41
f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Ibrahim dalam Abdul Majid 2013:184 mengemukakan bahwa dalam pelaksanaannya, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dari metode tersebut di antaranya adalah:
1 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan siswa lain. 2
Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan. 3
Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya. 4
Di dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
5 Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Selain memiliki kelebihan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut :
1 Membutuhkan waktu yang lama.
2 Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya
yang kurang pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama
kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya. Di dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terdapat
kekurangan dan kelebihan. Hal tersebut membuktikan bahwa setiap model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak ada yang
42 sempurna, pasti terdapat kekurangan dan kelebihan, dengan demikian
guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan pelajaran pada saat proses pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Aditya Indra Kesuma 2015 yang
berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1
Madrasah Aliyah Negeri Pakem Sleman Tahun Ajaran 20142015, menyimpulkan bahwa Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Jigsaw dapat meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Motivasi Belajar Akuntansi Siswa mengalami peningkatan. Skor Motivasi Belajar Akuntansi meningkat dari 72,71
meningkat sebesar 3,12 menjadi 75,83 di siklus I. Peningkatan juga terjadi pada siklus I ke siklus II yaitu sebesar 6,05 atau dari 75,83 pada
siklus I menjadi 81,88 pada siklus II. Penelitian ini memiliki kesamaan tujuan yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Perbedaannya
terletak pada objek penelitian yaitu Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi dan Prestasi Belajar Siswa, subjek, tempat dan waktu
penelitian. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Suryani 2015 yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Akuntansi Pada
43 Siswa Kelas XII Akuntansi 1 SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran
20142015, menyimpulkan bahwa Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan Motivasi Belajar dan
Penguasaan Konsep Akuntansi. Hasil tersebut dibuktikan dengan peningkatan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Akuntansi
mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Skor Motivasi Belajar meningkat berdasarkan hasil angket. Secara klasikal, pada siklus I
mencapai 79,87 dan siklus II mencapai 80,43. Secara individu, pada siklus II sebanyak 20 atau 80 siswa memperoleh skor motivasi lebih dari
75. Penguasaan konsep berdasarkan hasil tes. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test ke post test. Siklus I pre test mencapai rata-rata 41,10
dan post test mencapai 85,62. Siklus II pre test mencapai 59,44 dan post test mencapai 95,41. Peningkatan nilai rata-rata post test. Siklus I
mencapai rata-rata 85,62 dan siklus II mencapai 95,41. Penguasaan konsep secara individu hingga siklus II yaitu sebanyak 25 atau 100 siswa
memperoleh nilai lebih dari KKM 75. Peningkatan nilai rata-rata tiap aspek penguasaan konsep, sebanyak 21 atau 84 siswa mengalami
peningkatan aspek mengingat hingga mencapai 95, 21 atau 84 siswa mengalami peningkatan aspek mengingat hingga mencapai 94,29, 19
atau 76 siswa mengalami peningkatan aspek mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi hingga mencapai 96,10. Penelitian ini
memiliki kesamaan tujuan yaitu Model Pembelajaran Jigsaw dan objek penelitian Motivasi Belajar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek