnya bersifat humanistik. Berikut adalah pandangan-pandangan khusus Rogers tentang sifat dasar manusia:
Setiap manusia memiliki potensi dan hak untuk mengarahkan dirinya sendiri
.
Setiap manusia bertindak sesuai dengan persepsinya.
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri.
Setiap manusia pada dasarnya ciptaan yang cakap dan dapat dipercaya
.
Dalam teori Rogerian, manusia memiliki satu motivasi tunggal yakni kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya dan mencapai keadaan
fully functioning person.
Konsep Rogers tentang orang yang mengaktualisasikan diri adalah sama dengan mereka yang merefleksikan suatu kesehatan
emosional yang ideal. Terdapat tiga karakteristik kepribadian yang menandai orang yang mengaktualisasikan diri, yakni: terbuka terhadap pengalaman; memiliki makna dan tujuan hidup; dan
mempercayai dirinya sendiri dan orang lain. Di samping tiga kualitas tersebut, orang yang mengaktualisasikan diri juga cenderung memiliki arahan yang positif dalam perkembangannya, dapat
bergaul dengan siapa saja, memiliki sumber evaluasi internal, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif dan bermanfaat.
Manusia akan dapat mengaktualisasikan dirinya hanya jika ia berada di bawah lingkungan yang mengandung kondisi pertumbuhan
conditions of worth
, yakni lingkungan yang memberikan penghargaan positif tanpa syarat. Individu yang tak memperoleh kondisi pertumbuhan cenderung
mengembangkan perilaku
defensive,
tidak kongruen, dan mudah mengalami konflik di dalam dirinya, menjadi orang dewasa yang pemalu, penakut, sangat patuh, atau mudah marah dan memberontak.
Dasar teori konseling Rogerian adalah fenomenologis, yakni menekankan persepsi subyektif individu. Persepsi ini akan menentukan keyakinan, perilaku, emosi, dan hubungannya dengan orang
lain. Persepsi ini digunakan individu untuk merespon lingkungannya – disebut medan fenomena.
Perspektif fenomenologis ini berisikan asumsi-asumsi teoretis sebagai berikut: Hanya individu itu sendiri bukan orang lain yang dapat sepenuhnya mempersepsi dunia
pengalamannya. Kita tidak akan pernah dapat mengetahui secara penuh dan detil tentang bagaimana individu tersebut mengalami dan mempersepsi situasi yang dihadapinya.
Setiap individu merespon lingkungan sesuai dengan persepsi subyektifnya dan tidak mengikuti persepsi mayoritas orang-orang di sekelilingnya.
Perilaku individu terarah pada suatu tujuan tertentu, yakni untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan di dalam lingkungan dunia pengalaman yang dipersepsinya
.
Cara paling baik untuk memahami perilaku individu adalah dari kerangka acuan internal individu itu sendiri
.
Untuk mencapai pemahaman ini, konselor perlu menguasai keterampilan empati.
Cara bertindak yang paling baik adalah konsisten dengan konsep diri individu
.
Konsep diri menggambarkan persepsi individu tentang dirinya sendiri dan hubungannya dengan obyek
atau orang lain dalam lingkungannya bersama-sama dengan nilai yang terlibat di dalam persepsi tersebut.
Kecemasan timbul sebagai akibat dari semakin lebarnya jarak antara konsep diri dan pengalaman.
Untuk menurunkan kecemasan individu, konsep diri harus kongruen dengan pengalaman.
Individu yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang terbuka sepenuhnya terhadap pengalaman.
Tujuan konseling Rogerian adalah membangun suatu kondisi terapeutik yang kondusif untuk membantu individu memberdayakan semua potensi yang dimilikinya dan kemudian mencapai
aktualisasi diri dan menjadi manusia seutuhnya, belajar menjadi orang yang mandiri atau otonom. Untuk membantu konseli mencapai tujuan, konselor harus mampu menciptakan iklim yang
mengandung kondisi pertumbuhan. Kondisi pertumbuhan tersebut meliputi beberapa dimensi yakni Corey, 1981, 2004; George Cristiani, 1981; Thompson, Rudolph, Henderson, 2004:
Konselor membentuk kontak psikologis dengan konseli; Konseli berada dalam kondisi mengalami masalah;
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 187
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Konselor harus mengkomunikasikan empati, kongruensi, dan penghargaan positif tanpa syarat; dan
Menekankan pada persepsi atau dunia subyektif konseli. Keempat dimensi kondisi pertumbuhan tersebut merupakan kondisi-kondisi yang penting dan
mencukupi bagi terjadinya perubahan perilaku konseli. Artinya, konseling
Rogerian
tidak menekankan pada teknik tertentu tetapi lebih pada kemampuan konselor untuk membangun suatu hubungan yang
merepresentasikan kondisi pertumbuhan tersebut. Untuk menyatakan sikap-sikap tersebut di atas, konselor KBP menggunakan beberapa teknik
seperti: mendengarkan aktif, refleksi perasaan dan pikiran, klari-fikasi, rangkuman, konfrontasi kontradiksi, dan arahan terbuka atau arahan umum yang dapat membantu konseli untu
mengeksplorasi dirinya Hackney Cormier, 2001; Poppen Thompson, 1984. Meskipun demikian, teknik utama dalam KBP adalah mendengarkan aktif
active listening
. Penerapan teknik ini memungkinkan konseli untuk mengetahui bahwa konselor mendengarkan dan mengerti dengan
benar terhadap semua yang telah dikatakannya. Sejak berubah menjadi konseling Rogerian pada sekitar tahun 1980 an, aplikasi teori
konseling Rogers telah berkembang melebihi keadaannya semula. Para konselor Rogerian tidak hanya memusatkan perhatian pada isu-isu perkembangan dan aktualisasi diri, tetapi juga membantu individu
menangani masalah-masalah praktis seperti kekerasan seksual atau kekerasan fisik, kecanduan alkohol dan obat, kecemasan, dan depresi. Bahkan para konselor juga tidak segan untuk
menggunakan teknik-teknik kognitif dan perilaku Seligman, 2001. Suatu versi lain menyatakan bahwa pendekatan ini sangat cocok untuk menangani masalah-masalah perkembangan, untuk
membantu individu-individu yang tidak menggunakan potensinya dengan baik dan individu-individu yang merasa hidupnya hampa, individu yang memiliki
self
-
esteem
rendah, kurang percaya diri, dan memiliki pandangan dunia yang negatif dan bias.
F. Refleksi